09. Left

40 10 0
                                    

Vote

Happy reading :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading :)

.

.

.

Seungha melipat bangau kertas terakhirnya. Bangau kertas yang dilipatnya sudah berjumlah seratus. Indahnya warna-warni bangau kertas terkumpul di wadah toples kaca. Seungha memasukkan bangau kertas terakhirnya, lalu menutup toples itu.

Harapannya adalah semoga ia bahagia untuk hari yang akan datang. Tak mau berlama-lama ia bersedih karena Sunoo yang belum menunjukkan tanda-tanda kehadirannya, Seungha akan berjalan-jalan bersama sang kakak esok hari sepulang sekolah.

°°°

Tangan seorang pemuda tengah terulur mengelus surai milik adiknya. Es krim yang ada di tangannya sudah habis, hanya tersisa cone. Kendati bukan es krim yang biasa ia beli, rasanya tetap enak.

Pantai yang kemarin disinggahi Seungha adalah tempat yang kak Haechan dan Seungha tempati sekarang. Pasir menjadi tempat duduk ternyaman bagi kak Haechan. Di mana ada pasir, di situ ada kak Haechan. Seungha saja sampai malas meladeni sang kakak yang setiap kali duduk di pasir kak Haechan selalu menarik tangan Seungha untuk duduk di sampingnya.

Redupnya hari ini, membuat bulan menampakkan dirinya. Entah kenapa tiba-tiba perasaan tak enak muncul dan mengganjal hatinya.

Drtt

Drrrt

Ponsel Seungha bergetar membuat pemiliknya cepat-cepat melihat layar pada benda itu. Tulisan 'Bunda' tertera pada layar ponsel milik Seungha. Seungha segera menggeser tombol berwarna hijau untuk menjawab panggilan tersebut.

"Halo bunda."

"Halo, ini dari pihak rumah sakit ingin mengatakan bahwa Lee Jihan mengalami kecelakaan pada bus yang ditumpangi. Korban telah meninggal di tempat saat kejadian berlangsung."

---

Mata milik Seungha buram karena genangan air mata di dalamnya. Matanya sembab karena menangis semalaman. Hidupnya terasa hancur sekarang. Bangau kertas miliknya membuat keputusan tersendiri dan malah membalikkan harapannya.

Seungha memejamkan mata berharap ini adalah mimpi terburuknya. Namun, air matanya malah mengalir begitu saja, membiarkan sang empu menangis.

Pemakaman sang bunda berjalan dengan lancar. Para pelayat sudah pergi dari tempatnya menyisakan dua jiwa yang masih berada di sana. Dua insan ini berlarut dalam kesedihan yang mendalam karena telah ditinggal oleh orang yang paling mereka sayangi. Namun, tak ada yang bisa mereka lakukan selain berdoa, meminta supaya bundanya bahagia di sana.

Dari kejauhan, tampak seorang pemuda yang memperhatikan mereka berdua. Ia bisa merasakan duka yang mendalam pada dua orang tersebut. Berharap bisa menenangkan gadis yang menangis tersedu-sedu di samping makam bundanya. Pemuda itu menghembuskan nafasnya, lalu menatap langit yang mendung. Sepertinya, alam ikut sedih melihat kesedihan yang mereka alami.

Rintik hujan mulai berjatuhan, menerpa bagian atas pemuda itu. Semakin lama semakin deras, tapi pemuda itu seakan menolak untuk berteduh.

Dalam derasnya hujan dan dinginnya angin yang melewatinya, ia berjanji untuk membahagiakan gadis yang berada dalam tatapannya sekarang. Ia berjanji, tidak akan ada air mata yang terjatuh saat bersamanya.

---

Drrrt

Ponsel Seungha bergetar, menandakan ada pesan yang baru saja masuk. Dengan segera Seungha mengotak-atik ponselnya dan menelisik setiap kata yang ia baca.

 Dengan segera Seungha mengotak-atik ponselnya dan menelisik setiap kata yang ia baca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.























To be continued...

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
I Can Fly || Beomgyu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang