Bagian 23: Razendra Rinaldi dan Sang Belahan Hati

146 19 1
                                    


Malam Sebelum Final Piilmapres

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam Sebelum Final Piilmapres

Razen duduk di meja tengah. Semua perisapan sudah ia lakukan. Ia menutup laptopnya. Razen dapat melihat Diaz keluar dari kamarnya dan bersiap pergi, entah sama siapa. "Kemana lo malem-malem?" tanyanya.

"Ada lah, ketemu temen," jawab Diaz misterius.

"Besok dateng kan?"
"Gue nginep kayakya, tapi besok dateng kok. Gue langsung ke lokasi aja" Diaz memberikan tos pada Razen. "Good luck!"

Setelah Diaz pergi, Fabian pun kembali dari halaman belakang.

"Diaz sekarang kalau main sama siapa sih?" tanya Razen penasaran.

"Gak tau," jawab Fabian singkat. Memang benar. Sejak kejadian pertengkaran itu Fabian dan Diaz masih diem-dieman satu sama lain. Fabian pun jarang melihat Diaz di kelas. Sepertinya ia kembali main sama circle anak hits-nya yang sudah hampir setahun ia tinggalkan.

"Gimana persiapan besok?" tanya Fabian.

"Udah kelar semua, Fab."

"Istirahat lo" Fabian menepuk pundak Razen. "Good rest bikin lo lebih fokus besok, Razen mengangguk dan ia memasuki kamarnya. Di kamarnya ia melihat kemeja, dasi, jas, dan celana yang sudah tergantung rapi. Ia mengambil ponselnya dna memutar-mutar nya sambil berpikir. Ia pun akhirnya memutuskan untuk mengirimkan sebuah pesan untuk Adzkia.

Keesokan harinya, Stasiun Bandung

"Hey, Adz. Aku mau ngabarin kalau aku besok final pilmapres. Aku dulu selalu ngebayangin kalau kamu bakalan ada sama aku di salah satu momen penting di hidup aku. Aku ngerti kalau kamu gak bisa datang. Semoga masih ada ruang untuk kamu berdoa untuk aku ya."

Adzkia membaca pesan itu sekali lagi sambil menunggu grab yang akan membawanya ke kampus Razen. Sampai kemarin, ia masih memutuskan untuk tidak akan hadir ke Bandung. Namun semalam ia berpikir, ia melihat semua yang pernah mereka jalani. Entah kenapa Adzkia merasa hatinya berbisik kalau ini yang harus ia lakukan. Ia cabut kelas di kuliahnya dan datang sendiri menggunakan kereta hanya bermodalkan satu tas di genggamannya.

Dan akhirnya ia pun melangkah masuk ke dalam mobil yang membawanya ke daerah dago, tempat kampus Razen berada.

Adzkia turun di gerbang depan megah kampus itu. Ia datang di saat musim bunga bermekaran. Angin bertiup dan bunga-bunga itu berjatuhan di depannya. Adzkia melihat tulisan bertuliskan gedung Aula Timur.

Di saat yang bersamaan, di dalam Aula Timur.

Andrew, Ganesh, Fabian, dan Chicco duduk bersama orang tua Razen yang hadir menyaksikan anaknya sebagai perwakilan dari Fakultas Teknik Perminyakan dan Pertambangan. Para peserta sudah selesai sesi presentasi penelitian dan sekarang adalah sesi tanya jawab dari juri. Tanya jawab itu bertema SDGs atau Sustainable Development Goals, tujuan tujuan global yang ingin dicapai oleh negara-negara di dunia.

Bukit Dago SelatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang