Bagian 24: Chicco Audi Alfantyo dan Ruang Alam Semesta

148 15 0
                                    

Chicco masih tak percaya dengan pesan yang sampai di ponselnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chicco masih tak percaya dengan pesan yang sampai di ponselnya. Ia dengan cepat beranjak ke luar dan menyadari kalau pintu kosan sudah terbuka. Andrew berdiri di sana dengan wajah sama kagetnya. Seorang perempuan paruh baya bediri di depan pintu dan menyapa Chicco lembut. "Sayang..."

"Ma?"

.

.

Di kamar Chicco

Chicco dan Linda, mamanya, duduk bersama di tempat tidur Chicco. Linda melihat foto masa kecil Chicco diletakkan tertutup di salah satu rak. Linda mengambil foto itu dan meletakkannya di meja.

"Mama kenapa tiba tiba ada di Indonesia?"

"Weekend ini kakak kamu nikah masa mama gak datang? Mama stay di hotel. Kamarnya banyak. Kalau mau, kamu sama temen temen kamu boleh ikut Mama"

Chicco memperhatikan foto keluarga mereka. Lazuardi (ayahnya), Linda, Caesar, dan Chicco di sebuah tempat hiburan di Bandung.

"Mama kangen sama kamu, sama abang."

"Chicco kangen mama, tapi please, ma. Foto itu jangan dipasang lagi, Cuma bikin sakit hati." Chicco menyandarkan kepalanya ke bahu sang ibu. Mata Linda sekarang tertuju pada teleskop kecil yang sudah pecah. Barang pertama yang menumbuhkan rasa cinta Chicco pada astronomi sekarang sudah hancur.

Linda menjulurkan tangannya mengambil teleskop kecil itu dan mengeggamnya.

"Kalau mau marah, marah sama Mama saja, dek. Mama yang pilih untuk pergi ke singapore kan?"

"Mama pergi gara gara si laknat itu selingkuh dan si penjilat itu gak bisa belain mama!" Chicco kembali menyalahkan ayah dan kakaknya. "Chicco... gak bisa marah sama mama."

"Kejadiannya udah lama, dek. Memang papamu salah. Caesar pasti bingung harus berbuat apa. Namanya manusia tempatnya salah dan bingung. Keputusan papamu salah. Mama gak mau kamu jadi kayak dia entar dan mama pun salut kamu berani belain mama. Mama bangga sama kamu." Linda mengecup Chicco. Linda meletakkan teleskop pecah itu di tangan Chicco.

"Mama punya satu permintaan sama kamu... Mama gak mau anak mama hidup dengan membenci. Hidup dengan hati yang penuh rasa benci itu gak akan pernah bisa bahagia, Dek. Mama gak mau kamu kayak gitu." Linda memeluk anaknya. "Apalagi yang kamu benci itu ayah kamu, kakak kamu, keluarga kamu sendiri. Sampai kapanpun. Blood is thicker than water, Dek"

Air mata Chicco menetes. "Mama tinggal di sini aja. Tinggal sama Chicco. Mama jangan pergi lagi." Ia memeluk erat sang ibu.

"Mama punya kehidupan di sana, Dek. Mama bangun kehidupan baru, tapi bukan berarti Chicco udah bukan bagian dari kehidupan mama, sayang. Kamu pinter. Kamu bisa hidup di manapun. Kamu pengen jadi ilmuwan terkenal kan? Mau kerja di NASA ya? Kesempatan di luar sana banyak sekali, sayang. Jarak itu bukan penghalang rasa sayang."

Bukit Dago SelatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang