Bagian 22: Angkat Lagi Gelasmu, Kawan

134 15 3
                                    


 Hanya saja hati kecil saya bertanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hanya saja hati kecil saya bertanya. Apa saya terlalu fokus pada pikiran saya sendiri sampai saya buta, tidak dapat melihat diri saya dari sisi lain - F

.

.

Badan Kayla bergetar. Air mata nya mulai berlinang melihat Valerie mengecup Diaz. Fabian yang berdiri di luar pintu kamar Diaz pun terpatung tak tau harus berbuat apa

"Kay..." Diaz terperanjat.

"What? Cmon Yaz..." Valerie yang masih mabuk menarik badan Diaz lagi.

Kayla berlari keluar dari kamar Diaz, menuju ke garasi depan kosan BDS dengan air mata yang berlinang.

"KAY!!" Diaz meninggalkan Valerie di kamar dan mengejar Kayla. Ia memblok jalan Kayla keluar dari pagar kosan. Keributan itu membuat Ganesh dan Razen terbangun dari kamar masing masing

"Kay.. tadi kita ramean... Val mabok. Aku cuman bawa dia ke sini..." Diaz mencoba menjelaskan. Ia yang biasanya lancar dengan kata kata apalagi di depan perempuan kali ini kehilangan skill nya untuk dapat menjelaskan keadaan.

Kayla diam dan menunduk sambil menangis. Ia tak mau berdebat dengan Diaz, ia hanya ingin pergi dari sana. "Please, Yaz. Aku mau pulang." Kayla meratap

"Dengerin dulu, Kay..." Diaz masih ngotot .

"GUE MAU PULANG!" kali ini Kayla kehilangan kesabarannya. "Terserah lo bilang apa. Harus emang bawa cewek ke kamar? Gue udah siap untuk nerima lo dan sekarang apa? Emang bener ya, kita bakal ditunjukin siapa yang orang baik siapa yang jahat. Untung gue dikasih lihat sekarang." Kayla berkata dengan nada pedas. Ia kembali terisak. "Please... aku mau pulang... Jangan ngubungin gue lagi..."

Diaz memegang rambutnya dengan frustasi. "Kay.. please. Trust me, okay. Tunggu bentar. Entar temen temen aku bisa jelasin kok."

Kayla berjalan melewati Diaz. Diaz menahan tangan Kayla.

"Lepasin gak?" Kayla berkata sambil menatap mata Diaz. Kali ini ia tak lagi menunduk. Ia hanya ingin pergi dari sana. Pergi jauh dari orang orang yang menyakitinya. Orang yang sudah siap ia percaya dan siap ia jadikan bagian dari hidupnya.

Diaz melihat pandangan itu dan nyalinya ciut. Ia melepaskan tangan Kayla dan membiarkan Kayla berjalan. Ia menendang pagar sambil berteriak. "GOBLOK!" Ia memaki dirinya sendiri. Diaz pun masuk ke dalam, duduk di ruang tengah. Ia mengambil botol Vodka yang ada di lemari dapur dan meminumnya.

Sementara itu Fabian berjalan keluar dan mengejar Kayla. "Kay, udah malem. Gue anterin ya."

"GUE GAK BUTUH DIANTER! GUE BISA PULANG SENDIRI! CUKUP! GUE UDAH GAK MAU ADA LAGI URUSAN SAMA DIAZ, ATAUPUN SAMA LO! SEMUA SAMA AJA!" Kayla tak dapat berpikir dengan jelas.

"Semua sama aja. Perasaan gue kalian anggep apa sih? Mainan?" Kayla berjalan menjauh. Fabian pun mau tak mau membiarkan Kayla pulang sendiri. Ia menyaksikan Kayla berjalan kembali ke Damar Bumi.

Bukit Dago SelatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang