Bagian 1: Jupiter

2K 59 12
                                    


Abstrak dan sakral.

Konsep yang abstrak sangat sulit dijelaskan.

Konsep yang sakral tak seharusnya digelintirkan dengan mudah.

Namun mengapa kata sayang betebaran?

Apakah mereka tahu apa itu sayang?

Apakah kata itu masih sakral?

Apakah mereka yakin yang mereka rasakan itu sayang?

Bagaimana mungkin mereka semua yakin ketika mereka bahkan tak bisa menjelaskannya.

Apakah memang manusia lebih suka percaya pada ilusi? - F

------

Seorang cowok berkulit kecoklatan menutup notes-nya. Ia menghisap rokoknya dan membuangnya. Asap rokok terbawa angin dingin Bandung yang berhembus. Ia mengenakan kaos lengan panjang berwarna biru dongker dan celana denim yang sudah tidak ia cuci selama hampir enam bulan. Warna jeans-nya terlihat mulai memudar.

Fabian Andara, cowok itu, masuk kembali ke ruangan tengah setelah mematikan rokoknya di asbak yang tersedia. Sebenarnya tidak ada larangan merokok di area indoor di kosan itu, tetapi Fabian lebih senang menikmati nuansa malam Bandung di beranda belakang kosan.

Di depan kosan tersebut terdapat tulisan cukup besar: Bukit Dago Selatan. Kosan tersebut bernuansa minimalis modern. Di lantai bawah terdapat lima kamar kosan yang mengelilingi sebuah ruang tengah. Di ruang tengah terdapat sofa besar dan televisi. Di bagian lain ruang tengah terdapat meja belajar lebar.

Lantai dua dari kosan adalah zona off-limit karena merupakan tempat tinggal dari Andrew, sang pemilik kosan.

Di ruangan tengah Diaz Anugrah Rezkytama dan Ganesha Gantaraputra masih asik bermain FIFA di playstation model terbaru milik Diaz. Yap, hampir semua barang yang Diaz miliki adalah model terbaru, mulai dari fashion sampai mobil. Ia adalah bagian dari klan keluarga Rezkytama, keluarga besar penguasa bisnis properti di Indonesia. Ditambah dengan wajah tampannya, Diaz adalah idola di jurusannya, bahkan sampai ke jurusan lain.

Diaz dan Fabian mengambil jurusan yang sama, manajemen. Meskipun di kampus mereka bergaul dengan circle permainan yang berbeda, tetapi di kosan mereka menjadi teman dekat.

"Mampus!" Diaz berteriak dan meloncat ketika ia memenangkan pertandingan itu. Diaz melangkah menuju papan tulis kecil yang bertuliskan "SKOR LIGA BDS". Ia menambah tiga poin di samping namanya. "Eat that, broh!"

Ganesh hanya tertawa kecil. "Santai, Yaz. Cuma PS ini...".

Ganesh memang terlihat paling kalem di antara cowok cowok yang ada di sana. Wajahnya masih terlihat seperti bocah. Apabila rambutnya tidak hampir gondrong, ia sering disangka sebagai anak sekolah.

"Zen! Giliran lo!" Diaz memanggil Razen yang sedang duduk dengan wajah serius di meja belajar. Razendra Rinaldi adalah cowok berbadan tegap dengan facial hair tipis menghiasi wajahnya yang terlihat dewasa.

"Gue lagi banyak kerjaan. Fabian dulu aja."

"Yah, lo mah kerjaan dicari bukan emang banyak kerjaan!" timpal Diaz lagi.

Omongan Diaz ada benarnya. Razen baru diangkat menjadi ketua dari Renewable Energy Student Society (RESS), sebuah organisasi Internasional yang berfokus pada penelitian dan penggiatan sosialisasi energi terbarukan.

"Lo kontradiktif ya, kuliah lo minyak tapi organisasi lo renewable energy," ucap Ganesh polos.

"Justru karena gue tau kondisi energi minyak di Indo makanya gue makin pengen ngembangin sumber sumber lain, Nesh" jelas Razen. "Lagian ini gue lagi nugas, bukan kerjaan RESS"

Bukit Dago SelatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang