Takdir kita

145 13 0
                                    

Billar terlihat berada di makam Ridho.

Ia masih blm bisa memaafkan takdir yg dirasa terlalu berat utknya..

Tapi ternyata Lesti pun ada disana.

Lesti tidak pernah tahu kalau Ridho dimakamkan di sana.

Krn saat Ridho dimakamkan Lesti sedang berada di Yogyakarta untuk menenangkan diri.

Malah ia meneruskan sekolah di sana sampai kuliah pun disana.

Meski pada akhirnya ia harus kembali ke Bandung untuk meneruskan usaha katering ibunya yang sempat terbengkalai saat diurus orang kepercayaan ibunya.

Dan dimakam itu semua anggota keluarganya dimakamkan satu liang kubur.

Dan keduanya akhirnya bertemu..

"Bapak ngapain disini" tanya Lesti heran.
"Ini makam Ridho.. kembaran aku yg ikut dalam rombongan keluarga kamu" jawab Billar sambil menunjuk ke arah makam Ridho.

Lesti kaget luar biasa..

Lesti segera mendekati makam Ridho..

Ia duduk terpekur didepan makam Ridho..

"Dho maaf.. aku tidak tahu kalo kamu ikut rombongan keluargaku. Coba kalau kamu tidak ikut. Kamu mungkin saat ini jadi atlet panjat dinding nasional. Seperti yang kamu inginkan" kata Lesti pedih.
"Dan kalo Ridho tidak ikut berarti dunia ku bakal gelap gulita selamanya," sambung Billar kemudian..

Lesti menatap Billar yg ikut bersimpuh di depan makam Ridho.

"Kok bapak ngomong gitu"
"Aku nyaris buta sejak masih kecil. Dan berkat mata Ridho aku bisa melihat dg jelas."

Lesti terlihat kaget..

Ia tidak menyangka sama sekali.

"Ridho mendonorkan matanya utkku. Krn waktu itu keadaan Ridho koma bahkan kritis. Peluang hidupnya sedikit. Sementara aku nyaris buta. Dia menyelamatkan dunia aku dari kegelapan" jelas Billar kemudian.

Lesti terlihat menangis didepan makam Ridho..

"Maafkan aku.. Krn aku semua jadi seperti ini. Kalau saja semua tidak pergi mungkin hal ini tidak terjadi". Kata lesti dg penuh rasa penyesalan.

Dan ia hanya bisa menangis di pusara Ridho.

Tiba-tiba Billar meraih tangan Lesti.

Ia meletakkannya di matanya.

Lesti menatap Billar dg mata yg masih basah.

"Lihat aku baik-baik. Kalau hal ini tidak terjadi aku mungkin tidak akan pernah bisa melihat dengan jelas dan bertemu dgmu, mengenalmu. Aku tidak menyalahkan takdir Tuhan. Kelihatan kejam memang. Tapi aku merasa Tuhan sedang menyiapkan sesuatu untuk kita. Kamu... Orang yang mungkin Tuhan takdirkan untuk aku" kata Billar yg berusaha meyakinkan Lesti.

Lesti melepas genggaman tangan Billar.

Lesti bimbang..

"Entahlah. Aku tidak tahu.". kata Lesti sambil menggelengkan kepalanya.

Billar menarik Lesti ke dalam pelukannya.

Membiarkan Lesti menangis sepuasnya.

Didalam pelukannya.

Utk sesaat keduanya hanya membisu.

****

Billar menyodorkan tisu dan air minum untuk Lesti.

Keduanya butuh waktu untuk membenahi hati masing-masing.

Lesti terlihat meminum air tersebut dan membersihkan sisa air matanya.

Lalu...

"Aku pulang saja. Aku Tidak mau menyakiti hati kamu lagi. Maaf.."
Ucap lesti sambil membereskan tasnya.

Di taman dekat makam itu keduanya memilih berlindung dari sinar matahari.

Disana lebih rindang Krn ada satu pohon yg lumayan rada besar dan tersedia sebuah bangku utk keduanya duduk.

"Jgn pergi dulu. Aku mohon"
"Orang sudah terlanjur mencap keluarga kami sebagai keluarga pembawa sial. Jadi aku lebih baik pergi sebelum bapak kena masalah" ucapnya sambil bangkit dari duduknya.
"Kita harus bicara banyak soal hal ini. Utk meluruskan kesalahpahaman antara kita"
"Maaf saya harus pergi"

Lesti terlihat menjauhi Billar yg tiap hari makin mirip Ridho.

Kalau terlalu dekat malah hatinya makin dipenuhi perasaan bersalah.

Billar segera berlari mengejarnya.

Dia menghalangi langkah Lesti.

"Kita harus membicarakan ini sampai tuntas. Aku tidak mau menunggu lebih lama lagi" pinta Billar.
"Sudah ya pak. Saya cuma jadi pembawa sial saja. Saya mau pulang saja" ujarnya sambil berlalu.

Ia berjalan tergesa-gesa tanpa melihat kiri kanan.

Hingga Lesti tanpa sengaja menyenggol seorang laki-laki.

Billar yg mengejarnya langkahnya terhenti saat melihat langkah Lesti pun terhenti..

Dan tak lama kemudian badan Lesti mulai oleng ke belakang.

Tepat di saat yang bersamaan Billar berlari ke arahnya.

Dan jatuh tepat di pelukannya..

Billar kaget melihat darah yg tahu-tahu sudah membasahi bagian perut Lesti.

Ia segera berusaha membangunkannya.

Tapi lesti sudah tidak sadarkan diri di pelukannya....

Astaghfirullah..

Billar terbangun tiba-tiba..
Ternyata ia tertidur di meja kerjanya.

Dan ia terbangun dari mimpi buruknya yg serasa begitu lama..

Dan dilihatnya Lesti berada disebelahnya.

Wajahnya terlihat kuatir.

"Bapak tidak apa-apa. Saya sampai susah membangunkan bapak" tanya Lesti
"Kamu tidak apa-apa kan" Billar balik tanya.

Ia malah menarik tangan Lesti..

Memastikan bahwa lesti baik-baik saja.

Yg dipegang tangannya malah terlihat kikuk.

Lesti segera melepaskan tangannya dari genggaman Billar.

"Saya baik-baik saja. Bapak mimpi buruk ya"
"Alhamdulillah kamu tidak apa-apa"
"Saya baik-baik saja pak."

Billar yg merasa lega melepaskan genggaman tangannya.

Ia terlihat menyeka keringat yg membasah wajahnya.

Lesti menyodorkan tisu dan air minumnya.

Sesudah mengusap keringat Billar meminum air putih miliknya.

Tak lama ia terlihat tenang.

"Terima kasih" ucapnya lega.
"Sama-sama"

Mrk pun duduk berhadapan dengan.

"Kalau bapak tidak enak badan lebih baik bapak tidak pulang"
"Tidak apa-apa kok. Nanti juga baikan kok"
"Ya sudah. Saya cuma mau memberikan laporan yg anda suruh tadi"
"Ya terima kasih."

Billar memeriksa hasil kerjaan Lesti.

Tapi kemudian ia mengambilnya kacamata yg ada di saku kemejanya.

"Sejak kapan bapak pakai kacamata" tanyanya.
"Seumur hidup ku. Tapi sejak 7thn terakhir sudah jarang dipakai. Hanya sesekali saja. Tepatnya sejak aku menerima donor mata dari kembaran aku Ridho"

Lesti terlihat kaget..

"Maksud bapak."
"Duduklah. Aku hanya ingin memperjelas semuanya.."

Dengan ragu Lesti duduk dihadapan Billar demi mendengarkan semua penjelasan Billar tentang dia dan kembarannya.

Walaupun ia sadar Lesti akan sangat terguncang..

******

Love Me Please Kejora (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang