"Mama, aku ada tanding basket bulan depan. Pertengahan November gitu deh. Mama dateng ya?"
"Iya Mah, dateng yuk? Nanti kita nontonin Juno bareng. Ini pertandingan pertama Juno loh Ma.", ajakku antusias. Mama diam sejenak.
"Mmm.. Mama liat jadwal dulu ya? Nanti Mama sempetin kok nonton kamu.", jawab Mama.
"Oke Ma..", ucap Juno dengan pandangan yang berbeda.
Aku peka dengan tatapan berbeda dari Juno. Kami bertiga melanjutkan makan malam dalam diam.
Mama selalu bekerja keras untuk kami. Biasanya Mama berangkat bekerja pukul 7 pagi dan pulang pukul 7 malam karena selalu mengambil lembur dan bekerja paruh waktu di tempag lain, sehingga waktu bertemu kami sedikit sekali. Kami jarang menghabiskan waktu bersama. Aku kembali teringat Papa. Kalau saja Papa masih ada, Mama tak akan bekerja sekeras itu demi kami. Sebelum aku terlarut sedih karena mengingat Papa, aku langsung memutuskan mendatangi Juno untuk memberinya semangat. Karena Juno bilang, dia ingin sekali Mama menonton pertandingan yang ia siapkan sejak masuk tim basket sekolah. Pasti begitu sakit mendengar jawaban Mama yang tidak pasti itu.
Pintu kamar Juno terbuka. Aku langsung masuk perlahan dan mengintip apa yang dilakukan Juno. Perasaanku semakin teriris melihat Juno memegang pigura kecil berisi foto keluarga kami, termasuk Papa.
"Aku gemoy banget pas masih kecil.", kataku tiba-tiba.
"Ketuk pintu dulu kenapa si?! Main nongol aja kayak siluman.", kesal Juno yang kubalas kekehan.
Aku duduk di sebelah Juno, menyandarkan kepalaku di bahunya sambil merangkulnya. Kami memandang pigura di genggaman Juno itu selama beberapa saat.
"Aku kangen Papa Win..", lirih Juno. Ku lihat mata Juno berkaca-kaca.
"Entah kenapa, sikap Mama selalu bikin aku kangen Papa terus.."
"Andai ada Papa, itu kan yang kamu pikirin?", ucapku. Juno hanya tersenyum miris.
"Nanti aku dateng kok. Aku bakal nemenin kamu, oke?"
"Tapi aku maunya Mama..", ucap Juno dengan suara bergetar.
"Mama pasti bakal nyempetin nonton kamu kok, tenang aja..", hiburku.
"Nyempetin ya? Bukan ngejadwalin khusus buat nonton aku?", Juno tersenyum miris.
Aku memeluk Juno erat. Juno membalas pelukanku dan menangis. Hatiku sangat sakit mendengar isakan yang Juno tahan. Juno sangat jarang membahas Papa. Juno selalu ceria dan membuatku merasa bahwa Papa masih ada. Namun kini aku menyadari, ternyata Juno juga memendam perih seperti yang aku rasakan.
Aku mengerti, air mata Juno saat ini bukan sekedar air mata karena Mama belum tentu hadir menemaninya bertanding. Air mata Juno saat ini adalah tumpahan kerinduannya pada Papa. Kerinduan Juno pada hal-hal yang bisa kami lakukan tanpa kesukaran ketika Papa masih ada. Tangisan Juno juga menyiratkan betapa lelahnya dia selama ini memendam segalanya untukku. Aku ikut menangis bersamanya.
"Apa kita harus kerja supaya Mama bisa istirahat dan nemenin kita? Dulu pas kamu SMP, Mama ga nemenin kamu pas lomba melukis, karena kerja. Kamu bertingkah seolah itu gapapa. Gimana caranya, Win? Gimana cara supaya aku sekuat kamu, diam sendirian disaat temen-temen yang lain dianterin sama orang tuanya? Ngebayanginnya aja sekarang sesakit ini Win..", ucap Juno dalam tangisnya yang terus berusaha ia redam. Kami saling mengeratkan pelukan dan menangis bersama.
Benar. Mama sangat jarang datang ke acara sekolah kami, atau lomba-lomba yang kami ikuti sejak Papa tiada. Aku dan Juno sama-sama tidak tega menuntut Mama lebih jauh untuk memberi perhatian lebih pada kami. Kami mengerti, menjadi single parent dari sepasang anak kembar bukanlah hal yang mudah. Segala hal harus dobel, termasuk pengeluaran. Mama tidak pernah mengeluhkan masalah apapun termasuk masalah keuangan pada kami. Kami pun seringkali melihat Mama menangis diam-diam. Mama terus memberi kami aura positif, dan tidak pernah memarahi kami selain karena kami bertengkar. Seberat itu menjadi Mama. Kami hanya tak ingin menambah beban Mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETED] Why Noir?
General Fiction"Untukmu, malaikat pelindung yang tak pernah berhenti mencintaiku meski hatinya tercabik oleh takdir dan terhantam oleh dunia yang kejam." - Arwinda Kusuma [Start : 7 November 2021] Beberapa bagian di edit untuk memperjelas alur cerita dan untuk mem...