Chapter 17 - How's goin', everyone?

20 3 1
                                    

"Koko aja yang hitung stok barangnya, kamu pulang sana."

"Eh?"

"Ini, bonus. Toko hari ini rame banget, kerja kamu bagus.". Ko Anming memberi Noyi upah 100 ribu, lebih dari 3x lipat dari biasanya.

"Makasih Ko.", Noyi tersenyum senang. Anming mengelus kepala Noyi dan menyuruhnya pulang.

"Anak itu, dia pekerja keras.", gumam Anming.

"Cekatan juga, gak gelagapan. Kalo kerja detail dan teliti banget." Anming tersenyum mendengar ucapan istrinya yang tiba-tiba ada di sampingnya.

"Bu Ira harus tau dia dapet anak sebaik itu.", sahut ibunya.

"Sudah aku bilang, coba aja kasih dia kesempatan. Dia masih anak-anak, masih muda, otaknya masih lancar buat belajar."

Istri dan ibu Anming hanya tersenyum simpul. Mereka berdualah yang awalnya menentang Anming karena menerima Noyi bekerja di toko, karena masih kecil dan pasti tidak tahu apa-apa katanya. Namun kini mereka menyukai Noyi yang ternyata cepat paham ketika diajari dan pekerja keras. Mereka melihat langsung Noyi yang sore ini membantu mengangkat karung beras dan beberapa barang berat ke gudang toko, ketika truk distribusi barang datang.

* * *

Noyi berjalan pulang sambil membawa dua kotak terang bulan yang ia beli untuk anak panti.

"Mbak Noy dateng!", sambut Dilah, salah satu anak di panti yang mulai akrab dengan Noyi.

"Tadaa.."

"Wahh terang bulan Pak Mul!"

"Dimakan bareng-bareng ya, jangan rebutan.". Dilah mengangguk senang.

"Temen-temen! Mbak Noy beliin kita terang bulan!", seru Dilah riang sambil berlari masuk panti. Lelah yang Noyi rasakan seketika menghilang, melihat anak-anak panti tersenyum memakan terang bulan yang ia belikan untuk mereka.

Setelah mandi, ia ke dapur membantu Bu Ira memasak.

"Kamu gak perlu beliin anak-anak makanan enak gitu Noy, mahal.."

"Sekali-kali nggak papa Bu."

Ternyata, tak salah Bu Ira mengizinkan Noyi tinggal di sini. Noyi rajin, mandiri, ramah, baik dan suka belajar. Noyi suka membantunya memasak makan malam, mencuci piring, bahkan mencuci baju anak-anak panti di sore hari. Terlihat wajah Noyi yang lelah karena harus lembur hingga sore hari karena toko sedang merestok barang.

"Kamu istirahat, Noy. Makasih ya udah bantuin ibu ngurusin panti."

"Iya Bu. Makasih juga ibu ngijinin saya tinggal di sini. Maaf ngerepotin terus."

"Nggak, jangan berpikir kamu ngerepotin ibu."

Mereka saling tersenyum melanjutkan memasak makan malam bersama beberapa pengurus panti lainnya.

* * *

"Mbak Noy, belum tidur ya?". Niyo dan Lala menyembulkan kepalanya dari luar pintu kamar.

"Kenapa?"

"Ini terang bulan buat Mbak Noy. Mbak Noy harus nyicipin juga.", dua anak itu menyerahkan sepotong terang bulan untuk Noyi.

"Makasih ya..", Noyi tersenyum dan mengelus kepala mereka.

"Emm.. Kalian mau tidur ya? Mbak mau nanya bentar boleh?". Dua anak itu mengangguk.

"Kak Wira kok seharian ini nggak keliatan ya?"

"Kak Wira kan kuliah, Mbak, ngekos, pulangnya seminggu sekali, kadang dua kali.", jawab Niyo.

"Heem, itupun juga nggak nentu hari apa pulangnya.", lanjut Lala.

[COMPLETED] Why Noir? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang