Bonus Chapter : Happy Ever After, exist?

42 3 0
                                    

Suara klakson mobil membuatku yang tengah menata makanan di meja makan segera keluar membukakan gerbang rumahku. Sesaat setelah mobil itu terparkir, penumpangnya segera turun memelukku.

"Winda aku kangen banget sama kamu!"

"Sama, aku juga..", balasku dengan memeluknya tak kalah erat. Kami hampir menitikkan air mata karena sangat senang bisa bertemu lagi setelah 4 tahun tidak bertemu.

Seorang laki-laki keluar dari mobil itu dengan seorang anak perempuan kecil dalam gendongannya.

"Krishna, lama ga ketemu ya..", ucapku pada Krishna, laki-laki itu.

"Hai sayang.. Akhirnya ketemu Onci ya.." sapaku pada anak yang digendongnya. Anak itu bersembunyi malu ke leher papanya, lucu sekali. Aku persilahkan mereka masuk.

"Kak Nathan mana Win?"

"Masih mandi, bentar lagi juga keluar."

"Akhirnya aku pulang ke kota ini. Sumpah banyak yang berubah loh Win di sini."

"Iya, perkembangannya semakin pesat. Kamu gimana selama di luar pulau? Betah banget kayaknya.."

"Betah sih, tapi ya sama aja kalo mau bilang enak tinggal dimana ya aku pengen tinggal di sini. Tapi kan Krishna dinas di sana, ya kali aku tinggal di sini sendirian."

"Iya sih..", jawabku mengerti.

Krishna adalah seorang tentara. Ia ditempatkan ke luar pulau, dan tentu saja Karin, sebagai istrinya ikut bersamanya. Ngomong-ngomong tentang mereka, mereka menikah di usia yang terbilang muda, di usia 23 tahun, setahun setelah Karin lulus kuliah. Setelah menikah, mereka langsung pindah ke tempat Krishna ditugaskan, dan belum pernah pulang ke kota ini sebelum sekarang. Yah, wajar saja jika aku sangat merindukan Karin. Kami sebenarnya sering berkomunikasi lewat chat, dengan Karin yang sering mengirimiku kegiatannya sehari-hari, termasuk saat merawat anaknya. Raisha, anak Karin yang malu-malu ketika aku sapa barusan, ternyata jauh lebih menggemaskan jika dilihat langsung daripada di foto dan video. Kami sering video call, dan aku begitu senang ketika Raisha kala itu memanggilku 'onci' (aunty). Melihat Karin bahagia dengan keluarga kecilnya, aku menjadi ikut senang.

Tak lama setelah kami berbincang, Kak Nathan keluar dari kamar dengan sudah berpakaian rapi.

"Kak Nathan!", Karin langsung menghampiri Kak Nathan dan cipika-cipiki dengannya.

"Monmaap ini manusia asal mana ya?", ucap Kak Nathan.

"Idih idih..", jawab Karin. Krishna dan aku tertawa kecil melihat wajah Karin yang sebal. Ternyata, Karin dan Kak Nathan tidak berubah, tetap seperti Tom and Jerry kala bertemu meski sudah lama tak bertemu.

"Yaampun ini yang namanya Raisha.. Halo.."

"Ayo salim sama Om Nathan dulu..", ujar Karin. Lagi-lagi, Raisha malu dan bersembunyi di leher papanya.

"Nggak pernah ketemu, makanya malu tuh..", ucapku sembari terkekeh.

"Umur berapa ya Raisha ini?", tanya Kak Nathan.

"Masih 15 bulan Kak.", jawab Krishna.

"Oalah.. Tapi udah pinter ya manggil Winda Onci.". Krishna mengangguk tersenyum menanggapi Kak Nathan.

"Mama, mau nyen.."

"Aduhh.. Baru juga nyampe.", gerutu Karin. Ia menjadi sibuk dengan tasnya.

"Kenapa Rin?", tanyaku.

"Maaf, maaf banget ini, Raisha mau minum.", ucap Karin tak enak.

"Oh bentar aku ambilin air ya..". Aku menepuk Kak Nathan yang sigap berdiri hendak mengambil air, mengisyaratkan bahwa bukan minum itu yang di maksud.

[COMPLETED] Why Noir? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang