"AAA!!! JUNO MENCETAK POIN!!!", teriak Karin memeluk Winda.
"WIIINNN ITU JUNO WIINN!!!", teriak Riri juga tak mau kalah dan memeluk Winda.
Gemuruh suara penonton menghidupkan suasana pertandingan basket di stadion olahraga yang terletak di pusat kota itu. Winda bersorak bahagia melihat saudaranya berhasil mencetak poin di menit awal pertandingan. Winda tidak tahu apapun tentang basket. Yang ia tahu, basket adalah olahraga yang tujuannya adalah memasukkan bola ke dalam ring. Selebihnya, tentang bagaimana cara main atau posisi pemain di dalamnya, Winda tidak tahu dan tidak peduli. Saat ini, agaknya tidak tepat jika menyebut Winda menonton pertandingan basket, karena fokus Winda selama pertandingan berlangsung hanyalah Juno. Dari sorot matanya, terlihat Winda begitu bangga melihat langsung perjuangan saudaranya. Pertandingan hari itu berhasil membawa pulang piala kemenangan untuk sekolah Winda.
"Juno!", panggil Winda, Karin, dan Riri di pinggir lapangan setelah pertandingan berakhir dan dengan keadaan stadion yang mulai sepi.
Juno berlari dengan senyum bahagia dan memeluk Winda erat.
"Aku menang Win.."
"Eettsss jangan peluk-peluk ih, kamu bau asem.", ucap Winda melepas pelukan Juno. Karin dan Riri tertawa mendengarnya.
"Asem-asem gini aku bawa piala ya.", balas Juno tidak terima.
Mereka berempat tertawa bersama. Juno mengedarkan pandangannya ke seluruh stadion, seperti mencari sesuatu.
"Kenapa Jun?", tanya Winda.
"Mama, ternyata beneran gak dateng ya Win..", ucap Juno setenang mungkin dengan senyum mirisnya. Winda, Karin, dan Riri bingung harus menjawab apa.
"Eee.. Tante Windi bakal nonton kamu kok Jun. Aku udah ngevideoin pertandingan ini meski gak full. Ntar filenya aku kirim ke kamu ya? Biar nanti kalian bisa nobar.", ucap Riri.
"Nah iya, kamu tenang aja, Riri mah selalu siap sedia dengan handycam dia.", ucap Karin sambil tersenyum. Karin dan Riri berusaha sebisa mungkin menghibur Juno. Dan syukurnya, Juno mengangguk dan kembali tersenyum setelah mendengar ucapan Karin dan Riri.
"Arjuno ayo langsung ke bus!", panggil Pak Oji, pembina basketnya.
"Baik Pak, sebentar!", sahut Juno.
"Kalian pulang duluan ya. Aku sama anak-anak mau mampir makan-makan gitu."
"Anjayy selebrasi kemenangan gak tuh.", Karin cengengesan.
"Iya dong.. Nitip Winda ya.."
"Yaudah sana, Winda aman kok sama kita.", ucap Riri.
"Oke hati-hati di jalan. Dadahh..", Juno melambaikan tangan dan pergi.
Winda terus terdiam sejak Juno menanyakan mamanya. Ia bingung bagaimana merespon Juno. Tadi pagi, ketika Juno berpamitan pergi, mamanya berjanji akan menyusul Juno nanti saat pertandingan, dan pada akhirnya ia tidak datang. Winda terus memikirkan perasaan Juno sampai saat dia tiba di rumahnya.
"Winda, gak bareng Juno?"
"Huh? Mama? Kok udah pulang?", tanya Winda heran setelah melirik jam dinding di rumahnya yang menunjukkan pukul setengah empat sore.
"Mama ga ngambil lembur."
"Trus? Kerjaan di rumah makan gimana?"
"Istrinya Pak Jamal sakit, jadi rumah makan tutup sementara."
"Pak Jamal itu.."
"Ownernya."
"Oh."
"Jadi, Juno mana Win?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETED] Why Noir?
Ficción General"Untukmu, malaikat pelindung yang tak pernah berhenti mencintaiku meski hatinya tercabik oleh takdir dan terhantam oleh dunia yang kejam." - Arwinda Kusuma [Start : 7 November 2021] Beberapa bagian di edit untuk memperjelas alur cerita dan untuk mem...