Bab 15. Hukuman Untuk Delisa

85 57 34
                                    

Hukuman untuk Delisa
.
.

Ayah, sakit. Kumohon, jangan menghukumku lagi. Aku janji, aku tak akan nakal lagi. Aku janji, aku tak akan melanggar peraturan itu lagi. Jadi Delisa mohon, jangan hukum Delisa lagi yah.
-Delisa

---------------------------------------------


"Delisa h-habis m-main y-ah,"

"Main? Kamu lupa peraturan itu?"

"Engga yah, Delisa gak lupa,"

"Lalu? Kenapa kamu melanggarnya, Delisa!" bentak sang ayah yang membuat Delisa terperanjat kaget.

"Maaf, maafkan Delisa yah," pinta Delisa sambil menunduk takut. Ia takut dan tak berani untuk menatap mata ayahnya.

"Maaf? Kamu tahu, kalau kamu melanggarnya berarti kamu siap dihukum, benar begitu kan?" tanya ayahnya lagi.

Delisa mengangguk. "Iya yah," Delisa membenarkan pertanyaan ayahnya tadi.

"Kemari, ikut ayah," Ayahnya lalu menarik paksa tangan Delisa. Dan membawa Delisa ke sebuah ruangan.

"Ayah, sakit. Jangan terlalu kencang menariknya," keluh Delisa, saat merasakan sakit di pergelangan tangannya. Namun, sang ayah ternyata mengabaikan keluhan Delisa dan tetap menarik Delisa dengan kasar.

Delisa dibawa paksa ke dalam ruangan yang sama. Saat sudah masuk, Delisa menatap ke sekeliling. Tak ada yang berubah di ruangan ini, mau sekarang ataupun dulu.

Ruangan yang dijuluki sebagai tempat hukuman untuk Delisa. Delisa sering dihukum di ruangan ini. Mau hukum cambuk, tendang atau yang lainnya. Ruangannya tetap sama, bahkan barang barangnya pun tetap sama dan ditempat yang sama, seperti dulu.

Ruangannya sama seperti ruangan yang lain. Cuman, bedanya diruangan ini tak ada TV, kasur ataupun lemari. Hanya ada sofa berukuran sedang disisi kanan. Dan agak jauh dari sofa, terlihat ada sebuah tiang yang tak terlalu tinggi. Dua tiang yang disatukan, dan di keempat sisi tiang itu. Terdapat sebuah tali disetiap sisinya, tali itu seperti tali untuk mengikat sesuatu.

Cuma, diruangan ini terlihat sangat gelap. Bahkan satu jendela pun tak ada disini. Cahaya pun itu cuma samar samar saja. Ruangannya seperti ruangan yang sepi, gelap dan menyeramkan bagi kalian yang penakut.

Delisa kembali mengingat tentang masa masa kecilnya, yang tak seindah seperti anak anak yang lain. Apalagi dibandingkan dengan kakak kembarnya, Delima.

Ruangan ini, tetap sama bagiku. Ruangan ini adalah saksi, saat aku dihukum, oleh ayahku sendiri gumam Delisa didalam hati.

"Aish, apa ibu mengganti algojo nya? Kenapa menjadi rumit sekali," Delisa samar samar mendengar gumaman dari sang ayah. Mungkin seperti itulah gumaman nya, Delisa pun tak tahu apa maksud dari ayahnya itu.

Apa maksudnya algojo nya di ganti? Tanya Delisa dalam hati. Ia ingin menanyakan itu, namun ia takut menyinggung ayahnya, dan menyebabkan ayahnya kembali marah pada dirinya.

"Kamu tunggu disini, ayah akan keluar dulu. Ingat! Jangan kemana mana, apalagi mencoba untuk kabur," pesan sang ayah dengan memberi ancaman sedikit untuk Delisa.

Delisa mengangguk mengiyakan pesan ayahnya. Lagipula bagaimana ia bisa kabur dari tempat ini. Tidak ada satupun jendela di ruangan ini. Jadi, bagaimana dia akan kabur? Lewat lubang bawah tanah?

Joshua, ayah Delisa lalu menoleh kearah Delisa. Setelah melihat Delisa hanya mengangguk saja, Joshua pun bernafas berat, seperti enggan akan sesuatu.

Dělísa On - Going (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang