Bab 19. Kaila siapanya Arka?

29 15 18
                                    

Kaila siapanya Arka?
➷➷➷➷

Happy Reading -!
.
.
.

Author ngga tau mau bilang apa lagi, emang sengaja dikosongin, biar kalian aja yang isi hehe :)).

--------------------------------------------

"Iya bu, itu benar," jawab Kaila sambil menutup telinganya rapat rapat.

"Yaampun. Nanti bu guru, sama guru guru lainnya, akan menengok Delima, di rumah sakit, ya," ujar bu guru.

"Iya, bu, makasih," ujar Delisa tulus. Ia tulus mengucapkan terimakasih kepada bu guru.

Bu guru terus mengabsen murid murid yang lainnya.

"Javier Arsean Damanza"

"Iya, saya," sahut Javier cuek, saat namanya dipanggil oleh bu guru.

"Kaila Sifabella Dirgantara"

"Saya, bu" sahut Kaila.

"Kiara Fredella Ulani"

"Iya, saya, bu" sahut Kiara.

"Muhammad yusuf"

"Saya, bu"

"Raden Praja Bratadikara"

"Bu, seharusnya ibu bilang gini 'Raden Praja Bratadikara, pacarnya neng Kiara yang cantik' Nah, seharusnya ibu bilangnya begitu," protes Raden. Kiara melemparkan pensil tepat ke kepala Raden, yang membuat sang empu kesakitan.

"Pacar mata lo! Gue gak mau jadi pacar lo, amit amit deh," cibir Kiara.

Raden mengelus kepalanya yang dilempari pensil.
"Ihh gak boleh gitu neng, nanti eneng malah jatuh cinta sama saya," ujar Raden pede.

"Huek... Yang ada gue enek, liat muka lo," Kiara membuat wajah, seolah olah mual karena mendengar perkataan Raden tadi.

Ibu guru jengah melihat kasmaran diantara murid muridnya. Itu yang membuat ia jadi kangen dengan suaminya. Ah, jadi kangen si ayah deh batin bu guru.

"Sudah cukup! Kalian itu, kalau mau kasmaran, mending di hotel aja deh," ucap bu guru.

"Di hotel ngapain, bu?" tanya Kiara polos.

"Buat anak, ya ngga, Daf?" balas Raden dengan vulgar.

"Yoi dong, kan bisa ahh ahh gitu, yakan?" sahut Dafka yang membuat para murid laki laki, seketika otaknya travelling entah kemana. Anjim nih anak, kan gue jadi travelling batin orang orang yang otaknya travelling.

"Heh! Heh! Sudah cukup! Kamu Raden, bisa gak, gak usah protes ataupun nawar? Dan kamu Dafka, jangan menodai kepolosan orang, dan jangan buat mereka travelling," omel bu guru sambil menunjuk kearah Raden, lalu bergantian kearah Dafka.

"Iya iya, bu" Dafka dan Raden pun hanya pasrah diomeli oleh bu guru. Bu guru lalu melanjutkan mengabsen nama nama murid lainnya.

"Dan yang terakhir....
Ranggana Daniyal Andreson"

"Iya, kenapa bu? Ibu suka ya, sama saya? Sampe manggil manggil gitu," sahut Rangga. Ibu guru memutar bola matanya malas, ia sudah sering melihat anak muridnya, yang semacam Rangga ini.

Nasib apa saya, punya anak murid, macam gini semua batin bu guru. Ibu capek ya? Iya, sama kok, saya juga capek. Tertekan banget kayaknya, punya anak murid kayak Rangga gini.

Dělísa On - Going (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang