Bab 16. I'm fine

103 43 55
                                    

I'm fine
.
.

Mungkin bagi kalian, rasa sakit ini pasti sangat menyakitkan. Tapi bagiku tidak, karena aku sudah terbiasa dengan rasa sakit ini. Aku bukan wanita kuat, apalagi wanita yang cantik dan pintar. Aku hanya wanita yang mampu menyembunyikan penderitaanku dengan tawa ceriaku dan senyum palsuku.
-Delisa

---------------------------------------------

Delisa jatuh pingsan, didalam dekapan sang ayah. Sebelum pingsan, Delisa tersenyum. Disaat dirinya sedang tak baik baik saja, Delisa masih saja tetap memperlihatkan senyumannya. (Haduh, Delisa ini wanita yang kuat. Kalau author yang disitu, satu kali cambuk aja sudah pingsan. Apalagi ber cambuk cambuk, author mah auto meninggoy)

"DELISA!" teriak sang ayah saat melihat putri bungsunya pingsan di dekapannya. Dibawa lah tubuh Delisa dan di tidurkan dipangkuan sang ayah.

"Maaf, maafkan ayah nak," pinta sang ayah dengan lirih. Ia menangis tersedu sedu, melihat putrinya pingsan dengan darah yang masih mengucur deras.

"Kamu, cepat panggil bi Ijah," Joshua memerintah kan algojo itu untuk memanggil bi Ijah. Tak lupa bi Ijah pun memanggil dokter keluarga Ardilan.

Bi Ijah, dokter serta algojo pun tiba di ruangan itu. Joshua lalu bangkit dan menggendong Delisa dengan sangat hati hati. Ia lantas pergi dari ruangan itu, sambil membawa Delisa di gendongannya.

Joshua membawa Delisa ke kamarnya, dan membaringkan Delisa diatas kasur. Setelah dibaringkan, segera lah sang dokter memeriksa Delisa dengan penuh kehati hatian.

"Delisa tidak pingsan, dia hanya tertidur. Mungkin dia kelelahan dan tidak tidur seharian," ujar sang dokter

Lalu sang dokter menatap Joshua, ia menatap marah ke arah Joshua.
"Kau itu bagaimana si?! Kau tak becus menjaga Delisa!" lanjut sang dokter sambil memeriksa keadaan Delisa.

"Bang Jackie, bagaimana keadaan Delisa?" Joshua ternyata malah mengabaikan perkataan sang dokter, dan malah menanya balik kepada dokter Jackie. Ya! Nama dokter itu adalah, Jackie. Abang pertama dari bunda Delisa.

Kalian ingat dokter Reyhan? Yang waktu itu merawat Delisa di bab 2 itu? Nah! Om Reyhan aka dokter Reyhan itu juga sama, omnya Delisa dan Delima. Cuma, Reyhan itu adiknya dari sang bunda.

Dulunya memang bunda Delisa itu dari rakyat jelata. Bunda Delisa anak yatim piatu, dan hanya tinggal dengan 1 abang dan 1 adiknya. Dulu bunda Delisa itu juga seorang dokter. Tapi, dia berhenti menjadi dokter saat sedang mengandung Delisa dan Delima.

Karena kerja keras dari bunda Delisa, serta om dan pamannya. Akhirnya mereka bertiga, membuat rumah sakit, yang sekarang bernama "Bramantyo Hospitals".

Dokter Jackie berposisi menjadi dokter bedah dan pemilik rumah sakit itu. Ia menjadi dokter pribadi keluarga Ardilan, karena ingin merawat Delisa hingga Delisa menikah.

Dokter Reyhan berposisi sebagai dokter penyakit dalam dan kepala rumah sakit. Dan sekarang, Reyhan ingin fokus di penyakit jantung, alasannya karena ingin menyembuhkan Delisa, tanpa operasi jantung.

Dan bunda Delisa, Mira. Berposisi sebagai manajer dan wakil kepala rumah sakit. Walaupun Mira berhenti menjadi dokter, posisinya malah semakin meningkat,

"Keadaan Delisa buruk. Masih ada bekas tamparan dikedua pipinya. Bekas memar dikepalanya juga masih ada. Ditambah dia tadi dicambuk kan? Untungnya tubuh Delisa tidak lemah, jadi ia bisa bertahan sejauh ini," jelas Dokter Jackie sambil mengoleskan obat ke memar cambukan itu. Deg! Joshua merasakan sebuah belati, menusuk kedalam jantungnya. Ia merasa menjadi ayah yang buruk, untuk anak anaknya.

Dělísa On - Going (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang