BAB 14

33.6K 6.9K 548
                                    

Sesuai permintaan kalian. hari ini double up! Yeayyyyyyᕕ( ՞ ᗜ ՞ )ᕗ

~~

Felix mendongak menatap langit kemerahan dengan awan yang berwarna putih. Ia merasa berbeda saat menatap langit biru di dunia manusia. Jika menatap langit biru, Felix merasakan sebuah kebebasan. Namun ketika menatap langit merah di dunia bawah, Felix merasa seperti terkurung dalam sangkar. Tak ada kebebasan sedikit pun..

"Raymond, apa ayah mengabari sesuatu?" Tanya nya pada pria yang sedari tadi mengikuti.

"Beliau tak memberi kabar apapun, pangeran."

Felix menghentikan langkah nya tepat di depan pancuran yang ada di tengah taman istana iblis. "Bagaimana dengan keadaan ibuku?"

Raymond terdiam tak menjawab. Dia benar benar bingung harus memihak pada siapa. Jayden telah melarang nya untuk tidak memberitahukan keberadaan nya dan juga keadaan Clarissa pada Felix. Tetapi hati kecilnya merasa tak tega membohongi anak itu. Raymond menghela nafas panjang. Perintah Jayden adalah mutlak, ia tak dapat melanggarnya.

Keheningan menyelimuti dua pria berbeda umur itu. Mereka terlalu tenggelam dengan pikiran masing-masing.

DUNG!

Sebuah goncangan besar membuat Felix dan Raymond terhuyung. Mereka berdua saling menatap satu sama lain.

"Asher." Ucap Felix.

Raymond mengangguk paham. "Sepertinya pangeran kedua telah bangun dari masa tidurnya."

Felix berlari masuk ke dalam istana diikuti Raymond. Adik sekaligus kembarannya telah bangun. Felix menggigit bibir bawahnya. Ia benar-benar merasa sangat bahagia. Penantian yang telah lama Felix tunggu. Akhirnya berakhir.

Ia mendorong pintu besar yang telah lama di tutup dengan kasar. Senyuman yang sedari tadi ia tahan, akhir nya terlepas begitu saja. Kini bocah yang memiliki predikat datar setelah Jayden tersenyum lebar hingga menampakan gigi-giginya yang rapi.

Didalam ruangan, berdiri seorang anak laki-laki dengan tinggi yang hampir sama seperti Felix. Rambut berwarna putih, yang berbeda dari yang lain. Kulit yang terlihat sangat pucat. Dan memiliki manik mata kelabu, sama seperti Felix dan sang ayah.

"Siapa?"

Tanpa aba-aba Felix langsung berlari kencang menuju adik satu-satunya. Sudah lama sekali, Felix tak melihat kembaran nya. Ia menghamburkan pelukan nya pada anak laki-laki berambut putih. "Aku merindukan mu, Asher."

Asher tersenyum kecil dan membalas pelukan kakaknya. "Aku juga merasa rindu padamu. Tapi.. siapa kau? Aku tak mengenal mu." Ucapnya, terkekeh canggung.

Felix mendengus kesal. Ia lupa jika Asher sudah tertidur sejak ia lahir. Dan tak pernah melihat nya sedikitpun. "Aku akan memberikan ingatan ku pada mu."

Felix menempelkan keningnya pada kening Asher. Lama kelamaan sebuah cahaya putih keluar dari kepala Felix dan mengalir masuk kedalam kening Asher.

Asher meringis kesakitan, karena sebuah ingatan memaksa masuk kedalam pikirannya. Ingatan-ingatan Felix mengalir di pikirannya, layaknya seperti ingatan nya sendiri. Bayang-bayang ayah dan ibu nya juga terlihat di pikiran nya. Asher tersenyum tipis ketika dapat mengingat dengan jelas wajah cantik dari ibunya.

Felix menjauhkan dirinya, membuat kesadaran Asher kembali sepenuhnya. Ia menatap Felix dengan mata yang berbinar senang.

"Kakak!"

Raymond tersenyum lembut menatap kedua bocah yang memiliki wajah hampir sama. Mereka berdua terlihat menggemaskan dimata Raymond. Ia merasa sangat terharu dengan pertemuan kedua kakak beradik itu.

Felix mengangguk puas. "Bagus. Apa kau tau mana yang berhati iblis dan malaikat?"

"Ayah iblis dan ibu malaikat nya!"

Lagi-lagi Felix mengangguk puas. "Kau sangat pintar."

Asher terdiam menunduk. "Apa tak sebaiknya kita mencari ibu? Kita harus mengetahui bagaimana keadaan nya kan?" Tanya nya yang tersirat kerinduan dan kesedihan didalamnya.

Sebuah usapan lembut terasa di puncak kepala Asher. Ia mendongak menatap sang pelaku. Terlihat kembaran nya sedang tersenyum lembut padanya.

"Ayo kita pergi ke dunia manusia dan mencari ibu." Ucap Felix, membuat adiknya tersenyum senang.

Mereka berdua berjalan bergandengan hendak menuju keluar pintu. Namun di cegat oleh Raymond. "Tapi kalian berdua dilarang ke dunia manusia."

"Raymond."

Raymond merasa atmosfer di sekitarnya membuatnya merinding hebat. "Y-ya pangeran pertama?"

"Menyingirlah, jika kau tak ingin ku habisi." Sambung Asher, menatap sinis Raymond.

Raymond meneguk ludahnya kasar. Ia tarik kembali kalau mereka menggemaskan. Tidak ada yang menggemaskan pada para Andromeda. Mereka semua psikopat!

~~

Clarissa menatap Jayden yang sedang berjalan di sampingnya. Entah ini perasaan nya atau pria itu. Clarissa dapat merasakan kegelisahan.

"Jayden, apa kau gelisah?" Tanya Clarissa hati-hati.

Jayden melirik sekilas istrinya. "Sedikit."

Walaupun sudah memakai cincin pemberian Clo. Tetap saja itu hanya untuk menutupi isi pikiran nya. Sehingga perasaan nya masih bisa di rasakan Clarissa juga.

Sepertiga siku siku tampak timbul di kening Clarissa. "Seharusnya aku yang gelisah karena ini pertama kali nya bertemu orang tua mu."

"Itu berbeda. Aku hanya merasakan firasat buruk saja." Ucap Jayden lirih, namun terdengar lebih ke arah gumaman.

"Firasat buruk?"

~~

~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Demon King's Wife [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang