Matahari muncul dari sebelah timur dan menyinari kerajaan Envuella dengan cahayanya yang hangat. Sebagian orang mulai mengerjakan pekerjaan mereka masing-masing. Seperti yang terjadi di istana kerajaan Envuella. Sudah banyak pelayan dan juga perajurit yang mulai sibuk mengerjakan tugas mereka masing-masing.
Disebuah lorong panjang yang tergelar karpet merah berbahan kualitas tinggi. Berberapa pelayan terlihat sedang membersihkan debu-debu yang berada di atas meja, vas bunga, patung putih, dan lainnya.
"Kudengar hari ini putra mahkota akan kembali dari wilayah barat." Salah satu dari mereka mulai membuka percakapan.
"Katanya dia kembali karena tak mendapatkan hasil apapun mengenai penyelidikan dua ledakan yang terjadi 5 hari lalu." Seorang gadis bermake-up menor yang juga bekerja sebagai pelayan, menambahi.
"Kerajaan kita jadi terasa tak aman."
Gadis bermake-up menor kembali membuka suara. "Dua ledakan itu terjadi di hari yang sama. Bagaimana bisa itu terjadi?"
"Aneh sekali."
Dari kejauhan terlihat Felix dan Asher yang sedang berjalan menuju kamar kedua orang tua mereka. Dari awal percakapan hingga pembahasan saat ini, Felix mendengar semuanya.
Felix benar-benar tak menyangka bahwa ayahnya juga telah membuat sebuah ledakan. Jika sejak awal Felix mengetahui nya, pasti ia tak akan mengambil langkah meledakkan. Mungkin ada baiknya mengubah ruangan bawah tanah itu menjadi kolam bawah tanah. Pasti akan sangat unik.
Sekumpulan para pelayan itu terlihat menghentikan pembicaraan nya dan menatap pada Felix dan Asher. Tatapan merendahkan terlihat jelas dari raut wajah mereka.
Sudah enam hari berlalu sejak Felix dan Asher resmi di perkenalkan sebagai anak dari Jayden Auvamor-pangeran kedua kerajaan Envuella. Dan sudah selama itu pula Felix dan kembarannya selalu ditatap dengan tatapan merendahkan. Namun dua bocah kembar itu selalu saja bersikap tak peduli. Bagi Felix dan Asher 'selama tak mengganggu orang terkasih, maka mereka aman'.
Sebenarnya Felix sedikit merasa aneh mengenai status sang ayah di dunia ini. Bagaimana bisa ayahnya yang merupakan raja iblis memiliki orang tua yang berasal dari bangsa manusia semua? Felix sempat menanyakan perihal tersebut kepada sang ayah. Namun dia selalu saja menjawab 'kau masih kecil, tak perlu mengetahuinya'. Felix mendengus sebal saat mengingat kejadian itu.
Setelah mereka berdua sudah terasa jauh dari jangkauan para pelayan. Samar-samar Felix mendengar para pelayan sedang membicarakan keluarga nya.
Felix mendengus. "Sekumpulan para sampah menjijikkan." Gumamnya.
"Kau sedang bicara dengan siapa, kak?" Tanya Asher, menelengkan kepalanya menatap Felix.
"Tidak ada."
Sesampainya di depan pintu kamar kedua orang tua mereka. Asher langsung mengetuk pintu kamar dengan sangat keras. Sedang Felix hanya bisa melihat dengan gemas kelakuan adiknya.
Sudah ketukan ke 16, namun pintu kamar tak kunjung terbuka. Bahkan tak terdengar suara balasan entah itu dari ayah maupun ibu dari dalam sana.
"AYAHHH APA KAU SUDAH BANGUN? TOLONG BUKA PINTU NYA, ASHER INGIN MASUK." Teriak Asher dalam sekali tarikan nafas.
Bagai kamar kosong tak berpenghuni, Asher lagi-lagi tak mendapati suara apapun. Ia mendengus dan mengambil posisi duduk bersila di atas lantai. Tatapan matanya terus mengarah pada pintu besar di depan nya.
"Ayo kita dobrak saja, kak." Usul Asher, menoleh pada kakak nya yang sedang bersedekap dada.
Felix menggeleng kan kepala pelan, menolak ide gila sang adik. "Ayah akan marah dan menghukum kita."
Asher berdecak sebal. "Ini sudah hampir siang. Kenapa ayah dan ibu tak kunjung keluar dari kamarnya?"
~~
Sedangkan disisi lain, Clarissa di buat kesal sendiri. Bagaimana tak kesal, sudah berkali-kali Clarissa memohon untuk melepas tangan Jayden yang meliliti pinggangnya. Namun tetap saja pria yang sayangnya sangat tampan itu tak mau melepaskan rengkuhannya.
"Jayden kumohon.. " Rengek Clarissa, memasang wajah memelas. Namun percuma saja karena kedua mata Jayden terpejam.
"Seperti ini sebentar saja." Ucap Jayden, tanpa membuka matanya.
Clarissa mendengus kesal. "Kau sudah bilang 'Seperti ini sebentar saja' sudah ke 5 kali nya loh."
"AYAH JANGAN MENGURUNG IBU KU TERUS! CEPAT KELUAR!"
Terdengar teriakan melengking memasuki indra pendengaran kedua pasutri tersebut.
"Kau dengar? Anak-anak sudah menunggu." Ucap Clarissa namun tak mendapat respon apapun dari Jayden.
Clarissa mencubit perut Jayden dengan sangat keras. "Cepat lepaskan aku!"
Bukannya melepaskan rengkuhannya, Jayden malah mengeratkan nya. "Shttt diam sayang."
BRAKK!
Suara pintu di dobrak dengan sangat keras terdengar dan di susul oleh suara derap langkah kaki.
"AYAHH BRENGSEK! CEPAT MENJAUH DARI IBUKU!"
Tak jauh dari ranjang king size milik Jayden. Asher berdiri dengan kedua tangan yang berkacak pinggang. Sedangkan sang kakak hanya menatap datar tanpa ekspresi pada ayahnya.
Mereka berdua sudah terlalu lama menunggu di depan kamar. Sehingga dengan kenekatan Asher, ia mendobrak pintu dengan sangat keras. Padahal sudah Felix larang tapi ya sudah lah. Felix juga merasa kesal menunggu terus..
Dengan perasaan tak ikhlas, Jayden melepaskan rengkuhannya. Ia menatap kesal pada dua bocah yang seperti nya tak memiliki perasaan bersalah sedikitpun.
"Jangan mengurung ibu hanya untuk diri mu saja. Kami kan juga ingin bersamanya!" Seru Asher, menatap penuh kemusuhan pada Jayden.
"Clarissa itu istriku. Jadi terserah, jika aku ingin mengurungnya terus." Balas Jayden dengan santai. Tanpa menyadari telah memancing kekesalan Asher.
"Baiklah!" Sewot Asher, berjalan mendekati ibunya yang sedari tadi hanya diam dan menyimak.
Setelah sampai tepat di samping Clarissa yang sedang duduk diatas kasur. Asher mengambil tangan sang ibu dan memegang nya erat. Kemudian bocah berambut unik itu tiba-tiba saja menunduk dengan salah satu kaki yang di tekuk.
"Ibu, maukah kau menikah dengan ku?" Ucap Asher membuat Clarissa dan Felix tercengang.
Mulut Felix sedikit terbuka karena saking tak menyangka dengan keberanian kembarannya itu. Tiba-tiba saja Felix merasakan hawa-hawa yang sangat mencekam di sekitarnya. Felix mengalihkan pandangan nya pada sang ayah.
Manik mata Jayden yang semula berwarna kelabu, kini berubah menjadi merah se-pekat darah. Tanpa sadar Felix meneguk ludahnya sendiri dengan kasar.
"A-asher, sebaiknya kita pergi sekarang." Ajak Felix, membuat Asher menoleh padanya.
"Tidak." Tolak Asher, kembali menatap sang ibu dengan senyuman manis. "Ibu mau ya jadi istri Asher."
"Asher Andromeda."
Asher memutar bola matanya malas ketika sang ayah memanggilnya dengan nama lengkap. "Ada ap-"
Ucapan Asher berhenti saat dirinya menatap Jayden yang kini terlihat sangat menyeramkan.
"A-ayah?" Cicit Asher.
~~
Mulai hari ini update sesuai jadwal ya.
Kalian bisa liat di bio aku√Jangan lupa vote~
KAMU SEDANG MEMBACA
The Demon King's Wife [TERBIT]
Fantasy[Beberapa part telah dihapus] "Kau akan selalu menjadi milikku kan, Clarissa Andromeda?" Tanya Jayden mengusap puncak kepala istrinya yang tertidur pulas di dalam pelukannya. "Kita akan hidup bahagia dan lupakan saja keberadaan papa." Seru Felix se...