BAB 7

48.2K 7.5K 354
                                    

Clarissa datang dengan secangkir teh di tangannya. Ia melangkah dengan sedikit perasaan risih karena selalu di tatap oleh anak nya dan orang yang mengaku sebagai ayah Felix.

"Maaf, hanya ada teh saja." Ucapnya menaruh secangkir teh itu diatas meja.

Jayden menyeruput seteguk teh yang dibuat Clarissa untuk menghormatinya. "Ini enak. Terimakasih."

"Y-ya." Clarissa tersenyum kikuk.

Suasana di ruang tamu menjadi hening. Tak ada yang memiliki niatan untuk membuka pembicaraan. Suasana yang hening dan sunyi itu membuat Clarissa menguap. Padahal tadi dia tak kunjung mengantuk. Tetapi kini matanya menuntut Clarissa untuk segera tidur.

"Em-jika tak ada yang mau dibicarakan. Aku pamit tidur. Dan kau.." Clarissa menjeda kalimatnya dan menunjuk Jayden. "Kau bisa tidur bersama Felix."

"Tapi ma.. Kasur Felix hanya cukup untuk satu orang."

Clarissa yang baru saja akan melangkah pergi langsung terdiam. Ia menoleh kembali pada Felix dan berakhir menatap Jayden. "Bagaimana kalau kau tidur di ruang tamu saja?" Tanya nya hati hati.

Jayden mengerutkan kening nya tak suka. "Tidak. Aku tidur dengan mu." Ucapnya yang terdengar tak ingin dibantah.

"A-apa?"

Seketika otak Clarissa dibuat ngeblank. Bahkan wajah nya kini terlihat sangat konyol.

"Aku akan tidur dengan mu, istri." Ucap Jayden sekali lagi, namun dengan nada yang lebih rendah.

"Papa.. Mama tak mengenalmu. Jadi sebaiknya aku saja yang tidur dengan mama. Dan papa tidur di kamar ku." Sela Felix yang merasa melihat ibunya tertekan dengan ajakan Jayden.

"Itu ide yang bagus." Ucap Clarisa, sangat sangat menyetujuinya. "Ayo kita tidur, Felix."

"Mama tidurlah dulu. Felix masih ingin sedikit berbincang dengan papa." Felix melirik ayahnya yang terlihat sedang meminum teh nya dengan tenang.

Clarissa hanya mengangguk kan kepala dan masuk ke dalam kamar. Ia sudah sangat mengantuk dan ingin segera menyelami alam mimpi. Jadi terserah saja jika Felix ingin mengobrol banyak dengan ayahnya. Mungkin saja anak kecil itu masih merindukan ayahnya, pikir Clarissa.

Kini ruang tamu menjadi senggang setelah kepergian Clarissa. Felix beranjak bangun dari duduk. Manik mata kelabu milik nya menatap penuh pada Jayden.

"Aku peringatkan papa untuk tidak menyakiti mama ku.."

"Jika terjadi sesuatu pada mama karena ulah mu. Aku akan memporak-porandakan dunia bawah." Ancam Felix. Sekilas Manik mata kelabunya berubah menjadi merah gelap layaknya warna darah.

Walaupun selama ini Felix selalu bertanya tentang keberadaan ayahnya. Tetapi ia masih sedikit meragukan Jayden. Felix ragu karena sikap Jayden selalu acuh tak acuh terhadap dirinya dan sang ibu. Felix takut jika Jayden akan melukai Clarissa demi keuntungan dirinya sendiri. Felix sangat tau seperti apa ayahnya itu..

Sebagai seorang anak, ia memang menyayangi kedua orang tua nya. Tetapi Felix lebih menyayangi sang ibu karena hanya ibunya lah yang selalu bersama nya.

Jayden meletakan cangkirnya dan ikut berdiri berhadapan dengan sang anak. "Aku tak akan menyakiti ibumu, bocah cilik."

Setelah berujar seperti itu. Jayden langsung masuk kedalam kamar Clarissa. Felix yang melihat itupun melotot kesal.

"PAPA SEHARUSNYA KAU MASUK KE KAMAR SAMPING!" Teriak Felix, hendak ikut masuk ke dalam kamar ibunya. Namun sudah lebih dulu ditutup oleh sang ayah.

"Papa brengsek!"

Didalam kamar, Jayden mendengus geli karena mendengar umpatan yang keluar dari anaknya. Sudah lama sekali dirinya tak bertemu dengan putra nya itu. Ia merasa sangat sedikit rindu.

Walaupun ia menikahi Clarissa agar 'kekuatan'nya bertambah. Tetapi tak bisa di pungkiri bahwa ada setitik rasa untuk melindungi keluarga kecilnya itu. Jayden menatap Clarissa yang kini sudah tertidur lelap. Istrinya itu terlihat lebih hidup dari pada terakhir kali yang ia lihat.

Jayden berjalan mendekati ranjang dan merebahkan dirinya di samping Clarissa. Ia menatap sejenak wajah cantik istrinya. Kemudian mulai memejamkan mata.

"Good night my wife." Bisik nya.

~~

Kicauan burung mulai terdengar memasuki gendang telinga Clarissa. Ia melenguh pelan dan meraba ke samping.

"Felix ayo bangun.." Gugahnya dengan suara serak khas orang bangun tidur.

Kening Clarissa terlihat berkerut. 'Sejak kapan Felix punya roti sobek?' batin nya, tangan nya yang semula berada diatas perut, mulai meraba ke atas.

Tiba tiba saja sebuah tangan besar menghentikan tangan Clarissa yang nakal.

"Jangan memancing ku."

Terdengar suara serak dan berat layaknya seorang laki laki, membuat Clarissa langsung membuka matanya. Seketika Clarissa melotot, merasa terkejut dengan pemandangan di sampingnya. Bagaimana tidak? Kini di sampingnya tidur pria tampan yang mengaku sebagai ayah Felix atau bisa dibilang suaminya.

Clarissa langsung beranjak bangun, menjauhi Jayden. "Sejak kapan kau tidur disini?!"

Jayden mengubah posisinya menjadi duduk. "Sejak kemarin malam."

"Seharusnya Felix yang tidur bersamaku! Kemana dia?!" Tanya Clarissa tanpa sadar menaikan intonasinya.

Jayden berdecak kesal. "Bisakah kau tidak berteriak? Felix tidur dikamarnya."

Clarissa menatap sengit Jayden. Ingin sekali mengumpat didepannya. Tetapi Clarissa masih sadar, bahwa Jayden merupakan seorang raja iblis. Dan Clarissa tak ingin bermain dengan kematian:)

Clarissa mengusap wajahnya kasar. "Maaf." Ucapnya pelan, kemudian langsung pergi begitu saja.

~~

The Demon King's Wife [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang