Jayden menghela nafas bosan. Kini Jayden sedang berada di sebuah tenda yang biasanya di bangun untuk peristirahatan ketika perang.
Beberapa hari setelah melakukan project kecil membuat anak perempuan. Sebuah pemberitahuan telah terjadinya pemberontakan dari penduduk wilayah barat membuat Jayden harus turun tangan.
Kini sudah hampir satu bulan terlewati tanpa adanya Clarissa. Jayden mengerang pelan. Rasa nya tenaga Jayden lemah karena tak melihat wajah cantik sang istri.
“Raymond!” Panggil Jayden dengan nada yang tinggi agar suaranya di dengar sampai keluar.
Beberapa saat Raymond akhirnya datang dengan sedikit tergesa-gesa. “Ya baginda?”
“Berapa lama lagi masalah pemberontakan ini selesai?”
“Saya tak tahu baginda. Kemungkinan besar, besok kita akan perang lagi melawan orang-orang wilayah barat.”
Jayden menghembuskan nafas kasar. “Lama. Bunuh saja pemimpin mereka.”
“Tetapi pemimpin mereka terus bersembunyi. Kami tak dapat menemukan tempat persembunyiannya.” Tuturnya membuat wajah Jayden mengkeruh.
“Temukan dia malam ini. Dan aku tak menerima alasan apapun.”
“Tapi baginda–“
Hoekkk!
Jayden menutup mulutnya menggunakan kedua tangan. Rasa mual tiba-tiba saja hinggap di dalam dirinya. Perutnya terasa seperti sedang di aduk-aduk hingga membuatnya ingin mu–
Hoekkk
Jayden berjalan keluar dengan tergesa-gesa. Pria itu langsung memuntahkan isi perutnya di semak-semak yang berada di samping tendanya berdiri.
“Baginda apa anda sakit? Mau saya panggilkan healer?” Tanya Raymond mendekati Jayden dengan perasaan khawatir.
Jayden mengangkat tangan mengkode Raymond agar tak berjalan mendekatinya. “Bau tubuh mu sangat menyengat. Mandi sana!”
“T-tapi baginda, aku baru saja selesai mandi.” Ucap Raymond merasa sedikit tak terima di ejek bau oleh Jayden.
“Cepat mandi atau kau ku bunuh!”
“baik-baik!” Sahut Raymond sedikit sewot.
Raymond melangkah pergi menuju sungai terdekat untuk kembali melaksanakan ritual mandi. Para prajurit menahan tawa mereka saat melihat Raymond yang berjalan dengan kaki yang dihentak-hentakkan.
“Hei kalian semua!” Panggil Jayden membuat para prajurit mendekat.
“Ada apa baginda?” Tanya para prajurit serempak.
“Carikan aku buah mangga. Tapi tingkat kematangannya harus yang pas.” Titah Jayden membuat para prajurit mengernyit heran.
“Kami semua?”
Jayden menghela nafas sabar. “Ya iya lah! Cepat carikan aku buah mangga.”
Seketika para prajurit saling melempar pandangan. Jika semua nya mencari mangga. Lalu siapa yang akan menjaga markas? Tanya batin mereka.
Salah satu prajurit yang bernama Jefri memberanikan diri melangkah maju dengan pandangan mata yang tetap menatap bawah. “Tapi Baginda. Nanti markas tidak ada yang menjaga.”
Jayden memicingkan matanya menatap prajurit yang berani mengatakan ‘tapi’ pada perintahnya. “Aku ada disini. Musuh tak akan berani datang.”
“Baik Baginda. Sesuai perintah anda.” Ucap Jefri, tak bisa lagi melawan ego dari rajanya.
Semua prajurit mulai menyebar mencari pohon mangga terdekat. Markas yang sudah berdiri beberapa tenda itu menjadi senggang. Jayden lagi-lagi menghela nafas bosan. Punggung yang sedari tadi tegak kini sedikit menunduk lemas.
Perut Jayden terasa kosong karena tadi seluruh makanan sudah di keluarkan. Jayden mengelus perutnya yang kini minta di isi. Pria itu melangkah masuk kembali ke tenda nya.
~~
“Baginda, dimana para prajurit?” Tanya Raymond yang baru saja menyelesaikan ritual mandinya.
Jayden menurunkan koran yang sedang di baca olehnya. Ia menatap Raymond dengan kening yang berkerut. “Kenapa tubuh mu masih bau sih?”
Jayden menaruh koran nya dengan kasar. “Kau membuat ku ingin mual.”
Melihat rajanya melangkah keluar membuat Raymond kebingungan. “Anda mau pergi kemana? Anda bahkan belum menjawab pertanyaan pertama saya.”
Setelah berada di luar tenda. Jayden berbalik menghadap Raymond. “Aku akan kembali. Tentang masalah pemberontakan, ku serahkan semuanya padamu.” Ucapnya langsung melesat terbang menggunakan sayap hitamnya.
Raymond menatap keatas langit dengan perasaan dongkol. Padahal ia baru saja akan memprotes tugas yang di berikan Jayden. Tapi pria brengsek yang sayang nya adalah rajanya sendiri malah pergi dan tak menghiraukan respon darinya.
“Loh, sir Raymond? Anda sudah selesai mandi?”
Raymond menoleh kearah suara. Ia menatap heran pada segerombolan prajurit yang datang dengan masing-masing tangan memegang buah mangga. “Kalian meninggalkan markas hanya karena mencari buah mangga?”
Prajurit yang bernama Jefri menghembuskan nafas kasar. “Baginda raja yang menyuruh kami semua mengambilkan buah mangga.”
Raymond tercengang dengan penuturan pemuda itu. Raja mereka benar-benar aneh akhir akhir ini. “Sebenarnya ada apa dengan nya?” Gumam nya, merasa sangat bingung.
“Jef, Baginda Raja tak ada di tenda nya.” Ujar prajurit yang baru saja keluar dari dalam tenda Jayden.
“Lalu mangga ini bagaimana?” Tanya Jefri yang tak bisa di jawab oleh teman-temannya.
Pemuda itu akhirnya mengalihkan pandangan pada Raymond. Seorang yang menjabat sebagai tangan kanan pasti tahu dimana keberadaan Baginda raja. “Sir, dimana Baginda?”
Raymond tersenyum miris melihat raut wajah kelelahan dari para prajurit yang berusaha keras mencari mangga. “Baginda baru saja kembali ke kerajaan.”
Berseru tak percaya. “Jadi usaha kami sia-sia saja?”
Raymond yang sudah melangkah menjauh, mengangkat bahu acuh. “Itu nasib kalian.”
~~
Guys, berita baik buat yang ga ikut flash sale kemarin.
Penerbit ngadain promo lagi untuk beberapa hari. Nah ini kesempatan kalian buat meluk Raja iblis!
Aku juga ada kabar baik!
Dua project cerita sedang berjalan. Kalian bisa lihat judulnya di bio aku.Kalau ada pertanyaan silakan di tanya.
Follow juga ig @pjy.at
KAMU SEDANG MEMBACA
The Demon King's Wife [TERBIT]
Fantasy[Beberapa part telah dihapus] "Kau akan selalu menjadi milikku kan, Clarissa Andromeda?" Tanya Jayden mengusap puncak kepala istrinya yang tertidur pulas di dalam pelukannya. "Kita akan hidup bahagia dan lupakan saja keberadaan papa." Seru Felix se...