Karina menatap rumah besar di depannya dengan muak. Akhirnya dia kembali pulang ke sangkar ini.
"ANAK KURANG AJAR"
Karina merasa pipinya panas dan sudut bibirnya terasa amis. Jeff Genta menamparnya begitu sampai di depan ayah kandungnya itu.
Ibu dan kedua saudaranya berdiri tak jauh dari sana, menatapnya dengan prihatin dan kasihan.
"KAU BENAR-BENAR ANAK TIDAK TAU DIRI! KAU PIKIR KAU BISA KABUR HAH??"
Karina diam saja, menatap mata Ayahnya pun dia tak berani.
Jeff Genta benar-benar murka kali ini, urat-urat wajahnya menegang seiring dengan suaranya yang meninggi.
Dia masih tidak habis pikir kenapa dia bisa kecolongan dan membuat putri bungsunya ini berani melarikan diri.
"SIAPA YANG MENYURUHMU UNTUK KABUR HAH? SIAPA YANG KAU TEMUI DI RUMAH ITU??"
Jeff Genta mencengkram dagu Karina, memaksa putrinya itu untuk mendongak.
Karina tersentak, rasa sakit mulai menjalar di wajahnya.
"T-tidak a-ada ayah" cicitnya dengan susah payah, air matanya sudah mengalir deras.
"LALU KENAPA KAU BERANI KABUR HAH??? KAU PIKIR KAU BISA PERGI BEGITU SAJA?? HIDUPMU ITU BUKAN MILIKMU TAPI MILIK GENTA, SUKA TIDAK SUKA KAU HARUS MELAKUKAN TUGASMU SEBAGAI KELUARGA GENTA!!"
"M-maaf ayah" meminta maaf adalah satu-satunya pilihan Karina saat ini. Meski rasa sakit dari ucapan ayahnya dan wajahnya yang terasa remuk sangat menyakitkan.
Jeff Genta melepaskan tangannya dari wajah Karina.
"Jayden ambil tongkat Ayah"
Karina menggeleng-gelengkan kepalanya dengan panik
"Ampun ayah, Karina salah, tolong jangan hukum Karina ayah" Karina meringsut dan memohon, ia memegang kedua kaki Ayahnya mencoba meminta pengampunan.
"Tolong berhenti, sudah cukup, bagaimanapun dia masih putrimu" Airin, Ibu Karina mencoba menenangkan sang suami.
"Anak ini harus diberi pelajaran agar tidak akan pernah mengulangi hal yang sama"
Airin kembali menjauh, suaminya ini tak akan pernah menuruti perkataannya. Dia menatap putrinya dengan sedih, bagaimanapun juga dia tetaplah seorang ibu, dia yang mengandung dan melahirkannya, sudah pasti ikatan diantara mereka tidak akan bisa dielakkan.
"JAYDEN CEPAT AMBIL TONGKAT AYAH"
Jayden segera melaksanan tugas dari Ayahnya, meski kasihan tapi ibunya saja tidak bisa menghalangi apalagi dirinya.
"Ampun ayah, tolong maafkan Karina"
Seakan menulikan pendengaran nya, Jeff mengambil tongkat dari tangan Jayden dan bersiap memukulnya ke punggung anak perempuannya itu.
Satu kali, dua kali, sepuluh kali...
Karina menutup matanya menahan rasa sakit di punggungnya.
Tongkat ayahnya itu terbuat dari rotan asli yang cukup berat, dipukul pelan saja akan sangat menyakitkan apalagi ketika mengenai punggung rapuh Karina dengan kekuatan laki-laki dewasa yang masih sangat bugar seperti ayahnya.
Karina yakin punggungnya sudah berdarah saat ini.
Airin, Kai dan Jayden tak berani untuk melihat dan memalingkan wajah mereka. Rintihan dan tangisan Karina membuat mereka seakan dapat merasakan rasa sakitnya juga.
Di pukulan ke tiga puluh, Jeff baru berhenti.
"Ini berlaku untuk kalian juga, jangan pernah melanggar perintah Ayah atau sampai berani melarikan diri seperti anak bodoh ini, kalau tidak ingin mendapat hukuman"

KAMU SEDANG MEMBACA
PILIHAN✓
RandomKarina tau dimana posisinya, ia tau hidupnya telah ditentukan sejak ia lahir. Tak ada pilihan dalam hidupnya, semuanya sudah di susun oleh kedua orang tuanya. Hidup penuh kejutan?? Naaaahh tak ada kejutan dalam hidup Karina.