01. Karina Fiona Magenta

950 100 0
                                    


Karina menatap bosan pemandangan diluar jendelanya, setiap hari hanya pemandangan lapangan golf yang ia lihat. Ia bagai hidup seperti Rapunzel yang dikurung di menara, bedanya ia dikurung oleh orang tuanya sendiri.

Tak banyak yang bisa Karina lakukan, hanya membaca buku, bermain ponsel atau mempercantik diri. Ia tidak diijinkan melakukan hal-hal yang bisa merusak wajah atau kulitnya.

"Nona Karina, saya boleh masuk??" Seseorang mengetuk pintu kamarnya dan meminta ijin untuk masuk.

"Ya Sakura, masuklah"

Sakura, gadis seumuran Karina yang sudah menjadi sahabatnya sejak kecil. Sakura anak dari kepala pelayan di rumah itu, membuat ia dan Sakura tumbuh bersama, ibu Karina bahkan menugaskan Sakura untuk selalu menemani Karina kemanapun, tentu saja hanya menjaga agar Karina tak merusak kecantikannya.

"Ada apa Sakura??"

Sakura menundukkan kepalanya hormat, sedekat apapun ia dan Karina, Karina tetaplah majikannya.

"Saya ditugaskan nyonya Airin untuk mengajak anda membeli peralatan sekolah yang baru"

Karina mendengus
"Bukankah peralatan sekolahku masih bagus??"

"Iya nona, tapi sekarang nona sudah kelas 2, jadi nona butuh buku-buku baru"

Karina berdecak, lalu bangkit dari tempat duduknya

"Yasudah, panggilkan Riana" Riana adalah stylish pribadinya

"Baik nona" Sakura mengerti, bukan keinginan Karina jika ingin keluar rumah wajib berganti pakaian melainkan itu adalah peraturan penting dari sang ibu, padahal pakaian rumahan ala Karina saja berupa gaun-gaun mahal dari merek terkenal dunia.

Riana datang sesaat setelah Sakura pamit keluar

"Ada yang bisa saya bantu nona?" Riana menunduk sopan, enggan bertatap mata langsung dengan sang putri Genta satu-satunya ini.

"Aku dan Sakura akan ke mall, tolong sesuaikan pakaianku"

Riana mengangguk mengerti, lalu mulai menjalankan tugasnya.

Setelah 20 menit kemudian, Karina siap dengan Sundress dengan motif floral berwarna navy, warna kesukaan gadis itu. Rambutnya digerai dan sebuah hiasan rambut berbentuk bunga sakura menempel indah di dekat keningnya.

"Terima kasih Riana"

"Sama-sama nona"

Karina dan Sakura berangkat bersama dengan satu mobil. Mobil sedan Maybach landaulet seharga USD 1.380.000 itu melesat meninggalkan rumah 6 lantai tempat Karina tinggal.

Sesampainya di salah satu mall terbesar di Jakarta, Karina diikuti oleh Sakura dan beberapa bodyguard, mulai menelusuri toko demi toko di mall tersebut.

Bukan hanya membeli peralatan sekolah, Karina juga membeli beberapa pakaian yang disukainya, meski tau Riana atau ibunya tidak akan menyukai model pakaian yang dipilihnya, Karina tetap membeli.

Merasa lelah, Karina singgah di sebuah Cafe yang ada di mall tersebut untuk mengisi energi. Sepiring steak sudah tersaji dan Karina segera memakannya.

"Kau harus makan banyak, lihat tanganmu itu, tak ada dagingnya sama sekali"

Merasa mengenal suara itu, Karina menoleh ke arah meja di belakangnya. Dan benar saja disana duduk seorang laki-laki yang tak asing lagi baginya. Jeno Orlando Smith, laki-laki yang sudah menjadi tunangannya sejak kecil.

Jeno terlihat sedang makan berdua dengan seorang gadis yang lagi-lagi sangat familiar, Jessica Valen, pacar Jeno. Di sekolah, mereka terkenal sebagai pasangan yang banyak diidolakan dan digadang-gadang akan menjadi pasangan yang akan berakhir di pelaminan saat melihat keromantisan mereka. Hah mereka tidak tau saja.

Karina mendengus, tiba-tiba selera makannya menghilang.

"Sakura"

Sakura yang berdiri di samping Karina segera menunduk

"Saya nona"

"Bawa semua barangnya, kita kembali ke rumah" Karina berdiri dan dengan sengaja mengambil jalan dari samping meja Jeno dan Jessica, Sakura dan beberapa Maid yang memegang barang belanjaan Karina segera mengikutinya.

Karina melangkah anggun, sama sekali tak menoleh pada Jeno meski ia merasa jika laki-laki itu sedang melihatnya.

"Karina"

karina berhenti, namun masih enggan menatap Jeno

"Kau tidak melihat apapun" seperti biasa, nada bicara Jeno terdengar tegas dan dingin, sangat berbeda jika sedang berbicara dengan gadis yang duduk didepannya.

"Aku mengerti" Seperti biasa, Karina tak akan menanggapi lebih, kau tidak melihat apapun itu berarti ia harus melupakan jika ia melihat Jeno dan Jessica makan bersama serta jangan sampai memberitahukannya pada orang lain, terutama ayah nya.

Karina kembali melangkah ketika merasa Jeno sudah selesai dengannya.

"Kamu nggak boleh gitu, bagaimana pun dia tetap tunangan mu"

Jeno menatap tajam gadis didepannya

"Kita udah ngebahas ini, jangan pernah ngebahas dia saat kita lagi bersama"

Jessica menghela nafas, bukannya ia menutup mata selama ini, ia tau jurang perbedaannya dengan sang kekasih sangat dalam. Jika bagi keluarganya hubungannya dengan Jeno ini adalah berkah, maka keluarga Jeno akan menganggapnya sebagai aib.

"Aku hanya mengingatkanmu, bagaimanapun juga suatu hari nanti dia akan menjadi istrimu"

Jeno mengetatkan rahangnya, pembahasan ini lagi.

"Jessica, jangan membuatku marah. Makan saja makananmu dan kita segera pulang" tegas dan tak terbantahkan, Jessica sudah terbiasa dengan sifat kekasihnya itu.

"Sampai kapanpun kau tak akan bisa menghindar" Jessica mengelap bibirnya dengan sapu tangan dan segera berdiri, meninggalkan Jeno yang makin terlihat murka.

"Tak akan, aku akan melakukan segala cara untuk menghentikannya"

***

"Nona, saya boleh masuk??"

"Masuk Sakura" Karina yang sedang membaca sebuah buku mengalihkan tatapannya sejenak pada Sakura

"Nona, tuan Yoshi datang berkunjung, dia ingin bertemu dengan anda"

Karina mengernyit heran "Tumben nggak langsung masuk aja" Gumamnya

"Baiklah Sakura, katakan aku segera datang"

Sakura mengangguk, lalu pamit undur diri.

Tanpa berlama-lama Karina langsung pergi menuju Yoshi setelah memastikan penampilannya masih layak untuk menemui orang lain.

Yoshi Avrel Abraham, putra sulung dari keluarga Abra dimana mereka adalah keluarga terkaya dengan bisnis yang berpusat di Jepang. Yoshi laki-laki tampan, gagah dan ceria, ia sudah menjadi sahabat Karina sejak di sekolah dasar.

Keluarga Abra pernah berencana akan menjodohkan Karina dengan Yoshi namun ditolak keras oleh Jeff Genta selaku Ayah Karina dengan alasan sudah lebih dulu menerima perjodohan dengan keluarga Smith. Padahal yang sebenarnya adalah Jeff enggan menjalin hubungan dengan keluarga Abra karena perusahaan keduanya bergerak di bidang yang sama yaitu Makanan. Meski berpusat di negara yang berbeda Jeff merasa hubungan antar keluarga Abra dan Genta tidak akan menghasilkan apa-apa, sementara keluarga Smith bergerak di bidang bisnis perhotelan dan Supermarket yang tersebar di seluruh dunia. Tentu saja akan sangat lebih menguntungkan jika Jeff bekerja sama dengan Samuel Smith dan hubungan tali pernikahan akan semakin menguatkan kerja sama itu.

Picik? Memang begitulah sistem pebisnis besar seperti mereka. Apapun yang bisa menguntungkan perusahaan harus dilakukan. Pernikahan bisnis begitu orang menyebutnya bukan lagi hal tabu, malah pernikahan atas dasar cinta tanpa derajat akan sangat diharamkan bagi mereka.

-

PILIHAN✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang