Itu dia datang.
Yoshi berlari-lari kecil menuju Karina, mengabaikan mobilnya yang terparkir sembarangan.
"Darimana aja sih? Yoshi kangen"
Karina menjauhkan tangannya dari pelukan Yoshi. Bagaimanapun mereka masih menjadi pusat perhatian saat ini.
"Gue udah menghilang selama ini tapi lo baru nanya sekarang? Hebat banget!"
"Gue nyariin, tapi mereka malah ngehalangi"
Bodyguard yang ditunjuk Yoshi langsung menundukkan kepalanya hormat pada putra satu-satunya keluarga Abra itu.
"Terserah" Karina meninggalkan Yoshi dan segera memasuki sekolah, dia benar-benar muak menjadi tontonan saat ini.
"Karina-yaaaaang"
Yoshi tentu saja akan mengikutinya, menggandeng lengannya dan menempel seperti lintah.
Tak banyak yang berubah dari sekolah ini, tentu saja ini masih beberapa hari, mereka masih menjadi lalat-lalat menjijikkan belum berubah menjadi nyamuk gatal.
"Gimana keadaan sekolah?"
Yoshi yang ditanya langsung sumringah, dia berkata dengan riang.
"Baik, cuma gue yang kesepian, mereka malah seneng lo nggak ada"
"....."
Sakura mengutuk tuan muda keluarga Abra itu dalam hati, ya iyalah dalam hati kalau langsung bisa mati dia digantung di tiang bendera.
"tapi ada gosib yang lagi headline akhir-akhir ini"
Karina merasa tertarik, biasanya semua gosib yang Yoshi bawa tak pernah mengecewakan dan selalu fenomenal.
"Katanya, Jeno dan Jessica putus" suara Yoshi dibuat serendah mungkin tapi Karina dan sakura masih bisa mendengarnya dengan baik.
"Seberapa akurat?"
"Sangat akurat, lihat mereka bahkan datang terpisah" Yoshi menunjuk Jeno yang baru tiba, kali ini dia berucap lantang.
Sakura "kenapa dia repot-repot berbisik kalau akhirnya mengucapkan dengan keras sekarang?"
Karina melihat Jeno dengan tertarik, apa yang terjadi pada orang itu?
Karina mendekati Jeno dengan langkah lebar, berjalan bersisian yang diikuti Yoshi dan Sakura.
"Kamu nggak rindu sama tuananganmu ini?"
"Sayang sekali kau ternyata masih hidup" Orlando sama sekali tak meliriknya, tapi Karina tak ingin berhenti kali ini.
"Aku dengar kau putus dengan pacar kesayangan yang nggak 'merepotkan' itu, apa karena dia nggak mau kau ajak kawin lari?"
Jeno berhenti, kini menoleh pada Karina sepenuhnya. Karina tau kalau dia baru saja menebak dengan tepat.
"Apa bergaul dengan orang rendah membuatmu suka mencampuri urusan orang lain?"
"Ah ternyata aku benar, padahal cuma asal tebak"
Orlando menatap gadis di depannya dengan tajam, urat-urat lehernya menonjol tanda Karina baru saja berhasil mengeluarkan amarahnya.
"Kenapa kau harus kembali? Padahal aku sudah membuat pesta perpisahan untukmu"
"Sayang sekali, nanti kita membuat perayaan lain di hari pernikahan kita, oke?"
Yoshi yang sejak tadi hanya diam seketika melotot begitu mendengar kata pernikahan.
"Kalian akan menikah? Kapan?"
Karina memutar bola mata, kedua tangannya dilipat di depan dada "Bukannya kami memang bakal nikah cepat atau lambat?"

KAMU SEDANG MEMBACA
PILIHAN✓
De TodoKarina tau dimana posisinya, ia tau hidupnya telah ditentukan sejak ia lahir. Tak ada pilihan dalam hidupnya, semuanya sudah di susun oleh kedua orang tuanya. Hidup penuh kejutan?? Naaaahh tak ada kejutan dalam hidup Karina.