Sette : Piatti Michella e Damien⚠️

138 3 0
                                    

Venesia, Italia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Venesia, Italia. 2018

Satu kuku tercabut dari ruangan itu. Sehingga Ben berteriak nyaring dalam keheningan ruangan yang terasa lengang. Untungnya, ruang VIP ini didesain kedap suara. Sehingga teriakan sekencang apapun, tidak akan terdengar.

Darah mengucur dari jari yang kukunya hilang. Michella tersenyum asri. Namun, matanya menyorot Ben tajam.

"Aku tidak suka kau," Michella berujar.

Ben tidak mendengarkan, dia fokus dengan rasa sakitnya. Damien menatap Ben malas. Lalu, dengan kasar dia menancapkan pisau di tangannya ke perut Ben, dan membiarkannya ditertancap disana.

Sedangkan Michella masih asik dengan kegiatan mencabut kuku Ben. Ben kembali berteriak, saat rasa sakit dari tusukkan di perut dan saat kukunya tercabut terasa bersamaan.

"Siapa kalian?" Ben bertanya sembari meringis menahan sakit yang dideranya.

Ben terbatuk saat pisau tercabut dari perutnya, lalu kembali di tusukkan ke area yang lain. Michella masih berkutat dengan kuku Ben yang menarik perhatiannya. Menikmati setiap teriakan kesakitan Ben kala luka diterima lelaki tua itu.

Tiga jari Ben sudah tidak memiliki kuku. Darah mengotori lantai berkeramik putih itu.

"Bukankah kita sudah berkenalan?" Damien bersuara tenang. Sorotnya kosong dengan senyum mengembang yang menyejukkan.

"Haruskah kita kembali berkenalan?" Damien bertanya sembari kembali mencabut pisau yang tertancap di tubuh Ben. Ben kembali berteriak nyaring, lalu setelahnya Damien kembali berujar, "Dante. Kau bisa memanggilku itu."

Michella diam setelah menghilangkan empat kuku Ben. Dia menatap Damien yang mulai turun dari perut Ben dan mulai menggoreskan pisau yang sudah berada digenggamannya ke tubuh Ben.

Satu gores, dua gores, tiga gores yang cukup dalam untuk membuat teriakkan Ben kembali terdengar. Michella tersenyum. Ahh, Damien-nya begitu mempesona.

Damien yang merasa diperhatikan, menoleh kearah Michella yang sedang memandanginya. Damien mengangkat alisnya, bertanya ada apa. Namun, apa yang Damien lakukan semakin membuat Michella terpesona. Michella tertawa kecil. Menggelikan. Tapi, Damien benar-benar tidak bisa ia lewatkan.

"Kau tampan," Michella berujar dengan mata berbinar kala sorotnya menatap Damien.

Damien memutar bola matanya malas. Haruskah ada adegan menggelikan di tengah adegan yang seperti ini? Damien tidak mengindahkan Michella, dia kembali ke hal yang menyenangkan untuknya.

K A M U F L A S E (SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang