Storia Passata

374 7 1
                                    

🎭🎭🎭

Bagian 1

Ekaterinburg, Rusia. 2002

Jalanan malam kota Ekaterinburg nampak bercahaya oleh lampu-lampu.

Orang-orang berjalan di trotoar dengan langkah tergesa. Salju mulai turun. Para manusia itu mengeratkan mantel mereka, berharap segera sampai ke rumah mereka masing-masing. Agar mereka bisa menghangatkan tubuhnya.

Maks Todor. Menatap ke jendela yang menunjukan pemandangan salju yang mulai turun.

Dia mengepulkan asap nikotinnya, lalu kembali menyesap benda itu. Berulang kali ia melakukan hal itu. Hingga seseorang mengetuk pintu ruangan yang ia tempati.

Maks membiarkan orang yang mengetuk pintu itu masuk. Seorang pria dengan pakaian khas datang menghadap lalu membungkukan tubuhnya.

"Tuan, budak yang hendak kabur itu, apakah Tuan sendiri yang akan menghukumnya?"

"Ya... Biarkan aku..."

🚫🚫🚫

Seorang anak laki-laki terlentang di sebuah ruangan yang kotor dan gelap. Badannya di penuhi darah juga tampilannya yang jauh dari kata baik.

Ia lelah. Ia ingin Tuhan menolongnya. Ia ingin ada cahaya di ruangan itu. Ia ingin ada seseorang yang mampu meredakan keputusasaannya.

Ia berputus asa atas apa yang menimpanya. Ia menyerah. Ia tidak bisa lagi menahan kesakitan yang luar biasa ini.

Suara pintu terbuka tidak mengalihkan pandangan anak laki-laki itu yang menatap langit-langit ruangan dengan tatapan kosong.

Ia tidak bisa berfikir untuk lari lagi di tempat ini. Tubuhnya terlalu kecil untuk melawan mereka yang memilik tubuh dua kali lipat lebih besar darinya.

Ia akan menyerah. Namun, hatinya terus berdo'a kepada Tuhan, agar ia bisa lepas dari kesakitan ini.

Ia masih mempunyai Tuhan. Ia masih memiliki harapan. Ia masih terus percaya, jika keadilan Tuhan akan datang kepadanya.

Namun sepertinya, ia harus melepas harapan itu kala tangannya yang lemah di tarik kasar oleh seseorang.

Air matanya luruh. Namun, ia tidak mengeluarkan suara isakan.

Tuhan tolong aku....!!

Hatinya menjerit meminta pertolongan.

Mulutnya di buka secara paksa. Seorang laki-laki dengan kasar memaksa anak laki-laki itu untuk meminum sesuatu. Alkohol.

Ia tidak bisa melawan. Tubuhnya terlalu ringkih. Ia tidak bisa menggerakkan tubuhnya sendiri. Mentalnya terombang ambing ditempat yang tidak ia ketahui. Orang-orang itu membuat mentalnya benar-benar rusak.

Sungguh malang nasibnya.

Setelah satu botol minuman beralkohol itu habis. Maka, kekerasan lain di terima tubuhnya dengan pasrah. Mau bagaimana lagi? Melawanpun sulit. Dia hanya seorang anak kecil yang tidak tau betapa kejamnya dunia ini. Dia hanya seorang anak kecil yang memiliki fisik juga mental lemah.

Pakaiannya di robek. Memperlihatkan maha karya luar biasa yang membuat orang bertubuh besar itu tersenyum puas. Senyum yang selalu di ingat sebagai pertanda kekejian yang ia terima. Senyum yang selalu membuatnya takut.

Tuhan.. Tolong aku...

Aku tidak berdaya...

Hatinya kembali menjerit pilu.

Sungguh mentalnya benar-benar di hancurkan di tempat ini.

Pria itu mengeluarkan cambuk dari balik bajunya. Matanya menyiratkan kepuasan saat melihat ketakutan tertera jelas di wajah anak laki-laki itu.

Anak laki-laki itu di lemparkan dengan tidak manusiawi. Tubuhnya bergetar menahan sakit yang mendera tubuh kecilnya. Suara retakan terdengar kala kakinya di injak dengan begitu kuat.

Ia berteriak. Melampiaskan segala sakit yang diterimanya.

"Kau sudah melakukan dosa, anak kecil."

Suaranya menakutkan untuk anak seusianya.

Sakit. Kepalanya serasa ingin pecah. Kakinya mungkin patah karena diinjak dengan begitu kuat. Kulitnya terasa perih karena luka sayatan yang di terimanya. Punggungnya serasa hancur karena terlalu sering di banting. Matanya memerah karena tangis. Tubuhnya kotor dengan darah juga debu. Tenggorokannya kering karena tidak di aliri air. Perutnya kram karena menahan lapar terlalu lama.

Entah sudah berapa hari ia terkurung di tempat ini. Ia tidak bisa melihat cahaya. Ia tidak bisa merasakan udara luar. Ia tersiksa.

Tubuh kecilnya di cambuk berkali-kali. Sepertinya lelaki itu sedang melampiaskan amarahnya.

Kembali. Hatinya berdo'a. Meminta kepada Tuhan agar membantunya. Namun, pertolongan itu tidak ia dapat.

Lalu ia rasakan tarikan itu kembali. Ia tidak bisa berfikir apa-apa. Matanya secara perlahan tertutup. Tetapi, ia masih bisa merasakan sakit kala kepalanya di benturkan ke tembok. Lagi.

Darah mengucur dari belakang kepalanya. Ia masih merapalkan doa dalam hatinya. Ia masih percaya akan kebaikan Tuhan.

Namun, sampai ia berada di kondisi separah ini pun. Tuhan tidak membantunya.

Haruskah ia menyerahdan berhenti percaya kepada Tuhan? Atau tetap merapalkan doa yang sampai pada saat ini tidak terkabul.

Sakit itu kembali terasa. Kepalanya benar-benar terasa hancur. Hidungnya berdarah. Dadanya sesak. Lalu ia memuntahkan darah.

Tuhan... Betapa malang nasib anak ini...

Sebelum matanya tertutup sempurna. Ia merapalkan sesuatu dalam hatinya. Bahwa ia menyerah atas kebaikan Tuhan. Ia tidak bisa kembali berharap pada kebaikan Tuhan. Tuhan tidak ada saat dirinya benar-benar membutuhkan sebuah pertolongan.

🎭🎭🎭

Sabtu, 9 Oktober 2021

Salam Pho🎭

K A M U F L A S E (SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang