30

4.4K 252 55
                                    

follow
___

Langit yang semula biru kini berubah menjadi sendu. Awan pun yang semula biru menjadi mengabu. Angin berhembus pelan.

Rapuh. Saat ini Nanda rapuh. Tepat pukul 9 pagi tadi, sang ayah memberi kabar bahwa Ririn, sang ibu meninggalkan dunia ini untuk selama lamanya. Masih terngiang dibenak Nanda saat sang ibu mengucapkan kata 'kangen' melalui telfon, dan teringat jelas kondisi terakhir sang ibu yang kurus akibat penyakit yang dideritanya.

Rean terus memeluk tubuh rapuh Nanda yang menangis sambil memandangi foto sang ibu saat pernikahannya itu. Senyum yang tidak mungkin Nanda dapatkan lagi kini tercetak jelas didalam foto tersebut.

"Ibu.."

Rean mengecup kening perempuan itu tulus. Dia dapat merasakan apa yang Nanda rasakan.

Sementara itu, Nanda terasa dunia nya akan hampa. Dunia nya hilang. Tidak akan adalagi yang memarahinya. Tidak dapat lagi merasakan masakan nya.

"Nanda," Ranty mendorong pelan pintu kamar Rean yang tidak tertutup rapat. Hatinya tersentuh saat melihat mata menantunya yang membengul akibat tangisnya. Ranty mendekati Nanda lalu menggiring Nanda untuk duduk ditepi ranjang. Sementara Rean membuka ponselnya menghubungi Juna perihal jenazah sang ibu mertua.

"Ibu kamu udah nggak ngerasain sakit lagi.."

"Ibu udah tenang..."

"Sekarang, yang ibu kamu butuhin bukan air mata, tapi doa.." Tangannya terulur mengusap  rambut Nanda dan mengahapus jejak airmata yang turun dari mata Nanda.

Nanda tidak mampu menahan air matanya.

Padahal hari ini ia akan menunjukan sesuatu yang selama ini sang ibu mau dan baru ia ketahui kemarin. Bahkan orang pertama yang akan ia kasih tau adalah sang ibu, bukan Rean sang suami. Apalagi Ranty.

"Nanda," Ranty mengurai pelukannya dan mengusap air mata miliknya. Rean menghampiri Nanda dan membawa Nanda untuk duduk lebih dekat dengannya sementara ponsel ditangannya sedang menghubungi Juna, sang kakak. Tidak berselang lama panggilan terhubung menampilkan wajah Juna yang sembab dengan senyum yang ketara dipaksakan.

"Nanda, jangan nangis.." pinta Juna dengan senyum khasnya namun saat ini dipaksakan. "Kamu jangan sedih, ibu minta kamu jangan sedih.. insyaallah nanti sore ibu sampe dirumah lama.." Nanda memeluk Rean. Sementara itu, Ranty yang berada disampingny juga tidak dapat menahan tangisnya.

Hening beberapa saat. Juna belum melanjutkan kata katanya melihat Nanda yang masih erat memeluk Rean. "Tadi sebelum ibu meninggal, ibu sempet bilang..."

" 'jun, ibu kangen banget sama nanda.. ibu gasabar pengen gendong cucu dari kamu sama nanda.. kalo ibu nggak ada, bilang nanda ya, suruh tanya ke ayah apa yang ibu bicarain buat nanda nanti..' dan disitu kakak sempet pengen nangis denger kata kata ibu.."

" 'Badan ibu udah sakit banget jun, kamu kasi tau Nanda yang tadi ya..' Disitu kakak gabisa nahan nangis nda, tapi ibu malah ketawa.. terus ibu bilang gini ke kakak.."

" 'Panggil ayah Jun, ibu pengen ngomong..' abis itu kakak nggak tau, karena ayah minta kakak keluar.." Dan Juna kembali banjir air mata. Ia menceritakan terus sambil airmata yang keluar dari suudut matanyya.

"Dan pas kakak coba buat pejamin mata karena ngantuk begadang semalem, dokter dari ruangannya keluar dan masuk keruangan ibu.. Disitu firasat kakak nggak enak sampai ayah keluar dan ngasi tau 'ibu udah nggak sakit lagi Jun..' "

Terlihat dilayar kaca Juna yang berbicara dengan sang ayah yang tampak benar benar rapuh.

"Nda, kakak berangkat sekarang, Oma udah dirumah.. kamu kesana, tapi jangan nangis terus ah, masa bidadari nangis.."

Mengikhlaskan memang susah. Melepaskan, Merelakan, Melupakan mungkin hal yang sebagian orang bilang sulit . Seperti Nanda saat ini.

Dan tidak lama kemudian setelah Ranty keluar Nanda bergegas mengganti bajunya dan menuju rumah masa kecilnya yang ia pikir dijual, namun diisi oleh sang oma yang selama ini Nanda tidak tau.

Beberapa jam kemudian..

Terdengar suara sirine ambulan memasuki kawasan komplek perumahan milik Nanda. Didalamnya, Juna dan sang ayah yang turun dari mobil menghampiri Nanda yang terus berada dipelukan Rean dan Ranty yang terus mengusap lengan sang menantu.

Dan karangan bunga berjejer disekitaran rumah dari kolega kolega bisnis Ryan. Sementara itu, Oma- ibu dari Ririn pingsan saat jasad sang anak tiba.

Tbc dlu, nnti lnjut again xixi

tiba" keinget ririn skit pas alm vanes kecelakaan, dn ngetik gaselese" 1 bulan sksksk  feel ny g gada keknya

Posesive husband (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang