Chapter 1

1.8K 99 1
                                    


"Dia tidak ingat apapun, ledakan itu memberikan benturan keras di kepalanya. Selamanya, Sherry akan amnesia," Jodie Sensei memberi tahu informasi yang ia dapatkan dari dokter.

"Bagaimana kondisinya sekarang?" tanya Shinichi yang sudah kembali ke ukuran tubuh normalnya.

"Dia sudah sadar meski belum bisa bicara. Dokter bilang kondisinya masih belum stabil, Sherry tampaknya sangat tertekan dan hal itu mempengaruhi proses pemulihannya," jawab Jodie.

"Tunggu, jadi jika Haibara selamanya amnesia, tubuhnya..." Shinichi tak dapat melanjutkan kata-katanya.

"Dia akan mengulang sekali lagi siklus hidupnya dari usia tujuh tahun,"

Shinichi mengepalkan kedua tangannya dengan gemas.

"Berarti, Shiho akan mengikuti program perlindungan itu?" tanya Masumi.

"Eh, sebaiknya begitu," sahut Jodie.

"Aku tetap ingin merawatnya, dia keponakanku. Anak Elena satu-satunya yang tersisa," Mary bersikeras.

"Dia tidak boleh berada di negara ini lagi," kata Jodie.

"Aku akan membawanya kembali ke Inggris," kata Mary.

Jodie mengangguk, "baiklah, kami akan mengaturnya,"

"Aku ingin menemuinya," sela Shinichi.

"Silahkan saja Kudo-Kun," Jodie memberi ijin.

Shinichi masuk ke ruang ICU, di mana terbaring Haibara Ai yang mengenakan tudung oksigen di seluruh kepalanya. Tudung itu seperti sebuah balon kaca, lebih nyaman digunakan daripada mengenakan masker oksigen, terlebih lagi kepala Haibara masih terluka dan diperban.

Shinichi duduk di tepi ranjang seraya meraih tangan mungil Haibara.

Padahal aku ingin sekali berhadapan denganmu sebagai sesama orang dewasa... Sebagai partner... batin Shinichi dengan air mata tergenang.

Merasakan kedatangan seseorang, perlahan Haibara membuka matanya dan langsung memandang Shinichi. Mata indahnya mengedip-ngedip penuh tanya. Ia tak ingat dan tak kenal sosok Shinichi. Tapi entah kenapa, ia merasa familiar seakan telah lama mengenalnya.

"Hai..." Shinichi tersenyum seraya berbisik menyapanya. Tangannya tak lepas meremas-remas lembut tangan Haibara.

"Bagaimana rasanya sekarang? Masih sakit?" tanya Shinichi.

Haibara mengerjap, "N-Nichan... D-Dare?" bisiknya lemah.

"Shinichi. Aku Kudo Shinichi. Seorang detektif,"

"Detektif? Detektif itu apa?"

"Detektif adalah seseorang yang mencari kebenaran,"

"Oh..."

"Kau... apakah kau ingat sesuatu?"

Perlahan nyaris tak bergerak Haibara menggeleng, "mereka bilang... namaku Haibara Ai..."

"Benar sekali. Ai yang artinya cinta," Shinichi akan mengingatkan semuanya untuk mengubah karakter 'kesedihan' itu.

"Cinta?"

"Eh, karena semua orang menyayangimu. 'Ai' dalam bahasa Inggris 'I' Irene Adler,"

"Irene Adler?"

"Wanita yang disukai Sherlock Holmes,"

"Sherlock Holmes?"

"Dia juga detektif hebat di Inggris,"

"Aduh..." mendadak Haibara meringis ketika merasakan denyutan nyeri di kepalanya.

"Kenapa? Sakit?"

Mata Haibara terbuka lagi, secepat datangnya secepat itu pula hilang sakitnya.

"Mau dipanggilkan dokter?" tawar Shinichi.

"Tidak mau,"

"Kenapa?"

"Nanti kacanya semakin tidak dilepas, Ai tak suka kaca ini..." ucapnya dengan suara gemetar menahan tangis.

"Ehh? Kenapa tidak bayangkan saja kaca ini adalah balon udara?"

"Balon udara?"

"Benar atau gelembung sabun atau tetesan embun seperti yang ada di dongeng-dongeng. Dan kau adalah putri peri yang cantik sedang tidur di dalamnya,"

Mata Haibara membesar polos, "putri peri?"

"Eh... Putri peri cantik yang tertidur lama sekali sebelum akhirnya dibangunkan oleh seorang pangeran tampan,"

"Wah..."

"Karena itu jangan nangis lagi ya..."

Haibara mengangguk, "uhm,"

"Setelah kau sembuh nanti, nii-chan akan bacakan dongeng peri yang banyak. Oke?"

"Hai..."

Pertemuan pertama dengan Shinichi di siklus Haibara yang baru, telah mengubah segalanya. Hanya kepada Shinichi dimana Haibara bisa lebih ceria dan banyak tersenyum. Shinichi rutin mengunjunginya dan membacakannya dongeng-dongeng peri. Perlahan-lahan kondisi Haibara menjadi stabil dan proses pemulihannya berjalan cepat. Tudung oksigen itu dilepas, padahal Haibara mulai terbiasa berada di dalamnya, seperti peri yang tertidur di dalam embun.

"Peri Clytie yang setia, akhirnya perlahan-lahan berubah menjadi bunga matahari. Walaupun telah menjadi bunga matahari, Peri Clytie tetap menatap matahari yang merupakan perwujudan Dewa Helios," kata Shinichi yang lagi-lagi membacakan dongeng untuk Haibara.

"Kenapa?"

"Uhm?" Shinichi mendongak dari bukunya untuk memandang Haibara.

"Kenapa Dewa Helios tidak memandang Peri Clytie? Kenapa malah bersama Dewi Perseis? Padahal Peri Clytie begitu setia,"

"Anooo... karena Dewa Helios tidak tahu Peri Clytie menyukainya. Seandainya saja Peri Clytie berani bicara jujur, mungkin dia akan bersama Dewa Helios,"

"Kasihan..."

"Karena itu Ai-Chan,

"Uhm," Haibara mengangguk dan mengingat pesan itu di benaknya.

Reach Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang