Chapter 6

892 67 2
                                    

Yukiko menginginkan Shinichi dan Haibara pergi bulan madu. Shinichi sebenarnya agak malas. Sampai detik ini, ia belum bisa menganggap Haibara sebagai istrinya. Ia masih melihatnya sebagai adik kecilnya saja. Haibara yang akhirnya menengahi, ia menyatakan niatnya untuk menunda bulan madu mengingat kondisi kehamilannya yang lemah. Yukiko akhirnya setuju.

Haibara merasa senang pada awalnya. Impiannya untuk bersama Shinichi menjadi kenyataan. Jalan pintas yang ditempuhnya, berhasil membawa dirinya dan Shinichi hingga menjadi suami istri. Ia akhirnya mampu mengalahkan Mouri Ran dan Suzuki Sonoko. Namun ia sadar, ia tidak dapat membohongi dirinya sendiri, ada sesuatu yang hilang. Sesuatu di antara dirinya dan Shinichi yang sebelumnya ada. Shinichi memang bersikap baik pada istrinya, tapi sikapnya terlalu formil. Tidak ada candaan ataupun gurauan. Shinichi rutin mengantar Haibara cek kandungan ke dokter, tapi semua itu dilakukannya semata-mata karena kewajiban dan tanggung jawab.

Ketika kandungan Haibara memasuki bulan ke lima, keadaan tidak menjadi lebih baik. Shinichi sibuk sekali dengan kasusnya hingga ia harus lembur hampir setiap malam. Haibara tidak masalah kalau memang ia harus lembur. Dari dulu Shinichi juga memang sudah begitu. Masalahnya, biasanya Shinichi akan merundingkan kasus investigasi dengannya atau diskusi dengannya untuk mencari jalan keluar. Namun sekarang Shinichi sudah tidak pernah bertanya apa-apa lagi terhadapnya. Setiap kali Haibara bertanya apakah dirinya memerlukan bantuan, Shinichi hanya menjawab ia masih bisa menanganinya sendiri, Shinichi juga berkata tidak ingin membebani Haibara yang sedang hamil dengan kasus-kasusnya. Lama kelamaan Haibara merasa kesepian. Hanya Yusaku, Yukiko dan Profesor Agasa yang mampu menghiburnya di rumah.

Apa? Apa kode yang tersembunyi dari lukisan ini? Batin Shinichi ketika suatu siang sedang mendatangi pameran lukisan.

"Shinichi?" panggil seseorang tiba-tiba.

Shinichi menoleh, "Ran?"

"Kau datang kemari juga?" tanya Ran yang menghampirinya.

"Eh, ada kasus yang berkaitan dengan pameran lukisan ini," jawab Shinichi.

"Oh begitu,"

"Kau sendiri?"

"Ah, aku tadinya janjian sama Okasan di sini, tapi ya biasalah mendadak saja ada panggilan darurat dari kliennya,"

"Oh,"

"Sudah lama tidak bertemu, bagaimana kalau kita berbincang sebentar? Di sebelah gedung ini ada kafe," tawar Ran.

"Boleh juga,"

Akhirnya mereka berdua berjalan ke kafe sebelah. Shinichi memesan es kopi sementara Ran memesan jus jeruk.

"Bagaimana kabar Ai-Chan? Kandungannya pasti sudah besar ya," Ran memulai percakapan.

"Eh, sudah lima bulan," sahut Shinichi.

"Apa sudah tahu jenis kelaminnya?"

"Belum, kemarin masih ketutupan,"

"Ehh... tapi apapun jenis kelaminnya, semoga sehat ya,"

"Arigatou Ran,"

Ran tersenyum.

"Ngomong-ngomong bagaimana kabar Ojisan?" tanya Shinichi.

"Ah dia baik-baik saja. Maaf kalau saat itu dia marah-marah ke rumahmu,"

"Tidak apa-apa, aku mengerti. Dia wajar untuk marah. Aku sungguh-sungguh minta maaf Ran. Kepadamu dan seluruh keluargamu,"

Ran menggeleng, "tidak apa-apa, semua sudah berlalu. Aku sungguh berharap sekarang kau dan Ai-Chan bahagia,"

Shinichi tersentuh, Ran selalu tulus seperti biasa.

Reach Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang