Chapter 10

928 63 0
                                    

Istana itu memang terpasang banyak CCTV. Tapi sebagai kepala pelayan, Shinichi takkan dicurigai. Terlebih lagi, ia memegang kunci akses ke seluruh kamar termasuk kamar Haibara. Mumpung Rei sedang tidak ada di tempat, Shinichi tidak menyia-nyiakan kesempatannya. Ia bertindak tengah malam untuk berbicara dengan Haibara berdua saja.

Ketika Shinichi memasuki kamar Haibara, semua lampu sudah diredupkan. Shinichi melangkah menyebrangi ruangan dan hanya menyalakan satu lampu saja di samping tempat tidur. Seorang pelayan wanita yang menjagai, tidur di sofa. Terdengar dengkurannya yang sangat keras, dia pasti tidur pulas sekali. Di samping lampu juga terdapat pemanas sup elektrik, yang menjaga bubur atau sup tetap hangat, bila sewaktu-waktu Haibara ingin makan.

Shinichi duduk di tepi tempat tidur. Dengan punggung telunjuknya, ia menepuk-nepuk ringan pipi Haibara untuk membangunkannya.

"Ai... Hei..." bisik Shinichi.

Perlahan-lahan Haibara membuka matanya dan menatapnya kebingungan, "Ryuki-San?"

Shinichi mematikan alat pengubah suaranya, "ini aku,"

Haibara kaget, "suara itu..."

Shinichi akhirnya melepaskan penyamarannya.

Haibara terkejut bukan main, "Shinichi..."

"Sshhh," Shinichi menaruh telunjuk di bibirnya.

"Kenapa kau di sini?"

"Menjemputmu,"

"Di sini berbahaya, kau tak seharusnya kemari, kembalilah ke Tokyo,"

"Tidak tanpamu,"

"Furuya San takkan menyakitiku, kau kembalilah. Selagi dia tidak ada, aku tak mau dia menyakitimu," pinta Haibara.

"Tidak bisa. Ada yang ingin mengkhianati Furuya di sini. Aku harus mengirim informasi ke kepolisian Jepang sebelum bentrokan terjadi. Kau pun tidak aman di sini Ai,"

"Nani?"

"Lagipula, semua orang merindukanmu. Kami panik sekali ketika kau menghilang dan ternyata diculik oleh Vermouth,"

"Vermouth yang memberitahuku mengenai masa laluku. Furuya datang menyelamatkanku sebelum dia membunuhku,"

Shinichi berhutang pada Furuya untuk hal itu, "kau ingat sesuatu mengenai masa lalumu?"

Haibara menggeleng, "sama sekali tidak, tapi aku merasa buruk. Aku tidak pantas kembali ke keluarga Kudo,"

"Bagaimana mungkin, Okasan dan Otosan sangat sayang padamu. Jangan percaya apapun yang dikatakan Vermouth," lalu Shinichi menangkup wajah Haibara, "kau kurusan, kenapa tidak mau makan?"

Air mata Haibara mengalir.

Shinichi memeluknya, "gomene... gara-gara aku ya..."

Haibara tak sanggup berkata-kata, tenggorokannya tercekat. Di satu sisi, ia sangat merindukan Shinichi. Tapi di sisi lain, ia merasa dirinya tidak pantas.

"Maaf atas kebodohanku. Kata-kata klise jaman dulu itu benar. Kau takkan pernah merasa kehilangan sebelum seseorang benar-benar pergi dari hidupmu. Aku seperti orang gila ketika tahu kau menghilang," bisik Shinichi.

Haibara menggigit bibirnya.

"Aku takkan pernah bisa memaafkan diriku, jika terjadi sesuatu pada kalian," kemudian Shinichi melepasnya dan melihat perut Haibara menuju delapan bulan. Shinichi menyibak gaun tidur Haibara dan melihat perut telanjangnya yang kencang. Tenggorokannya tercekat penuh haru.

"Dia sudah besar..." bisik Haibara dengan suara bergetar.

Shinichi menyentuhnya, "sakit?"

Haibara menggeleng.

Reach Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang