Chapter 14

1.3K 70 8
                                    

Kenapa tidak bayangkan saja kaca ini adalah balon udara?

Balon udara?

Benar atau gelembung sabun atau tetesan embun seperti yang ada di dongeng-dongeng. Dan kau adalah putri peri yang cantik sedang tidur di dalamnya...

Putri peri?

Eh... Putri peri cantik yang tertidur lama sekali sebelum akhirnya dibangunkan oleh seorang pangeran tampan...

Kecupan itu benar-benar membuat putri tidur terbangun. Lambat-lambat Haibara membuka matanya. Ia mengenakan masker oksigen. Tubuhnya terpasang banyak selang dan kabel. Meski begitu ia menyadari tatapan Shincihi terhadapnya.

"Sudah bangun Hime-Sama?" bisik Shinichi lembut.

Haibara mengedip sekali sebagai tanggapan.

Ketika Henri keluar dari ruang operasi dan mengatakan tranplantasinya berjalan sukses. Ketegangan Shinichi langsung luruh. Ia lemas terhuyung hingga harus ditopang oleh Profesor Agasa saat terpaan kelegaan mengaliri urat-urat nadinya.

"Aku mencintaimu..." bisik Shinichi lagi seraya menggenggam tangan Haibara, "cepatlah sembuh... Aku benar-benar rindu padamu... Dewi Perseisku,"

Sejauh ini, tubuh Haibara mampu beradaptasi dengan baik terhadap ginjal bionik buatan Henri. Namun perkembangannya masih harus terus dipantau oleh Henri. Henri berharap tidak ada gejala komplikasi atau penyusutan signifikan dikemudian hari. Berkat penemuan besarnya ini, para ilmuwan Jepang memburunya. Henri mendapat banyak sorotan dari pers. Ia sering mendapat panggilan seminar untuk menjelaskan keberhasilannya mengenai ginjal bionik.

Setelah dua bulan lebih di rumah sakit, Haibara akhirnya diijinkan pulang dan berkumpul dengan keluarga. Mengingat kondisinya yang lemah karena masih proses pemulihan, Shinichi dan Haibara harus menunda kembali bulan madu mereka. Lagipula kebersamaan ini juga merupakan harta yang sangat berharga. Shinichi dan kedua orang tuanya sangat bersyukur atas berkah ini.

***

"Ayo... ayo kita bangunkan Okasan," bisik Shinichi yang menggendong Michi untuk menghampiri tempat tidur Haibara.

Michi hanya manggut-manggut imut.

"Ayo panggil Okasan..." Shinichi melepaskan Michi di ujung ranjang.

Michi langsung merangkak ke arah Haibara dengan bersemangat.

"Cium Okasannya... Cium..." pinta Shinichi.

Michi mematuhi, ia mengecup pipi Haibara dengan bibir mungilnya.

Haibara perlahan membuka matanya.

"Ka-chan..." Michi bergumam memanggil.

"Mi-Chan..." Haibara balas memanggil sambil meraup tubuh mungil Michi dan mengulum pipinya yang tembam sampai bayi itu tergelak.

Shinichi menyusul bergabung di ranjang. Ia menghujani ciuman kepada Haibara dan Michi bergantian.

"Bagaimana perasaanmu?" tanya Shinichi.

Haibara tersenyum, "tak pernah sebaik ini,"

Memang kondisinya sudah lebih baik. Lingkaran hitam di bawah matanya sudah menghilang. Pipinya sudah lebih berisi dan merona. Kelembapan kulit dan rambutnya telah kembali.

Shinichi mencium hidung mancung istrinya, "aku mencintaimu,"

"Aku lebih mencintaimu," balas Haibara.

"Kiss... kisss..." Michi bergumam imut.

"Kissss!" Shinichi mencium putrinya.

Michi terbahak.

Haibara ikut tertawa melihat tingkah ayah dan putrinya itu. Tidak ada pemandangan yang lebih indah dari ini. Ketika ia melihat cinta di mata Shinichi untuknya. Tiada pencapaian tertinggi dan sempurna selain impiannya yang terwujud, meraih hati pria yang dicintainya.

Reach Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang