Shinichi telah mempelajari kebiasaan-kebiasaan para anggota di istana itu. Para snipper terbaik terkadang keluar masuk istana untuk bertemu dengan Rei termasuk tiga anggota yang berniat mengkhianati Rei. Sementara Henri adalah satu-satunya ilmuwan di sana. Henri ternyata memiliki kejeniusan di atas Haibara. Ia memiliki obsesi untuk menciptakan ginjal bionik. Belasan tahun sudah ia habiskan untuk riset dan melakukan percobaan dalam membuat ginjal bionik. Meski belum sepenuhnya berhasil, tapi ia sudah mulai menemukan titik terang.
"Kenapa kau terobsesi pada ginjal bionik?" tanya Haibara suatu hari di ruang baca. Para pelayan wanita lain sedang membersih-bersihkan ruangan tersebut.
"Ibuku meninggal karena gagal ginjal," sahut Henri.
"Sudah sejauh mana percobaanmu?"
"Secara keseluruhan sudah 80%, tapi aku masih buntu di foton," Henri menyentuh keningnya seraya memandang monitor laptopnya dengan gemas.
"Aku mungkin tidak sejenius dirimu, tapi siapa tahu aku bisa membantu,"
"Oh iya, kau kan dokter forensik yang mantan ilmuwan ya,"
Haibara tersenyum, "benar sekali,"
Henri menyerahkan laptopnya pada Haibara, "aku mempertimbangkan untuk menggunakan aliran listrik..."
Syut! Shinichi diam-diam menembaknya dengan arloji bius.
Henri menguap dan tertidur.
Haibara bertukar lirikan pada Shinichi seraya tersenyum kecil, ia memanfaatkan kesempatan itu untuk meretas data dari laptop Henri dan mengirimkannya kepada kepolisian pusat.
***
"Transaksi gagal, polisi mengepung tempat itu," Emi melaporkan kepada dua rekannya.
Patrick tampak tak suka, "Bagaimana mungkin? Apakah ada yang membocorkan transaksinya?"
"Oi, tidakkah kalian perhatikan? Sejak kedatangan wanita itu ke istana ini, segalanya berubah? Mungkinkah sebenarnya dia mata-mata kepolisian?" tanya rekan yang satu lagi bernama Max.
"Kita tak ada bukti dan lagipula Rei sangat melindunginya," kata Emi.
"Cih! Rei semakin lembek gara-gara wanita itu," ejek Patrick.
"Lalu kita harus bagaimana?" tanya Emi.
Max memutuskan, "kita percepat saja waktu kudetanya,"
***
"Kau sedang apa Michi?" gumam Haibara kepada perutnya seraya berjalan bolak-balik di kamarnya sendiri. Kondisinya sudah jauh lebih baik sekarang. Sesekali ia turun dari kursi roda untuk pelemasan otot-ototnya sedikit.
"Aka-Chan pasti akan cantik seperti Anda, Hime-Sama," kata salah satu pelayan wanita.
"Eh," sahut Haibara, "dan juga pintar seperti aku dan ayahnya,"
Mendadak terdengar suara gedebak-gedebuk di luar.
"Apa itu?" tanya Haibara.
"Biar kami periksa," kata pelayan
Namun belum sempat membuka pintu, pintu sudah didobrak. Emi masuk dan menembak semua pelayan. Haibara menegang.
"Apa yang kau...?!"
"Diam kau!" Emi mengancamnya dengan pistolnya.
Haibara terdiam.
"Rei mungkin tergila-gila padamu, tapi aku tidak Hime-Sama. Cih!"
"Kau mengkhianati Furuya-San," kata Haibara.
"Ara! Sudah kuduga, kau tahu semuanya. Kau juga yang telah mengirimkan informasi ke kepolisian dengan menggunakan fasilitas Henri. Kau memperdayainya seolah-olah kau ingin membantu risetnya. Henri memang polos, tapi aku tidak,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Reach Your Heart
FanfictionReach Your Heart menggunakan posisi Shinichi dan Ai sebagai kakak-adik seperti di You Are My World namun dengan plot yang sama sekali berbeda. Di sini Ai nya lebih agresif and berani (hihihi...). Adapun Chapter 12-13 mengadaptasi dari plot novel Pip...