Chapter 7

1K 71 1
                                    

Kau akan melindungiku kan?

Aku berjanji akan melindungimu

Shinichi teringat masa-masa itu. Masa-masa Haibara sebelum hilang ingatan dan baru saja keluar dari organisasi. Seharian ini ia hanya melamun saja di kursi kerjanya. Dokumen-dokumen kasusnya berantakan di meja. Jarang-jarang ia tak bisa berkonsentrasi terhadap kasus seperti sekarang ini. Sambil melamun, tanpa sadar ia memutar-mutar cincin pernikahan di jarinya.

Melindungi? Tentu saja dia akan melindungi Haibara, tapi ia tak pernah menyangka akan sampai pada tahap ini. Tak pernah terlintas sedikitpun di benaknya untuk menikah dengan Haibara. Baik dia amnesia maupun tidak. Sejak dulu di bayangannya, istri masa depannya adalah Ran. Namun segalanya sudah terjadi. Mereka menikah dan Shinichi memperlakukannya dengan baik. Tapi rupanya hal itu tidak cukup. Shinichi dapat memikirkan jalan keluar untuk semua kasus, namun masalah rumah tangga seperti ini, ia buntu.

Ponsel yang bergetar membuyarkan lamunannya. Shinichi mengenali nomor Yukiko di layar ponselnya.

"Okasan," Shinichi menjawab panggilannya.

"Shin-Chan cepat ke rumah sakit," kata Yukiko kalut.

"Ada apa?"

"Ai pingsan,"

Shinichi terhenyak, "aku akan segera ke sana,"

***

"Itu Shinichi," Yusaku menunjuk Shinichi yang berlari ke arahnya.

"Okasan, ada apa sebenarnya?" tanya Shinichi.

"Okasan juga tidak tahu, tiba-tiba saja Ai pingsan padahal kemarin masih baik-baik saja," isak Yukiko.

Tak lama kemudian Araide keluar ruangan.

"Sensei, bagaimana kondisi Ai?" tanya Shinichi.

Araide Sensei mendesah, "seharusnya hal ini bisa diketahui lebih awal. Ai mengalami preeklampsia,"

"Nani?" Shinichi dan kedua orang tuanya terkesiap.

"Apa tidak ada yang menyadarinya selama ini? Mungkin Ai suka pusing, lemas ataupun mual dan muntah walaupun seharusnya di usia kandungan sekarang sudah tidak ada morning sickness?"

Shinichi dan kedua orang tuanya saling bertukar pandang dan menggeleng.

"Ai selalu tampak baik-baik saja di hadapan kami," kata Yukiko.

Araide menghela napas, "sepertinya Ai menahannya sendiri,"

"Lalu bagaimana Sensei? Apakah dia baik-baik saja?" tanya Yukiko parau.

"Ai harus bedrest sampai melahirkan, selama itu kita pantau ketat kondisinya. Sebaiknya juga dia sering diajak bicara. Mungkin ada hal-hal yang membuatnya tertekan. Dengan kehamilan yang sangat sensitive seperti ini, sebaiknya ia tidak stress," jelas Araide sebelum undur diri.

"Ada apa sebenarnya Shinichi? Apa kau ada bertengkar dengan Ai?" tanya Yusaku.

"Ai..." gumam Shinichi muram, "Ai ingin bercerai,"

Yusaku dan Yukiko terkejut.

"Kenapa?" tanya Yukiko.

Shinichi akhirnya menceritakan pembicaraannya dengan Ai kemarin malam.

Plak! Tamparan keras Yukiko menghampiri pipi Shinichi.

"Yukiko?" Yusaku kaget dengan sikap istrinya.

"O-Okasan?"

"Kenapa aku bisa memiliki putra yang egois seperti ini?" isak Yukiko.

"Bicarakan baik-baik Yukiko," pinta Yusaku.

Reach Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang