Chapter 9

905 61 0
                                    

Istananya berada di kedalaman Pulau Shikoku. Walaupun remote area, namun Furuya Rei memiliki segalanya di sana. Dulu Shinichi pernah bekerja sama dengan Rei. Ia tak habis pikir bagaimana caranya Rei bisa membangun semua ini dalam kurun waktu sepuluh tahun.

Berkat bantuan Yukiko, Shinichi dapat menyamar menjadi Ryuki dengan baik. Gerak-gerik dan kebiasaan Ryuki juga sudah dipelajarinya. Ryuki menjelaskan dengan peta gambaran tangannya, daerah-daerah mana saja wilayah kerjanya. Ia tidak pernah memasuki area lain saking luasnya istana. Ia juga tidak terlalu fasih dengan jebakan-jebakan di labirinnya. Ada pintu khusus untuk para pelayan dan anggota di sana.

Shinichi berusaha untuk tidak tercengang ketika pintu gerbang terbuka. Istananya seperti surga di bumi. Shinichi berjalan sewajarnya tanpa kecanggungan. Ia sudah tahu harus kemana saja dulu setelah sampai di sana. Ia harus melapor pada Rei. Ryuki adalah seorang pria paruh baya berusia 45 tahun yang merupakan kepala pelayan di sana. Rei sangat puas dengan hasil kerjanya dalam mengatur pelayan. Ia juga sangat percaya pada Ryuki. Salah satu keuntungan lain bagi Shinichi.

Jantung Shinichi melonjak ketika melihat Haibara di sana. Di meja sarapan di ruang oudoor. Ia duduk di kursi roda otomatis dengan bantalan yang nyaman. Kursi roda itu juga memiliki tiang yang terpasang infus dan nozzlenya tersemat di punggung tangan kiri Haibara sepanjang waktu. Ia mengenakan mantel cantik berkelas yang tampaknya sangat mahal. Di kiri kanannya berdiri para pelayan wanita. Shinichi senang ia selamat dan terlihat sehat meski sedikit kurusan. Ekspresinya juga sedikit murung.

Di meja panjang itu selain Haibara, duduk juga Furuya Rei serta seorang pria blasteran Jepang-Inggris berusia 40-an mengenakan jas putih. Sepertinya dia dokter atau mungkin ilmuwan. Bila dia satu meja makan dengan Rei, tampaknya dia juga merupakan orang kepercayaan Rei. Sepertinya ia juga ditugaskan untuk mendampingi kemanapun Haibara pergi.

"Ryuki!" sambut Rei hangat ketika melihat kedatangan Ryuki alias Shinichi.

"Furuya-San," sapa Shinichi, ia sudah mengenakan alat pengubah suara di lehernya.

"Senang sekali melihatmu kembali, bagaimana cutinya? Kudengar kau jalan-jalan ke Yunani?" tanya Rei. Ia memang selalu hangat kepada para anak buahnya tak peduli apapun levelnya.

"Perjalanan yang menyenangkan. Aku banyak mendatangi museum-museum terutama pameran lukisan. Aku menyukai lukisan bunga matahari khususnya,"

"Bunga matahari? Kenapa?"

"Karena ada legenda di baliknya. Legenda Peri Clytie yang menunggu Dewa Helios," Shinichi berusaha memberi kode pada Haibara.

Haibara memang mengerjap sebagai reaksi, tapi tidak lebih.

"Ah aku pernah mendengar cerita itu, akhirnya Dewa Helios malah menikah dengan Dewi Perseis. Peri Clytie yang malang,"

Raut wajah Haibara semakin sedih.

"Oh, ya biar kuperkenalkan padamu, keluarga baru di sini," Rei menunjuk Haibara, "dia adalah Miyano..."

"Haibara Ai," sergah Haibara tegas.

Rei tampak berusaha sabar, "Ya, Haibara Ai. Dia adalah ratuku di sini. Tolong bantu aku untuk menjaganya. Dia sedang hamil, kondisinya sangat lemah dan sensitive,"

"Aku akan melakukan yang terbaik," sahut Ryuki alias Shinichi.

Rei melihat bubur Haibara yang masih tampak penuh dan belum tersentuh. Ia kembali duduk ke kursinya di sisi Haibara.

"Mau diambilkan bubur baru yang lebih hangat?" tawar Rei.

"Tidak usah repot," sahut Haibara datar.

"Atau kau mau sesuatu yang lain?"

"Aku tidak lapar,"

Rei menghela napas pelan, namun masih tampak luar biasa sabar, "cuacanya cerah, bagaimana kalau aku bawa jalan-jalan ke taman?"

Reach Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang