Chapter 12

944 60 0
                                    


Beberapa jam setelah bayi perempuan itu lahir. Helikopter tiba. Haibara dan Michi segera diterbangkan ke rumah sakit di Tokyo. Henri ditahan oleh kepolisian untuk dimintakan keterangan lebih lanjut.

"Untunglah Henri-San bertindak cepat. Jika tidak, Ai dan Michi mungkin tidak terselamatkan. Tapi..." Araide Sensei menggantungkan kalimatnya. Saat itu di ruangannya hanya ada dirinya dan Shinichi.

"Ada apa Sensei?" tanya Shinichi.

"Ai mengalami efek samping dari preeklampsianya. Kadar kreatininnya rendah, nilai LFG nya 20. Dia mengidap gagal ginjal kronis stadium 4,"

Shinichi menegang, "nani?"

"Ai, harus menjalani cuci darah sampai menemukan ginjal yang cocok untuk transplantasi,"

Itu bagai vonis mati untuk Shinichi.

***

Perlahan-lahan sekali Shinichi membaringkan Haibara di tempat tidur. Hari ini Haibara baru saja menjalani cuci darah pertamanya. Shinichi sudah mempersiapkan ruangan khusus dan segala peralatan lengkapnya di rumah, sehingga hanya dokter yang dipanggil untuk datang mengawasi jalannya proses hemodialysis. Ia tidak mau Haibara kelelahan bolak-balik rumah sakit, sementara cuci darah itu sendiri bisa memakan waktu hingga lima jam. Ia ingin membuat Haibara senyaman mungkin dan di rumah juga ada Michi, Yukiko dan Yusaku, sehingga Haibara tidak bosan dan bisa terus semangat.

Shinichi menata selimut dengan hati-hati agar tidak membangunkan Haibara. Wanita genius itu tertidur saat proses cuci darah baru berjalan dua jam. Shinichi tahu belakangan Haibara mengalami sulit tidur, karena itu ia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan saat Haibara akhirnya bisa tidur pulas. Untungnya Michi putri mereka juga tidak rewel hari ini, bayi usia tiga bulan setengah yang semakin montok itu senang-senang saja bermain bersama kakek dan neneknya.

Shinichi memandang wajah Haibara yang terlelap. Ia menyadari perbedaan cukup besar pada penampilan Haibara dulu dan sekarang. Wajahnya kini pucat, rona merah alaminya telah menghilang. Di bawah mata indahnya sudah ada rona gelap. Kulit mulusnya yang biasa lembap kini kering. Rambut kemerahannya yang biasanya berkilauan kini juga mulai mengering dan kusam. Namun bagi Shinichi, ia tetap memesona.

Shinichi menekan bibir dengan tinjunya untuk menahan isakan. Airmatanya mengalir diam-diam saat perasaan bersalah itu kembali menghinggapinya. Haibara seperti ini adalah karena dirinya. Andai saja ia lebih memperhatikan Haibara, andai saja ia lebih peduli pada Haibara semenjak awal kehamilan, mungkin pre eklamsia itu tidak akan pernah terjadi atau bisa dicegah agar efeknya tidak memburuk seperti ini. Shinichi sudah melakukan sejumlah pemeriksaan terhadap ginjalnya sendiri dan ia tidak bisa menjadi pendonor untuk transplantasi Haibara. Begitu juga pada Yukiko, Yusaku dan Profesor Agasa. Sementara Henri ilmuwan genius sebatang kara yang kini tinggal di rumah Prodesor Agasa, masih harus melakukan sejumlah pengujian agar ginjal buatan temuannya, layak untuk di transplantasikan ke manusia.

Shinichi akhirnya keluar dari kamar agar tangisannya tidak mengganggu tidur Haibara. Masih di lantai yang sama dengan kamarnya, ia berjalan ke ruang keluarga seraya mengambil satu botol wiski dan gelas kecil dari lemari kaca. Ia menghempaskan tubuhnya di sofa, menuang wiski ke gelas kecil dan mulai minum-minum. Kemudian tertatap olehnya sebuah bingkai kecil di meja lampu bundar sebelah lengan kanan sofanya, foto Haibara sedang tersenyum menggendong Michi. Shinichi meraihnya dan menatap foto itu dengan pandangan nanar. Telunjuknya bergerak mengelus foto Haibara penuh sayang. Airmatanya mengalir semakin deras.

"Maafkan aku Ai..." rintihnya pelan, "Maafkan aku...." Shinichi memeluk foto itu erat-erat sambil minum-minum lagi. Pertahanan ketegarannya runtuh.

Reach Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang