CHAPTER II : Which one should i rest?

71 24 92
                                    

"Bulan!"

Ketukan pintu semakin terdengar keras, pelaku nya adalah Bintang.

Sejak dua hari lalu, dirinya tak menjumpai Bulan. Ia terus-menerus memberikan pesan namun tak kunjung di balas, ia menelpon nya namun tak juga di jawab.

Dan hari ini, ia memutuskan untuk datang ke rumahnya, memastikan bahwa gadis itu tidak melakukan hal-hal aneh.

"Bu–"

Pintu tiba-tiba terbuka, menampilkan gadis yang sejak kemarin ia cemasi. Wajahnya sayu, meskipun ia sedang tersenyum saat ini.

"Bintang? Masuk, aku buatkan teh hangat dulu."

Bintang mengekori Bulan, namun saat gadis itu hendak ke dapur, dirinya mencekal pergelangan tangan Bulan. "Kau ... tidak apa-apa?"

"Aku baik-baik saja, Bintang. Meskipun sebenarnya aku lelah."

"Jangan membuatkan ku apapun, duduk disini bersamaku. Aku rindu denganmu."

Bulan mengangguk pelan, menuruti perkataan Bintang.

"Kau kelihatan lelah. Kemana kau? Kenapa tidak mengangkat dan membalas telpon ku? Aku sungguh khawatir denganmu Bulan!"

Bulan terkekeh mendengar pertanyaan Bintang. "Hei! Bagaimana aku bisa menjawab pertanyaan mu itu, tanyakan satu-satu dan pelan-pelan."

Bintang mendengus kecil, ia tak akan mengulangi lagi pertanyaan nya. Justru ia memandang Bulan dengan mata tajam menyelidik.

"Haha, oke-oke. Akan aku jawab."

"Aku menghilang karena memang aku ingin menyendiri. Dua hari lalu adalah hari meninggalnya Mama."

"Ak–"

Ah, Bintang benar-benar lupa, dirinya merasa bersalah karena menanyakan hal ini. "Sudah, hentikan. Aku tahu selanjutnya akan seperti apa."

Bulan tersenyum, "maaf tidak membalas pesan mu dan mengabaikan panggilan mu."

"It's okay!" Bintang mengelus dengan lembut surai rambut Bulan. Ia menelisik wajah polos sahabatnya, cantik.

Bintang menyukai sahabatnya sejak dari lama. Menurut dirinya, sahabat nya ini memiliki wajah polos lugu, menggemaskan.

Bagaimana bisa anak se lugu ini berada di sekitar orang-orang jahat.

"Istirahat sana, batin dan fisik mu sudah lelah." Ia tahu bahwa gadis itu tidak tidur, terlihat dari kantung matanya yang sedikit besar dan menghitam.

Bulan menghela napas lirih, dan menatap lekat Bintang. "Aku bingung, yang mana yang harus aku istirahatkan? Jiwa ku sudah hilang, sedangkan ragaku sudah lelah sekali dimatikan dan dipatahkan oleh mereka, jadi ... yang mana yang harus aku istirahatkan?"

"Bintang, harus berapa kali aku bangkit dan bertahan? Aku sangat lelah.

BULAN dan BINTANG ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang