Aku Akan Menjagamu!

86 10 0
                                    

Meghan pov

Aku tidak pernah memikirkan hal ini sebelumnya. Di mana aku harus kehilangan kedua orang tuaku, dan di saat itu pula aku akan menginjak bangku kuliah.

Tidak ada yang peduli pada keluargaku, mereka semua membenci kami dengan alasan yang tak masuk akal, hanya karena sebuah harta warisan. Bahkan, orang tuaku meninggal pun mereka tetap tak peduli.

Kini, aku harus menjaga adik yang menjadi keluargaku satu-satunya. Di rumah yang kudengar angker ini, aku harus tetap bisa hidup bersama Reva, adikku. Aku mencoba untuk bertahan, tapi kali ini aku benar-benar menyerah.

Aku tidak ingin bergerak sedikitpun, suara-suara yang terdengar samar itu terus saja menghantui telingaku. Aku hanya ingin hidup dengan tenang, rasanya aku ingin segera pergi dari tempat ini.

Tok

Tok

Tok

Suara ketukan pintu? Seketika aku terperanjat, itu ketukan pintu rumah. Pak Erwin? Apa itu dia?

Tok

Tok

Tok

Suara itu semakin keras, aku terlalu takut untuk harus membuka pintu rumah. Jujur saja, aku trauma dan tak ingin beranjak dari kasurku. Namun, tiba-tiba saja ponselku berdering tanda pesan masuk. Sontak aku langsung memeriksa pesan itu.

Pak Erwin

Aku di luar, bukalah pintunya

Aku menatap lekat layar ponselku, aku benar-benar tak berani turun dari kasur. Bahkan suara pintu itu terus saja berbunyi.

Meghan

Aku takut, bapak bisa langsung masuk saja. Lalu naik ke tangga, dan pintu yang berada di tengah adalah kamar adikku. Aku sedang bersama adikku

Hanya itu yang bisa kubalas atas pesannya. Tak ada balasan apa pun, aku menarik napas panjang. Hingga suara langkah kaki itu terdengar. Pak Erwin, ku harap dia bisa segera membawaku dan Reva pergi dari sini.

Tap

Tap

Tap

Langkah kaki itu semakin mendekat, meskipun aku harap-harap cemas, tapi tetap saja aku berusaha untuk menenangkan pikiranku.

Tok

Tok

Tok

Suara ketukan pintu, itu pak Erwin. Aku menelan ludah dan beranjak dari tempat tidur. Perlahan berjalan menuju pintu kamar dengan tangan gemetar, aku memegang gagang pintu itu. Aku membuka pintu dengan suara yang pelan, yang bermaksud agar Reva tidak terbangun dari tidurnya.

"Pak––?" Apa ini? Ke mana suara langkah kaki itu? Siapa yang mengetuk pintu tadi? Di mana pak Erwin?

Aku mencari ke mana pak Erwin, tapi nihil, aku tidak menemukan siapa pun. Lalu suara langkah kaki siapa tadi? Bagaimana dengan pesan yang kudapat dari pak Erwin? Ini tidak mungkin halusinasiku, aku benar-benar sadar.

Hi-hi-hi-hi

Dheg!

Suara tawa itu! Aku membelalakkan mataku. Kakiku bergetar dengan keras, tanganku ikut bergetar. Tubuhku seketika lemas, keringat dingin membasahi pipiku.

Aku benar-benar tidak berani menoleh ke belakang, aku takut, sangat takut. Hingga tiba-tiba sebuah tangan menyentuh pundakku, aku menatap tangan dengan kuku yang panjang itu.

Kulit tangan yang hitam mencengkeram pundakku. Perlahan aku menoleh ke arah belakang.

"Kyaaaaaa!"

Aku tak bisa bergerak, tatapan itu! Tatapan itu ... aku tidak bisa apa-apa. Seseorang tolong aku!

Indigo : Tumbal [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang