Reva

50 9 0
                                    

Andre tengah menyantap makan siangnya kali ini. Dengan memakai kaos putih polos, serta celana olahraga berwarna merah, tak mengurangi aura gagahnya sebagai seorang polisi. Kali ini ia bisa pulang ke rumah karena tidak ada jadwal.

Dengan suara televisi yang menemaninya serta semangkuk mie yang baru saja ia masak. Suara pintu terdengar diketuk dari luar. Ia pun dengan terpaksa membuka pintu, dilihatnya Erwin yang berdiri menatapnya datar.

"Erwin? Ada apa?"

"Sopankah seperti itu pada seorang tamu? Bukannya mempersilakan masuk, kamu justru bertanya seperti itu?"

"Ah baiklah-baiklah, ayo masuk!" ajaknya.

Sudah tidak asing lagi dengan ucapan Erwin yang pedas padanya. Ia sudah terbiasa mendengar hal itu dari mulut pemuda yang usianya tak beda jauh dengannya itu.

Mereka pun duduk berseberangan. Erwin masih bermuka datar, hingga Andre merasa heran dengan sikapnya yang dingin.

"Kenapa wajahmu muram seperti itu?" tanya Andre yang kembali melahap mienya.

"Aku bertengkar lagi," jawabnya singkat.

"Kapan? Dengan kakakmu lagi?" Andre meneguk air putih di hadapannya dan menghentikan kegiatan makan siangnya.

"Hm." Erwin menganggukan kepalanya membenarkan.

"Jadi kemarin kamu mencarinya hanya untuk mencari ribut?"

"Aku mengingat masa laluku," ujar Erwin yang membuat Andre terdiam. "Mereka menghapus ingatanku dan memintaku untuk melupakan kedua orang tuaku."

"Kenapa mereka lakukan itu?"

"Aku telah membunuh adiknya, sepupunya, bahkan neneknya. Mereka tewas di tanganku."

"Hey, anak usia lima tahun tidak mungkin bisa melakukan hal itu." Andre tidak percaya dengan apa yang didengarnya, itu tidak masuk akal.

"Itu semua di luar kendaliku."

"Lalu apa yang membuatmu terlihat frustrasi seperti ini?"

"Rumah itu adalah bekas tempat tinggalku dulu."

Pernyataan Erwin membuat Andre terkejut. "Apa?"

"Rumah itu membawaku kembali pada masa laluku ...." Ia berhenti sejenak di tengah ceritanya, ada sedikit perasaan sesak di dadanya. "Meskipun aku tidak tahu pasti kenapa kedua orang tuaku meninggal, tapi setidaknya aku bisa mengingat mereka."

"Lalu apa yang kamu cari?"

"Penyebab kematian orang tuaku," ucapnya dengan wajah datar.

"Bukankah sudah jelas, kalau orang tuamu dibunuh perampok?"

"Tidak, aku menemukan beberapa artikel yang membuatku merasa aneh. Setiap berita yang aku baca isinya berbeda, aku juga tidak mengerti kenapa mereka memberitakan hal semacam ini."

"Berbeda? Apa maksudmu?" Andre mengerenyitkan dahinya.

"Ada yang menutup mulut para jurnalis itu, bahkan ada seorang mahasiswa yang memberitakan semua kebenarannya, tapi ia ditemukan tewas karena bunuh diri."

"Semakin dicari, ternyata masih banyak misteri yang belum diungkap."

"Bukan belum diungkap, tapi memang sengaja mereka menutup kasusnya dengan cepat."

"Lalu kenapa rumah itu bisa jadi milik orang tua Meghan?"

"Mereka mendapat rumah itu dari orang yang membeli rumahku di acara pelelangan keluargaku, lalu menumbalkan setiap orang yang tinggal di sana."

Indigo : Tumbal [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang