Meghan tidak bisa tidur malam ini, pertemuannya dengan Reva membuatnya menumpahkan segala kerinduan yang selama ini menumpuk di dalam hatinya. Pukul tiga malam, matanya terus menatap langit-langit kamar. Ia memeriksa ponselnya yang terdapat beberapa panggilan dari Rega. Jujur saja, Meghan ragu jika harus mengangkat panggilan darinya.
Ia bangun dari tidurnya setelah mendengar suara ketukan di jendelanya. Perasaan takut itu datang dan membuat bulu kuduknya merinding. Terdengar dengan jelas jika suara itu bukan sekedar halusinasinya saja. Meghan berusaha menahan ketakutannya, ia menyelimuti seluruh tubuhnya dengan selimut. Namun, suara itu berganti dengan air di kamar mandi yang tiba-tiba saja mengalir.
Ia bangun dari tempatnya, mencoba memberanikan diri untuk melihat siapa yang berada di kamar mandi. Namun, nyatanya tidak ada apa pun di sana, bahkan air yang tadi didengarnya pun hanya semu. Keran itu mati, tidak ada yang menyalakannya. Napasnya memburu seketika, ia merasakan seseorang tengah memperhatikannya dari belakang.
Ia mencengkeram bajunya erat, takut jika makhluk itu akan menampakkan diri padanya.
"Meghan?"
Panggilan suara itu mengagetkannya, ia menoleh ke arah pintu yang diketuk beberapa kali.
"Kamu baik-baik saja?"
Ia berjalan ke arah pintu dan membuka dengan perlahan. Takut jika yang muncul adalah makhluk menakutkan. Seorang pria tengah berdiri dengan tatapan khawatir. Ia merasakan aura yang aneh di sekitar mereka.
"Kakak?"
"Kamu baik-baik saja?" tanyanya lagi.
“Aku tidak bisa tidur, suara-suara itu menggangguku.” Erwin mengerti dengan kekhawatiran Meghan. Ia tahu jika makhluk yang sejak kemarin mengikuti gadis itu masih berada di sini. Maka dari itu, Erwin mengecek keadaan Meghan yang ternyata memang benar, ia kembali diganggu olehnya.
"Di mana gelang itu? Apa kamu tidak memakainya?"
Meghan hanya menggelengkan kepalanya. Erwin mendengkus kesal, bisa-bisanya ia tak memakai benda pemberian darinya.
"Bukankah aku sudah memintamu untuk memakainya?"
"Maaf, aku lupa," ujarnya sembari menundukkan kepalanya.
Prang!
Sebuah benda jatuh berhasil mengagetkan keduanya. Suara yang keras berhasil membuat Erwin langsung mengecek ke dapur. Piring kaca itu terjatuh dari tempatnya, hingga menyebabkan benda tersebut pecah dan menjadi beberapa bagian. Meghan hanya bisa berdiri di ambang pintu kamar, di kala Erwin membereskan pecahan kaca yang berserakan di lantai.
Sebuah kertas tiba-tiba saja terbang di kamar Meghan. Hal itu membuatnya terkejut dan menatap lekat ke dalam kamarnya. Bayangan hitam melintas di hadapannya, dan mengarah ke cermin. Matanya mengikuti ke mana bayangan itu pergi, sampai sesosok makhluk muncul di balik cermin dan membuatnya berteriak kencang.
"Aaaaa!"
Teriakan Meghan membuat Erwin terkejut. Ia yang sedang membuang sisa pecahan piring ke tempat sampah pun langsung menghampirinya.
"Meghan, ada apa?" Erwin memegang pundak gadis itu, sementara ia menutup wajahnya karena tak ingin melihat makhluk yang menyeramkan tadi.
"Kak, aku takut!"
Erwin menelisik seluruh ruangan kamar Meghan. Ia merutuki dirinya sendiri, bisa-bisanya makhluk itu menerobos masuk ke dalam rumahnya. Namun, sedetik kemudian gadis itu mendongakkan kepalanya menatap Erwin dengan tersenyum lebar.
"Hahahaha!"
Sontak saja, hal itu membuat Erwin terkejut bukan main. Ia kecolongan sampai Meghan dirasuki makhluk yang tak diharapkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indigo : Tumbal [✓]
HorrorIni bukan kisah teror yang dilakukan makhluk tak kasat mata. Bukan pula kisah menakutkan seperti cerita kebanyakan. Ini hanya kisah tentang seorang anak indigo bernama Erwin, yang kehilangan kedua orang tuanya di saat ia masih berusia lima tahun. Ia...