Boomerang

50 7 0
                                    

Hari ini Reva akan dimakamkan. Rega datang dengan wajah yang menahan tangis, ia diberitahu Erwin jika Reva terjatuh dari lantai dua dan tewas di tempat. Suasana pemakaman cukup dingin, dikarenakan cuaca yang sedikit mendung.

Meghan berada di samping Rega, sementara Erwin berdiri di antara barisan para polisi yang ikut menyaksikan pemakaman itu. Di saat jasadnya dimasukan ke liang lahat, Erwin merasakan sesuatu yang aneh dari kejauhan.

Ia menoleh ke arah sumber aura yang dirasanya begitu kuat. Di sana terlihat seorang gadis berwajah pucat dengan dress hitam yang dipakai terakhir kali oleh Reva. Iya, Erwin sedikit membelalakan matanya. Menangkap sesosok gadis tengah menonton tubuhnya dikuburkan.

Berwajah datar, tanpa ekspresi apa pun serta rambutnya yang terurai panjang. Pandangan Erwin beralih pada Rega yang ikut melihat sosok Reva. Kedua mata itu bertemu, hingga Rega yang lebih dahulu memutuskan tatapan mereka.

Pria berambut hitam pekat itu mengerenyitkan dahinya. Ia merasa curiga dengan Rega, apakah pemuda itu juga merupakan seorang indigo yang sama seperti dirinya? Atau hanya kebetulan semata?

Tanpa disadari, acara pemakaman pun selesai. Rega, Erwin, dan Meghan kini tengah duduk di ruang tamu. Tidak ada satu pun yang berbicara. Sesosok makhluk yang ikut bergabung membuat Erwin terkejut. Ia berdiri tepat di belakang Meghan dan Rega.

Pemuda yang duduk di samping Meghan merasa risih dengan tatapan Erwin yang tajam. Namun, ia pun merasakan sesuatu berdiri di belakangnya. Hingga akhirnya ia mencoba menoleh ke arah belakang, sebelum akhirnya Erwin mendorongnya hingga terjatuh ke lantai.

Sret!

Punggungnya terasa perih di kala kuku tajam makhluk itu melukainya. Namun, Erwin berusaha menahan sakit itu dengan terus memeluk Meghan. Iya, makhluk tersebut ternyata berniat melukai gadis berwajah khas Sunda tersebut. Untung saja, Erwin menyadarinya dan langsung melindunginya.

Rega yang melihat hal itu hanya bisa berdecak kesal. Meghan menatap wajah Erwin yang begitu dekat dengannya. Degupan jantung keduanya tak bisa dihindari, berdetak dengan kencang dan tak beraturan.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya Erwin yang masih berusaha menahan sakit.

Meghan hanya menggelengkan kepalanya pelan, dengan wajah yang masih kaget dengan apa yang dilakukannya secara tiba-tiba itu.

"Syukurlah," ucapnya yang masih setia dengan posisinya.

Sadar akan wajah mereka yang sangat dekat, bahkan hembusan napas Erwin bisa Meghan rasakan di wajahnya. Gadis itu pun mendorong pria di hadapannya untuk menjauh darinya. Wajahnya sedikit memerah karena kedekatan di antara keduanya. Sementara Erwin masih menahan sakit di punggungnya.

Ia menoleh ke belakang, ternyata makhluk itu sudah pergi. Pandangannya beralih pada Rega yang menatapnya tajam.

***

Erwin menatap punggungnya yang terkena cakaran makhluk tak kasat mata di depan cermin. Ada tiga baris di sana, cukup panjang dan memerah. Rasa perih itu masih bisa ia rasakan, entah bagaimana ia akan mengobati luka di punggungnya sendirian.

Cklek!

Suara pintu terbuka membuatnya terperanjat dan langsung memeriksa siapa yang masuk ke dalam rumahnya. Dengan bertelanjang dada, terpampang tubuhnya yang ideal sempurna.

Rio menatap Erwin dengan wajah yang khawatir. Ia terlihat marah karena mendengar jika Reva tewas di rumah tersebut. Selain itu, ia juga kecewa dengan Erwin yang terus menerus ikut campur dalam hal seperti ini.

"Erwin--"

"Cukup! Aku tidak ingin mendengar ocehanmu," ujarnya sembari berbalik meninggalkan Rio.

Sang kakak yang melihat luka di punggung adiknya pun terkejut. Ia langsung menghampirinya dan memperhatikan luka yang cukup parah itu.

Indigo : Tumbal [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang