TRUE CELEBRITY 41 - SILYA : GUE MALU, GUE JAHAT

234 22 2
                                    

Seandainya gue tau akan sesakit ini. Gue nggak akan pernah mau kenal sama dia. Nggak akan berani menanam cinta untuk dia. Dan nggak akan menaruh harap padanya.

-SILYA MP-

🌹🌹🌹

"Kita mau ke mana sih?"

Silya berjalan di depan Rizal dengan mata tertutup oleh kain berwarna hitam. Rizal sengaja meminta Silya menutup mata untuk menambah kesan kejutan yang ia buat. Rizal menuntun Silya ke ladang, tepatnya menuju pondok kecil tempat biasanya mereka menghabiskan waktu berdua sembari makan siang.

"Zal, lo jangan ngadi-ngadi, ya. Mentang-mentang udah jadi calon suami gue."

"Ya nggaklah. Izal cuma mau kasih surprise buat Ilya. Udah Ilya jalan aja, Izal yang lihat jalan."

"Tapi ini ke mana? Kok jalanannya nggak rata. Lo bawa gue ke ladang, ya?"

"Eh, kok Ilya tau—nggak—bukan-bukan. Udah Ilya diem dulu, bentar lagi sampai," sahut Rizal hampir membongkar kejutan yang ia persiapkan.

Mereka telah sampai di depan pondok. Pondok kecil itu telah dihiasi oleh Rizal dengan berbagai jenis balon, hati kertas, dan pernak-pernik lainnya yang berwarna cerah. Ada satu kue ulangtahun berbentuk hati berwarna merah muda.

"Udah belum?"

"Ini udah sampai, Ilya. Izal buka, ya."

"Iya cepetan."

Begitu penutup mata Silya dibuka, Silya tercengang melihat apa yang ada di depannya. Senyum cerahnya mengembang mengamati pondok itu. Silya menoleh pada Rizal yang tersenyum padanya.

"Selamat ulangtahun, Pacar."

Silya hampir menangis terharu, lalu mencubit keras lengan Rizal.

"Arrgh! Aduh shh ... sakit, Ilya. Kok Izal dicubit? Izal udah siapin ini," ringis Rizal mengusap lengannya.

"Gue baper tau! Ih, lo nih jangan bikin gue girang gini dong. Ini bagus banget, Zal. Gue suka!" girang Silya naik ke atas pondok itu.

"Tapi nggak dicubit juga." Rizal ikut naik ke atas pondok.

"Wah, kue warna pink. Cantik, ya."

"Iya dong. Kan buat Ilya. Izal yang pilihin," sahut Rizal bangga.

"Lilinnya mana?" tanya Silya.

"Ada. Ntar Izal nyalain dulu."

Rizal menaruh tiga lilin kecil di tengah-tengah kue itu dan menyalakannya. Silya tampak tak sabar untuk memulainya.

"Selamat ulangtahun ... selamat ulangtahun. Selamat ulang tahun, Ilya. Selamat ulangtahun ...." Rizal menyanyikan lagu itu dengan lembut. Silya tak bisa mengelak untuk tersenyum. Manis sekali. Ini moment termanis yang pernah ia lakukan selama hidupnya.

"Gue tiup lilinnya, ya?"

"Iya. Jangan lupa selipin harapan Ilya."

"Oke."

Silya menutup matanya, sementara Rizal memandangi wajah cantik itu. Mereka larut dengan kegiatan masing-masing.

Harapan gue, semoga gue bisa selalu bersama Rizal selamanya. Semoga Didil bisa menerima ini semua dan hidup bahagia di sana.

Silya membuka matanya, bersiap untuk meniup lilin itu. Namun belum sempat ia melakukannya, angin lebih dahulu menghembusnya.

"Y-yah ... kok mati sih. Mana udah berharap," desah Silya kecewa.

TRUE CELEBRITY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang