Lahiran

2.4K 266 17
                                    

Entah kenapa hari ini Donghyuck pengen makan bubur kacang ijo, makanya dia nyuruh Jeno buat pergi beliin. Sedangkan, Jisung sejak tadi berada di kamarnya.

Nah selama nunggu Jeno, cowok mungil itu berinisiatif untuk menyiapkan tempat agar bisa langsung di makan dengan cepat bubur kacang ijo nya.

Dengan perlahan dia turun dari tangga, hingga saat sampai di dapur. Donghyuck merasa kakinya yang pegal dan perutnya sedikit keram. Dia duduk sebentar di kursi, mengatur nafas.

Beberapa saat dirasa sudah tidak terlalu, dia perlahan mengambil mangkuk serta sendok. Namun, baru beberapa langkah menuju meja makan.

"Akh..."

PRANG!!!

Donghyuck merasa perutnya sangat mules bahkan ada sesuatu yang mengalir dari kakinya yang memang hanya menggunakan kemeja milik Jeno tanpa celana– hanya celana dalam– membuat mangkok kaca yang digenggamnya terjatuh dan pecah.

"Akhhh.. Hiks.. Sakit.. Ji! Tolong.. Hiks.. Yayah.." rintih Donghyuck.

Tangannya memegang perut buncitnya, keringat dingin mengalir dari keningnya. Cowok itu merintih kesakitan, Donghyuck rasa dia akan melahirkan.

"ASTAGA BUNA! BUNA KENAPA?!"

Suara teriakan Jisung yang baru turun dari tangga dengan terburu-buru terdengar di telinga Donghyuck, cowok yang sedang kesakitan itu mengangkat kepalanya menatap Jisung kesakitan dengan wajah penuh air mata dan peluh.

"Ji... Telepon yayah.. Buna.. Hiks.. Mau lahir... Hahh..." ujarnya pelan.

Jisung saat ini sedang mengangkat tubuh Donghyuck menuju kursi dengan tergesa, sial... Anak kecil itu sedang panik sekarang.

"IYA JI TELEPON YAYAH, BUNA SABAR YAH?! HIKS..." paniknya.

Dengan wajah penuh air mata, dia mengambil handphonenya. Mencari kontak Jeno, tapi baru saja dia mau pencet suara yang sedang dicari terdengar.

"Buna sayang yayah pul— ASTAGA SAYANG!!! KAMU.. KAMU.. KAMU MAU LAHIRAN?!" Jeno dengan panik melempar bubur kacang ijo nya sembarang, lalu berlari kearah Donghyuck yang sedang kesakitan.

Jisung kini menoleh, "Yayah hiks.. Ayo ayo kerumah sakit!!!!" pekik Jisung dengan berlinang air mata, dia gak tega lihat bunanya merintih kesakitan begini.

Jeno dengan cepat mengangguk, "Iya, ayo! Cepat Ji buka pintu mobil. Yayah gendong buna.." Ucap Jeno berusaha untuk tenang agar tidak panik.

Jeno langsung menggendong Donghyuck ala bridal style, "Sayang tenang yah.. Tarik nafas, buang... Yayah gak bakal ninggalin buna.." ucap Jeno pelan berusaha menenangkan Donghyuck, tapi cowok jangkung itu tahu kalau saat ini Donghyuck benar-benar kesakitan.

"Buna.. Sayang yayah..." balas Donghyuck ditengah rintihannya.

Setengah berlari akhirnya Jeno meletakan Donghyuck di mobil, membiarkan cowok mungil itu bersandar pada pundak Jisung. Langsung berlari menuju kursi kemudi, menyalakan mesin mobilnya.

"Ji tenangin buna, jangan nangis!" perintah Jeno tenang.

Jeno tanpa pikir panjang langsung menjalankan mobilnya keluar dari garasi rumahnya, membela jalan raya sore itu. Sepenjang jalan, Jisung hanya bisa mengelap keringat bunanya sambil mengecup pelipis Donghyuck. Demi Tuhan, Jisung sekarang begitu takut. Dia tidak ingin bunanya kesakitan seperti ini, hatinya ikutan sakit.

"Buna maafin Ji kalau Ji selalu nakal hiks.. Ji sayang buna.. Hiks.." sekali lagi dia mengelus perut bunanya pelan, "Adek bertahan yah... Hiks.."

Donghyuck mau membalas ucapan Jisung tapi perutnya begitu sakit, dia jadi tidak fokus. Yang cowok mungil itu lakukan hanya merintih kesakitan dan mengatur nafasnya perlahan.

KELUARGA RANDOM (NOHYUCK)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang