0.20 | The Chapter 20💀

91 20 6
                                    

5 bulan sudah berlalu dan saat ini markas Foxie sudah tertutupi oleh wajah baru.

Saat ini Wendy, Yeonjun, Kamal, Soobin, Taehyun dan Beomgyu sudah berada di gedung baru.

Bukan baru, hanya saja di perbarui.

"Ini belum selesai, kalian harus ku dandani terlebih dahulu lalu sesi pemotretan akan di lakukan!" gumam Wendy sambil menenteng tas makeup yang baru di belinya kemarin.

"Harus ya? Aishh, aku malas jika harus di dandani!" gerutu Beomgyu sambil menutu wajahnya.

"Jangan banyak bicara dan ayo kita ke lantai atas!"

Wendy mendorong kelimat lelaki itu memasuki lift untuk menuju lantai atas, dimana lantai itu adalah tempat tinggal mereka semua.

Gedung ini memiliki 3 lantai, lantai pertama di peruntukkan untuk Cafe baru mereka, lantai dua atau lantai atas di gunakan untuk tempat tinggal mereka, dan lantai tiga atau terakhir berada di bawah tanah dimana disana adalah markas Foxie.

Mereka di bawah Wendy ke kamarnya. Kamar Wendy sendiri di design khusus oleh Yeonjun agar terlihat sederhana namun masih terkesan luwas dan mewah.

Mereka semua di dudukkan di sofa panjang dengan bahan bludru berwarna biru muda, kelima lelaki itu sempat meragukan kemampuan makeup Wendy, namun saat ia mulai mempoles wajah Kamal terlebih dahulu, barulah mereka percaya.

"Tenang saja, aku tidak akan mendadani kalian menor. Kalian tau boygrup asuhan dari BIGHIT? Namanya adalah TXT, aku pernah merias mereka sekali saat aku training di MAGAZINE," gumam Wendy sambil terus merias wajah Kamal.

"Baiklah, kami percaya padamu."

Untuk Kamal, Wendy hanya memberi sedikit bedak karena Kamal memiliki skintone yang sangat putih.

Sedikit memberi lipstik agak bibirnya tidak pucat.

"Kau bisa menata rambutmu sendiri kan?" tanya Wendy pada Kamal yang duduk di depan cermin kamar Wendy.

"Bisa noona, terimakasih!" gumam Kamal sambil berdiri lalu mengacak acak rambut Wendy.

"Bajumu ada di kamar ku, sudah ku beri namamu juga!" teriak Wendy saat Kamal sudah sedikit menjauh.

"Sekarang giliranku," gumam Soobin yang langsung duduk di kursi yang tadinya di tempati Kamal.

"Tutup matamu, Soobin."

Soobin memejamkan kedua matanya, Wendy beralih posisi menjadi di depan Soobin. Ia sedikit membungkukkan badannya agar sejajar dengan wajah Soobin.

"Aku akan memberimu sedikit bedak agak terlihat segar," tutur Wendy sambil menepukkan bedak ke wajah Soobin.

Ia juga sedikit memberi warna pada mata Soobin agar terlihat hidup.

"Mau ku beri lipstik seperti Kamal?" tanya Wendy sebelum memakaikan lipstik.

Soobin hanya mengangguk tanda setuju.

"Buka sedikit bibirmu."

Soobin sedikit membuka bibirnya agar Wendy lebih enak dalam memberi lipstiknya.

Sedikit lipstik di oleskan pada bibir Soobin, lalu Wendy meratakan dengan jari manisnya.

Wendy sangat fokus dalam mendandani Soobin sampai ia tak sadar kalau sedari tadi Soobin sudah membuka mata dan terus menatap Wendy tanpa berkedip.

"Soobin-ssi? Bisa kau jaga matamu,hm?" cuit Yeonjun yang terus memantau Soobin.

Setelah di tegur Yeonjun, Soobin kembali memejampak matanya sedangkan Wendy masih fokus.

"Nah Soobin, kau bisa menata rambutmu sendiri kan?" tanya Wendy sambil menegakkan kembali tubuhnya.

"Tentu, terimakasih ya. Aku akan berganti pakaian, sama seperti Kamal kan?" tanya Soobin sambil berjalan mengikuti Kamal.

"Benar, sudah ada namamu juga."

Baru saja Yeonjun ingin menduduki kursi, Beomgyu langsung mendahuluinya.

"Kau mau ku bunuh di sini?" celetuk Yeonjun yang kesal pada Beomgyu.

"Coba saja, wlee!"

Yeonjun hanya bisa menghela nafas karena tingkah menjengkelkan Beomgyu, jika tidak ada Wendy disini mungkin Beomgyu sudah botak karena di tarik oleh Yeonjun.

"Baiklah Beomgyu, untukmu aku akan memberikan sama seperti Soobin dan Kamal, lipstik, bedak dan sedikit warna di matamu," tutur Wendy sambil sedikit membedaki wajah Beomgyu.

Wendy memberikan sedikit warna pada mata Beomgyu, tangannya mengusap lembut kulit mata Beomgyu.

"Kau memiliki kulit yang lembut ya, Gyu."

Di usapnya kulit pipi Beomgyu dengan lembut, Wendy kagum dengan tekstur kulit Beomgyu yang lembut.

"Kau harus banyak belajar dariku, hahaha!"

"Cepat jangan lama-lama!" protes Yeonjun sambil menendang sepatu Beomgyu sedikit keras.

"Sakir bodoh!" umpat Beomgyu sambil menandang balik sepatu Yeonjun.

"Sabar, aku hanya perlu menambahkan lipstik di bibirnya."

Setelah mendengar perdebatan antara Beomgyu dan Yeonjun, Wendy pun langsung mengoleskan lipstik di bibir Beomgyu lalu meratakan dengan jarinya.

"Sudah selesai! Kau bisa menata rambutmu sendiri kan?" tanya Wendy sambil menyelipkan rambutnya di telinga.

"Tidak bisa, aku buruk dalam menata rambut," balas Beomgyu sambil menatap Wendy melas.

"Banyak alasan, sudah sana pergi dan berdandan dengan cepat!" omel Yeonjun sambil menarik kera baju Beomgyu seperti kucing.

"Cih! Bilang saja kau ingin cepat-cepat berduaan dengan Wendy," decis Beomgyu sambil mengumpati Yeonjun.

Wendy hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum melihat kelakuan dua manusia random ini.

"Baiklah Yeonjun, cepat duduk ya agar aku bisa cepat mendandanimu," seru Wendy sambil menepuk kursi yang tadi di duduki Beomgyu.

Tanpa banyak bicara Yeonjun pun langsung mendudukkan dirinya dan siap untuk di dandani.

"Jangan membuatku terlihat jelek, ya? Aku harus paling tampan di antara yang lainnya," tutur Yeonjun sambil menatap Wendy dari pantulan cermin.

"Bagaimana bisa? Kalian semua tampan, walau aku merias salah satu dari kalian dengan jelek pun masih akan terlihat tampan," balas Wendy sambil mengambil bedak di meja.

Wendy mengubah posisinya menjadi di depan Yeonjun, mereka berhadap hadapan satu sama lain.

Sedikit menundukkan badannya agar sejajar dengan Yeonjun, perlahan Wendy memberikan bedak pada kulit wajah Yeonjun.

Mengusapnya dengan sangat pelan dan lembut, bahkan Wendy sendiri tidak tau kenapa ia melakukannya dengan sangat pelan.

"Tunggu, apa ini bekas luka?" tanya Wendy yang melihat ada sebuah tanda bekas luka di pelipis Yeonjun.

Wendy mengusapnya lagi untuk memastikan apakah ini bekas luka atau bukan.

"Ini bekas luka saat aku kecil, dulu aku senang berlari lari hingga aku terjatuh dan kepalaku mengenai ujung pintu. Waktu itu rasanya sakit sekali, tapi jika di bandingkan dengan sekarang itu tidak ada apa-apanya," jelas Yeonjun sambil mengingat sedikit memori dimasa kecilnya.

"Sudah, aku menutupinya dengan cream agar bisa tersamarkan."

Yeonjun tidak sadar kalau Wendy sudah selesai membedakinya, bahkan ia melihat di cermin tepatnya di mana luka itu berada sudah tidak terlihat.

"Terimakasih sudah menemukanku waktu itu," gumam Yeonjun sambil memejamkan matanya.

"Jangan banyak bicara, atau kau akan lama ku dandani."

PARTNER IN CRIME | WENJUN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang