0.1 | The Chapter 1💀

6.8K 448 54
                                    

Pagi ini masih pukul 6 , dan Wendy sudah bergulat dengan adonan kue yang akan di masaknya.

Wajahnya penuh dengan tepunh yang menempel di pipinya, ia menguleni kue dengan sangat mahir karena memasak dan membuat kue adalah keahliannya.

"Umm.. Hari ini aku akan menjualnya kemana ya?" monolog Wendy sambil terus menguleni adonan kue.

Hari ini Wendy membuat kue bolu dengan cetakan berbentuk hati. Setiap hari kue yang di jual Wendy selalu bervariasi jadi pelanggan tak pernah bosan saat membeli kue itu.

Setelah adonan sudah cukup siap, ia menuangkannya ke setiap cetakan yang ada lalu menambahkan chocochips di atasnya sebagai hiasan.

Semua adonan sudah masuk kedalam cetakan dan sekarang waktunya untuk mengoven.

Selagi menunggu kue matang, Wendy mandi dan membersihkan dirinya bersiap untuk berjualan.

Beberapa menit berlalu kue pun sudah matang dan Wendy juga baru selesai mandi dan berdandan.

"Semoga hari ini semua orang menyukainya," gumam Wendy sambil mengeluarkan kue dari cetakannya.

Semua kue sudah keluar dari cetakan dan sudah dingin, dengan segera Wendy memasukkannya kedalam plastik sebagai pembungkusnya.

Wendy memasukkan semua kue itu kedalam keranjang bawaannya, setelah itu ia segera pergi untuk menjualnya.

Menjualnya di dekat sungai Han mungkin bagus, apa lagi sekarang adalah hari minggu. Pasti banyak pasangan kekasih yang datang kesana pagi ini.

Sepanjang perjalanan Wendy selalu menunjukkan senyum manisnya pada semua orang.

Ia selalu melakukan kebiasaan itu agar pembelinya menjadi nyaman.

Sesampainya Wendy di jalanan Sungai Han ia melihat tempat yang pas untuk ia meletakkan kuenya.

Ia duduk di kursi sambil memangku keranjangnya, dan benar saja. Tak lama setelah itu ada sepasang kekasih yang menghampirinya.

"Eonni apa ini kue bolu?" tanya gadis yang sepertinya lebih mudah darinya.

"Nee, ini kue bolu dengan rasa coklat mix vanilla," jawab Wendy sambil menunjukkan satu bungkus kue pada gadis itu.

"Berapa harganya?"

"Hanya 5.000 saja."

(Kembali lagi aku pakai Rupiah ya.)


"Baiklah, aku akan ambil 2," gumam gadis sembari memberikan uang pada Wendy.

Setelah mendapat kuenya, pasangan kekasih itu pun pergi.

"Awal yang bagus Son Wendy!" gumamnya menyemangati diri sendiri.

Wendy tak hanya diam di kursi itu, ia berjalan menyusuri jalanan pinggir Sungai Han untuk menjajakan kuenya.

Dan benar saja, banyak yang meyegat Wendy untuk membeli kuenya.

Ia menatap keranjangnya yang hanya tersisa satu kue saja, di tatapnya ke sekitar arah untuk melihat apa ada orang atau tidak.

"Sepertinya Ibu itu lapar," monolog Wendy sambil berjalan ke arah wanita yang di tujuhnya.

BUGH!

"YA! PERHATIKAN LANGKAHMU!" teriak Wendy pada lelaki yang baru saja tak sengaja menabraknya.

Bukannya meminta maaf lelaki itu hanya melihat Wendy dari samping lalu kembali pergi.

Untung saja kue yang ada di keranjang itu tidak jatuh, Wendy bergegas menemui Ibu tua itu dan memberikan padanya.

"Ahjuma, hari ini kueku laku keras, anggap saja ini adalah hari kebetuntunganmu," ucap Wendy sambil memberikan satu kue dan uang 20.000 pada Ibu itu.

"Aiguu, terimakasih anak cantik, Ahjuma berharap hidupmu bahagia serta keluargamu juga, terimakasih banyak," balas Ahjumma itu sambil mengusap punggung tangan Wendy penuh ketulusan.

"Andai saja mereka masih ada.. Ibu dan Ayah pasti senang saat tau aku pandai memasak seperti Ibu."

"Nee, Kamsahmina Ahjuma. Kalau begitu saya pa-"

"TOLONG!!"

Ucap Wendy terpotong karena baru saja ada yang berteriak meminta tolong.

Dengan terburu-buru Wendy berlari mencari sumber suara dan benar saja, ia melihat seorang lelaki yang sudah mati terbunuh dengan sebilah piasu yang menancap di jantungnya.

Ia melihat sudah banyak orang yang datang mengerubunginya, semua yang ada di sana memfoto dan merekam kejadian ini, bahkan sudah ada reporter dan pihak kepolisian yang juga datang.

"Pembunuhan di pagi hari? Atau jangan-jangan.."

Wendy mengingat kejadian beberapa menit yang lalu saat ia tak sengaja di tabrak oleh lelaki yang berpakaian sangatencurigakan yaitu memakai jaket hitam, topi dan masker hitam.

"Dia pembunuh?"

.
.
.

Malam ini Wendy sedang beristirahat di kamarnya setelah menyelesaikan pekerjaan rumah.

Tut!

Ia menekan tombol ON pada layar tv nya dan memperlihatkan acara berita malam.

"Dewan Perwakilan Rakyat dari Busan yang bernama Lee Hong Bin di kabarkan telah meninggal dunia pagi tadi, pembunuhan terjadi di Sungai Han dengan menggunakan sebilah piasu yang menancap di jantungnya.

Pelaku masih belum di ketahui karena tidak ada sidik jari di pergelangan pisau itu, dan motif pembunuhan pun masih menjadi misteri,-"

"Wahh pembunuh sangat cerdih bahkan sampai bisa tidak meninggalkan jejan sama sekali di sana," seru Wendy sambil menutup mulutnya.

"Banyak warga yang berspekulasi kalau insiden ini adalah ulah dari Killer Foxie, warga berpendapat kalau Foxie tengah mencincar para pejabat untuk di bunuhnya,-"

"Foxie? Killer? Tapi kenapa namanya menggemaskan sekali ya, Foxie."

"Saat ini terduga pembunuhan masih menjadi buronan petugas kepolisian Korea Selatan, sekian berita malam dari MOALUV."

Ceklit!

Wendy mematikan tv nya lalu pergi ke ranjangnya untuk tidur.

Ia segera menarik selimut menutupi badannya dan memejamkan mata siap untuk tidur, namun saat ia memejamkan mata bayangan lelaki yang ia temui pagi tadi tiba-tiba saja masuk kedalam bayangannya.

"Apa dia Foxie?" gumam Wendy yang langsung bangkit dari tidurnya dan duduk menyilahkan kaki.

Ia membayangkan bagaimana postur tubuh dari lelaki tadi, ia ingin melihat wajahnya namun tak bisa karena saat lelaki itu menabraknya ia menutupi wajahnya dengan masker.

"Bagaimana wajah Foxie? Apa dia semenyeramkan yang orang-orang bicarakan?" monolog Wendy sambil membayangkan wajah Foxie seperti apa.

"Aku jadi ingin tau apa motif di balik pembunuhan ini."







~
Ini masih permulaan ya, jadi maaf kalau agak garing :"

Ayo kasih support buat Book baru ini!!

PARTNER IN CRIME | WENJUN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang