0.23 | The Chapter 23💀

60 11 7
                                    

Disinilah mereka saat ini, taman.

Setelah selesai menempelkan selembaran di kota, kini mereka beralih menuju taman kota.

Cukup ramai disini, hari ini banyak sekali manusia yang berkunjung di taman. Ketiga manusia ini berdiri di ambang pintu masuk taman dan mengamati sekitarnya.

"Baiklah, Wendy kau pergi ke arah kanan, Beomgyu kiri dan aku tengah," tutur Yeonjun menjelaskan.

"Baiklah!"

Beomgyu pergi terlebih dahulu dan mulai menempelkan di beberapa titik yang bisa di gunakan.

Yeonjun pun sama. Setelah Beomgyu pergi, ia berpamitan pada Wendy terlebih dahulu sebelum pergi.

"Disini banyak orang, kau tidak tau siapa di antara mereka yang baik dan jahat. Jadi ku harap kau bisa menjaga dirimu dengan baik," pinta Yeonjun sebelum akhirnya pergi.

"Memangnya akan ada apa? Dia terlalu mengkhawatirkan semuanya," timpal Wendy lalu pergi.

Wendy berjalan santai, ia pergi ke mading besar yang memang di khususkan untuk semua orang menempelkan selebaran.

Dua lembar saja sudah cukup untuk mading ini, di sisi kanan dan kirinya.

Setelah selesai menempelkan di mading, Wendy mencoba membagikannya juga pada beberapa orang disana.

"Permisi?" Wendy menyapa beberapa anak seumurannya sedang menongkrong.

Sejenak fokus mereka tertuju pada gadis yang baru saja menghampiri mereka, Wendy. Beberapa dari mereka kembali menyapa dengan senyum.

"Maaf menganggu kalian, aku ingin menawarkan kunjungan di caffe baru kami. Mungkin kalian sesekali bisa berkunjung disana," tawar Wendy sembari memberikan beberapa selembaran.

"Hey nona, jika kami berkunjung kesana apa kau yang akan melayani kami?" tanya salah satu lelaki yang sedikit tinggi darinya.

"Tentu, aku akan melayani kalian dengan senang hati," balas Wendy dengan senyum ramah.

"Ahh begitu rupanya? Jadi berapa uang yang kau butuhkan?" tanya seseorang yang lain dengan senyum yang aneh menurut Wendy.

"Apa maksudmu?" Wendy yang tadinya tersenyum ramah kini berubah menjadi datar.

"Kau juga menjual dirimu kan? Dengan tubuhmu yang bagus seperti ini, aku berani bayar sebanyak yang kau mau," seru lelaki lain sambil berdiri dan menatap Wendy dari atas sampai bawah.

"Ku rasa pamflet ini tidak kalian butuhkan, kalau begitu aku permisi."

Setelah berucap, Wendy langsung bergegas meninggalkan segerombol lelaki tadi. Namun tidak di sangka beberapa dari mereka menahan Wendy dengan memegang kedua tangan Wendy.

"Apa yang kau lakukan?!" bentak Wendy sambil menatap lelaki di hadapannya.

"Hanya ingin menahan dan menikmatimu, nona manis."

"Cuihh! Kau pikir bisa melakukannya?" smirk Wendy meremehkan segerombol lelaki tak beradab.

"Bos! Lihat, dia baru saja meremehkanmu!"

"Ahh? Jadi kau adalah pemimpin kelompok bodoh ini?" tanya Wendy sambil menatap satu persatu lelaki di sekelilingnya dengan smirk yang belum hilang.

"Apa yang kau katakan barusan? Kelompoo bodoh? Cih, akan ku tunjukkan siapa yang bodoh disini!"

Kedua lelaki di sisi kanan dan kiri Wendy memegang erat tangannya, sementara lelaki di hadapannya berjalan semakin dekat ke arah Wendy.

"Berhenti mendekat!" bentak Wendy dan memberontak.

PARTNER IN CRIME | WENJUN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang