0.32 | The Chapter 32💀

57 8 7
                                    

Hari dimana penyergapan markas Yangsuk pun akhirnya tiba.

Dengan berbekal banyak peralatan yang sudah di rancang sedemikian rupa untuk menjaga mereka agar tetap aman, Yeonjun dan lainnya termasuk Wendy sudah siap untuk menyerang.

Mereka sudah tiba di gudang itu, gudang yang letaknya berada di tengah-tengah hutan belantara.

Sedang bersembunyi di balik semak-semak blukar, untuk mengintai mangsa baru mereka.

"Kenapa tidak malam hari saja kita menyerangnya?" tanya Kamal dengan membawa pistol.

"Kalau malam aku sudah mengantuk, lebih baik pagi agar kita bisa segera membawa mereka ke kantor polisi," balas Yeonjun.

"Tapi bukan kah kalau sekarang, kita bisa ketahuan ya?" tanya Kamal lagi.

"Tenang aja, kita sedang kamuflase jadi aman," sahut Beomgyu.

Ya, mereka melakukan penyerangan di pagi hari dengan memakai pakaian hitam kombinasi hijau daun.

Terlihat dari jauh, terdapat dua orang yang sedang berjaga di luar gudang. Mereka meggunakan pakaian serba hitam dan tak lupa pistol yang menggelantung disana.

"Taehyun dan Kamal, kalian bisa menembaknya sekarang."

Setelah mendapat perintah dari Yeonjun, Taehyun dan Kamal sedang membidik sasarannya dengan fokus.

Duar! Duar!

Dua tembakan berhasil mengenai target dan membuat mereka pingsan sangat lama. Ini bukan tembakan yang mengakibatkan kematian, Soobin membuat ini agar nantinya para penjahat ini bisa di masukkan kedalam penjara.

"Good Job, Go!"

Yeonjun, Soobin, Beomgyu dan Wendy mendendap endap ke arah gudang sedangkan Kamal dan Taehyun sedang memindahkan tubuh penjaga itu dan membawanya ke arah semak-semak untuk di ikat, setelah itu mereka ikut bergabung dengan yang lainnya.

Mereka mengendap endap melewati samping gudang, Wendy yang paling belakang tak sengaja mengintip jendela yang terbuka namun sedikit tertutup dengan lemari usang.

Disana Wendy sedikit membeku saat ia melihat kurang lebih ada 10 gadis yang sedang terduduk sambil menahan tangis, dan yang paling parahnya lagi ia melihat satu gadis yang di paksa untuk melayani Yangsuk.

"Keparat," rutuk Wendy mengepalkan kedua tangannya yang sedang memegang pistol.

"Psst, Wen? Cepat kemari!" bisik Taehyun pada Wendy yang tertinggal.

Wendy membuyarkan fikirannya dan kembali mengikuti Yeonjun.

Mereka kini berada di pintu belakang gudang tersebut, berjalan tanpa mengeluarkan suara menuju tumpukan jerami yang menjulang tinggi.

"Oh Shit!" pekik Beomgyu pelan saat ia melihat seorang gadis tengah menduduki barang milik Yangsuk dan menggoyangnya.

"Ini pelecehan, lihatlah wajahnya yang terlihat menahan tangis," sambung Kamal tak tega.

Mereka saling bergumam di balik tumpukan jerami sambil bersiaga dengan senjatanya. Dan di lihat dari situasinya semua penjaga Yangsuk sedang bersiaga di sekitarnya juga.

Terlihat gadis lain juga di gilir oleh Yangsuk, gadis satu selesai ia menggantinya dengan gadis lainnya.

"Kumohon hentikan, aku tidak ingin melakukan ini hiks!" pinta gadis itu sambil menutupi bajunya yang sedikit robek di bagian dada.

"Kau menolakku, hm?" Yangsuk mendekati gadis itu yang saat ini sedang terduduk dan menunduk. "Kau berani menolakku?"

"Aku tidak ingin melayanimu bajingan!-"

Plak!

Suara tamparan itu sangat nyaring dan menggema di seluruh gudang, bisa di rasakan bahwa tamparam itu sangatlah keras dan menyakitkan.

Wendy hendak menembak Yangsuk, namun di tahan oleh Yeonjun yang berada di sampingnya.

"Tahan seranganmu, situasi kita masih belum menguntungkan," bisik Yeonjun terus fokus pada Yangsuk.

"Kau gila? Harga diri wanita itu hampir hilang kau tau?" balas Wendy geram sambil menatap Yeonjun penuh amarah.

Gadis tadi tertunduk dan memegangi pipi kanannya yang memerah akibat tamparan keras dari Yangsuk.

"Aku akan bermain halus jika kau patuh padaku," gumam Yangsuk sambil membelai tubuh gadis tersebut.

"Lebih baik aku mati dari pada harus mematuhi pria berengsek sepertimu! Cuih!" teriak gadis itu sambil meludahi Yangsuk.

"TIDAK TAU DI UNTUNG! KU BUNUH KAU BERENGSEK!-"

DUAR!

"CHOI YANGSUK!"

"Hah?!"

Bukan Yeonjun yang melepas tembakan, melainkan Wendy. Ia berdiri di samping tumpukan jerami dengan pistol yang sudah berada di atas.

"Berani kau menyentuhnya sekali lagi, akan ku patahkan kedua tanganmu!" teriak Wendy sambil berjalan ke arah Yangsuk.

Gadis itu kabur kembali ke teman-temannya saat fokus Yangsuk teralihkan pada Wendy.

"Aigo, kau datang di saat aku sedang horny. Apa kau datang untuk memuaskanku juga,hm?" tanya Yangsuk dengan tatapan menjijikannya.

Wendy menanggapinya hanya dengan senyum yang menyungging, "Kau bercanda? Hahahah!".

"Hyung, kita harus membantu Wendy Noona," seru Kamal tak tega melihat Wendy sendirian.

"Tidak, untuk saat ini kita diam di sini dulu."

Yangsuk berjalan perlahan mendekat, dan Wendy sudah siaga dengan pistolnya.

"Kau tau, Wen? Gadis sepertimu ini lebih cocok berada di hiburan malam dari pada kesana kemari membawa pistol dan menjadi kriminal seperti in-"

Duak!

"Ashhhh! Sialan!" pekik Yangsuk saat bibirnya di tinju Wendy dengan pistol yang sangat keras.

Bibir dan hidung Yangsuk mengeluarkan darah segar, dengan bergegas Yangsuk mengusapnya asal.

"Untuk gadis mungil sepertimu, kau cukup menggairahkan Nona Son Wendy," tutur Yangsuk menatap Wendy dari atas sampi bawah.

"Aku tidak ingin berlama-lama, katakan padaku siapa yang memerintahkanmu membunuh Orang tuaku?" tanya Wendy masih santai dengan tatapan datarnya.

"Ohh alangkah tidak sopan jika tamu tidak di persilahkan duduk terlebih dahulu. Hey kau! Ambilkan kursi untuknya, cepat!" perintag Yangsuk pada Bawangnya.

Tak lama, dua kursi datang di bawah oleh Bawangannua Yangsuk.

Wendy mengiyakan ajakan Yangsuk, ia duduk berhadap-hadapam dengan Yangsuk.

"Jawab sekarang."

"Kau ini terburu-buru sekali ya, Nona cantik."

"Cepat katakan atau ku lubangi kepalamu!" ancam Wendy sambil menodongkan pistolnya tepat di kepala Yangsuk.

"Jika aku mengatakan bahwa akulah petinggi itu, apa kau percaya?" tanya Yangsuk sambil memiringkan kepalanya menatap Wendy.

"Mustahil, punya bukti apa kau?"

Yangsuk merogoh ponselnya dan menunjukkan gambar dimana itu adalah foto pembukaan atau peresmian gedung tempat Ayah Wendy bekerja, disana juga terdapat wajah Ayah Yeonjun dan Yangsuk yang sedang memegang gunting besar.

"Kau..!"

PARTNER IN CRIME | WENJUN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang