0.30 | The Chapter 30💀

61 8 8
                                    

Dua minggu telah berlalu, kedukaan yang di rasakan Yeonjun dan Wendy juga perlahan memudar meski tidak sepenuhnya.

Wendy pernah berkata pada Yeonjun saat Yangsuk pergi meninggalkan Yeonjun sendirian, "Biarkan dia merasakan bebasnya berkeliaran kesana kemari. Tapi ingat, sebentar lagi kematian akan menantinya."

Pagi ini Wendy berada di kamarnya, duduk di ujung ranjang dengan masih memakai piyama selutut berwarna biru laut, dan rambut yang masih kusut.

"Ini sudah dua minggu, tapi rasa nyeri di punggungku sudah hilang. Apa sudah sembuh? Hmm aku sudah lama tidak melihatnya," monolog Wendy sambil berjalan menuju kaca yang ukurannya cukup besar.

Wendy membelakangi kaca lalu melonggarkan pengikat di piyamanya, piyamanya sedikit menurun dan memberlihatkan punggung mulusnya. Di tatapnya punggung itu dengan sangat lekat kemudian Wendy tersenyum.

"Sakit ini tidak sebanding dengan sakit yang di rasakan Ayah dan Ibu. Tapi kalian jangan khawatir, aku akan membalaskan ini untuk kalian."

Ceklek!

"HAAAAAA YEONJUN-AH!!"

Wendy segera menutup punggungnya saat Yeonjun masuk tanpa mengetuk pintu.

"M-mianhae," tutur Yeonjun lalu kembali keluar dan menutup pintunya.

Tok! Tok! Tok!

"Wendy, bisa aku masuk?" tanya Yeonjun dari luar kamar.

Wendy hanya tertawa dari dalam melihat tingkah Yeonjun.

"Ya! Kau bisa masuk sekarang!" teriak Wendy dari dalam.

Yeonjun pun akhirnya masuk ke kamar Wendy, mereka sama-sama duduk di ujung ranjang.

"Aku kemari ingin mengecek lukamu, boleh aku melihatnya?" tanya Yeonjun sambil menunjuk punggung Wendy.

"Tuntu, periksalah. Siapa tau aku masih membutuhkan pengobatan lagi," jawab Wendy mengiyakan.

Wendy duduk membelakangi Yeonjun lalu sedikit menurunkan piyamanya sama seperti tadi.

"Hmm." dahem Yeonjun saat melihat punggung Wendy. "Aku akan menyentuhnya, jika terasa sakit tolong katakan padaku."

Wendy memejamkan matanya saat tangan Yeonjun mulai menyentuh kulit punggung Wendy dengan pelan.

"A-ash, sedikit perih tapi rasanya tidak terlalu sakit," seru Wendy sambil menyampingkan kepalanya.

"Tunggu sebentar, aku akan pergi mengambil salep untuk memudarkan luka jahitannya."

Yeonjun pergi sebentar untuk meminta obat salep pada Soobin. Selang beberapa menit, Yeonjun kembali dengan mangkuk kecil berisi salep buatan Soobin.

"Soobin mengatakan salep ini akan segera memudarkan bekas lukamu, aku akan mengoleskannya di punggungmu."

Tangan kanan Yeonjun mengambil sedikit salep itu lalu mengoleskannya pada bekas luka jahitan di punggung Wendy.

"A-ahh."

"Apa sakit?"

"Hanya terasa perih."

Yeonjun kembali mengusap punggung Wendy, dan Yeonjun sangat memperhatikan wajah kesakitannya karena Wendy menghadapkan kepalanya ke arah kiri.

"Bahkan saat kesakitan pun wajahnya tetap terlihat sangat cantik," batin Yeonjun.

"Sudah, aku sudah selesai mengobatinya dengan salep," gumam Yeonjun sambil meletakkan salep itu di meja rias Wendy.

Wendy tak menutup punggungnya lagi karena salep itu bisa menempel di piyamanya, jadi sementara ia menutupi tubuh bagian dengannya dengan boneka yang cukup besar.

PARTNER IN CRIME | WENJUN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang