0.24 | The Chapter 24💀

57 10 6
                                    

Sebelum kembali ke rumah, Wendy lapar kemudian Yeonjun mengajak mereka singgah sebentar di kedai pinggir jalan.

"Ahjumma! 3 mangkuk ramen dan soju ya," seru Yeonjun pada Ahjumma penjual.

Ya, disinilah mereka saat ini. Kedai ramen pinggir jalan yang sangat nyaman. Yeonjun tak begitu suka makan di restoran dan lebih nyaman makan di kedai kecil pinggir jalan seperti ini.

Entah mungkin karena sudah terbiasa sejak dulu?

"Bagaimana sembari menunggu makanan datang, bagaimana kalau kita bermain game Truth or Dare?" usul Beomgyu sambil mengambil botol soju kosong di meja seberang.

"Kajja!" semangat Wendy.

Yeonjun sebenarnya malas, tapi 2-1 bisa apa?

"Baiklah, kau yang putar botolnya."

Beomgyu memutar botolnya dengan santai, botol terus berputar cukup lama sampai akhirnya berhenti pada Yeonjun.

"Truth."

"Baiklah, hanya akan ada satu pertanyaan. Kenapa kau begitu marah saat aku mendekati Wendy?" tanya Beomgyu sambil menyunggingkan sudut bibirnya menatap Yeonjun.

"Jawabannya mudah, karena dia adalah penyelamatku. Jadi aku tidak mau lelaki sepertimu yang mendekatinya," jawab Yeonjun dengan sangat santai.

"Benarkah? Hahaha, kau lucu sekali Tuan Yeonjun."

Botol kembali di putar dan berhenti pada Beomgyu.

"Aku yang akan bertanya! Beomgyu, aku tau di balik tingkah konyolmu ini ada kisah di baliknya dan aku ingin kau memilih truth, pertanyaannya adalah apa yang kau sembunyikan dari kami?"

Ekspresi Beomgyu berubah, yang tadinya tersenyum ceria kini luntur.

"Haruskah aku menjawabnya, Wen?"

Wendy tersentak saat Beomgyu memberinya tatapan yang menyesakkan di hati.

"Aku selalu bertanya pada diriku, kenapa aku mau bergabung dengan kalian, kenapa aku bisa bersama kalian dan kenapa aku mau bersama kalian. Aku selalu kesepian dan hidup dengan rasa pahit karena Ayahku sendiri. Ini adalah pemberontakkan pertamaku, dan bertemu dengan kalian sangat menyenangkan. Sejak saat itu aku memutuskan untuk selalu menghibur kalian dan berjanji akan menjaga kalian meski aku tak sekuat, emm," jelas Beomgyu kemudian menunjuk Yeonjun dengan lidahnya yang berada di dalam mulut.

Hug!

Beomgyu sangat terkejut saat Wendy tiba-tiba memeluk Beomgyu dengan sangat erat.

"Hhmm." Beomgyu tersenyum dan ikut memeluk Wendy meski hawa panas terpancar dari lawannya.

"Baik-baiklah sudah cukup berpelukannya, karena tersisa kau. Jadi truth or dare?" sela Yeonjun yang tak ingin melihat dua insan berpelukan terlalu lama.

"Eumm.. Aku memilih, Truth!"

"Di antara kami berlima, apa ada salah satu dari kami yang membuatmu tertarik?" baru saja Beomgyu ingin bertanta tapi sudah di dahului Yeonjun.

"Pertanyaan yang sulit, karena hampir semuanya membuatku tertarik. Aku tidak bisa memutuskan siapa yang setia membuatku tertarik, karena kalian selalu membuat jantungku aneh! Aku frustasi dengan ini, bisakah kalian bertindak normal saja denganku?!" geram Wendy sambil menunjuk Yeonjun dan Beomgyu bergantian.

"Ahh kalau begitu aku masih memiliki peluang untuk mendekatim-"

"Jangan harap."

Baik Beomgyu maupun Wendy tersentak saling bertatapan saat Yeonjun menyela perkataan Beomgyu yang belum selesai.

"B-baiklah, sepertinya ramen kita sudah datang jadi sebaiknya mari kita makan!"

Wendy mencairkan suasana, dan kini mereka fokus pada makanan yang di hidangkan.

.
.
.

"Kamal, apa Wendy dan yang lainnya belum kembali?" tanya Soobin di ruang tv.

"Entahlah, kurasa mereka sedang makan? Atau sekedar beristirahat sebentar?" jawab Kamal yang juga berada di ruang tv.

Soobin dan Kamal saat ini sedang menonton film yang cukup menegangkan, yakni Cinderella.

"Kurasa jika aku masuk di dunia fantasi, gadis yang menjadi Cinderella akan cocok di perankan Wendy," gumam Soobin terus fokus pada film.

"Ya, aku juga berfikir begitu. Tapi kau tidak cocok jika menjadi pangeran."

"Apa maksudmu?" protes Soobin sambil menatap Kamal heran.

"Tidak, lupakan saja. Omong-omong kau sungguh bisa membuat segala obat?" alih Kamal.

"Tentu, aku masih perlu banyak mencoba untuk menyempurnakan segalanya," jawab Soobin kembali tenang. "Kau sendiri, bagaimana bisa kau kenal dengan Wendy?"

"Aku tetangganya, sejak kami kecil, saat kedua orang tua noona masih hidup sampai mereka meninggalkan noona sendirian aku masih menjadi tetangganya. Kau tidak boleh membahas masa lalu noona saat bersamanya, karena itu cukup menyakitkan baik untukku maupun untuknya," balas Kamal tersenyum getir.

Soobin bisa merasakan apa yang Kamal rasakan, sangat menyedihkan dan penuh amarah.

"Aku tidak akan menanyakan hal sesensitif ini padanya, aku juga tau situasi dan kondisi."

"Apa kau bisa beladiri?" tanya Kamal mengganti saluran film menjadi acara beladiri.

"Pernah, saat aku masuk di cerita Noona Saranghae," jawab Soobin sambil tertawa kecil.

"Noona Saranghae? Apa itu?" tanya Kamal tak faham.

"Aku juga pernah menjadi karakter utama di cerita itu, dan kau tau siapa pemeran wanita utamanya?" seru Soobin semangat.

"S-siapa?" sejujurnya Kamal sedikit takut karena baru kali ini Soobin banyak bicara.

"WENDY! Haahahahaha! Aku bersama Wendy berguru pada Taehyun saat itu," jelas Soobin sambil menunjuk pintu kamar Taehyun.

"Bagaima bisa? Aneh sekali, apa ada hubungannya ceritamu dengan cerita ini?"

"Entahlah, jika di lihat-lihat mungkin iya tapi bisa juga tidak."

Ceklik!

"Kami pulang!" suara langtang Beomgyu menyeruak seisi ruangan.

"Ada surat untukmu, Soobin." seru Yeonjun yang menenteng sepucuk surat.

"Ahhh lelahnyaa! Kakiku sangat lelah!" rengek Wendy lalu membanting dirinya di sofa samping Soobin.

"Noona mau ku pijat?" tawar Kamal dan Wendy mengangguk semangat.

Kamal merubah posisi, ia pindah ke sebelah Wendy, mengakat kakinya dan meletakkannya di atas kakinya sendiri.

Tangan Kamal mengusap dan memijat pelan kaki mulus Wendy, Kamal memang senang dan sering memijat Wendy saat mereka bermain bersama.

(bentar, ini kok jadi kaya ambigu ya.)

Soobin yang berada di sampingnya hanya menatap Wendy yang ternyata sudah tertidur, mungkin karena terlalu lelah dan kenyang.

Soobin menggeser kepala Wendy agar bertumpu pada kakinya di jadikan sebagai bantal.

"Jangan macam-macam dengannya."

"Ash kamjagia!"

Baik Kamal maupun Soobin terkejut saat Yeonjun berada di balik sofa sedang memantau mereka.

"Ya! Hyung! Kau pikir aku lelaki mesum ha?!" protes Kamal sambil menatap Yeonjun kesal.

"Bukan kau, tapi Soobin."

"Ada apa denganku?" tanya Soobin tak faham.

"Aku tau kau masih belum bisa moveon dari peran utamamu di Noona Saranghae kan?" seringai Yeonjun sambil menatap remeh Soobin.

"Benar, tapi aku tau posisiku saat ini karena memang disini kaulah pemeran utamanya," balas Soobin datar.

"Sudahlah, lupakan. Aku akan membawanya ke kamar untuk tidur," seru Yeonjun lalu menggendong Wendy dan membawanya pergi.

Puk! Puk!

"Yang sabar."

PARTNER IN CRIME | WENJUN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang