Satu

564 34 0
                                    

'berbagi kelelahan adalah hal yang buruk bagiku'
























Dengan langkah berat remaja laki-laki itu membuka pintu kamarnya yang tertutup. Di depan pintu ada perempuan sekitar duapuluh tahunan membawa beberapa buku. Perempuan yang 5 bulan akhir akhir ini yang hampir setiap hari selalu datang kerumahnya.

Ya dia adalah guru lesnya. Guru les yang sudah disewa oleh kedua orang tuanya untuk membimbingnya.

Malas memang, tapi mau bagaimana lagi? Orang tuanya menuntut dia untuk menjadi lebih. Dia harus mendapatkan nilai yang sempurna disemua mata pelajaran.

Aneh bukan?

Bukankah di dunia ini tidak ada yang sempurna?

Itu adalah pandangan orang lain, tidak dengan orang tuanya yang buta akan kesempurnaan.
Dia harus mampu mengejar kedua kakaknya untuk masuk ke SMA favorit.
Bahkan dia rela tidak mengikuti oraganisasi yang selalu dia impikan sedari dulu hanya untuk memenuhi keinginan orang tuanya.

"Silahkan masuk dulu mbak saya mau ambil minum dulu kebawah" ucapnya mempersilahkan sang guru untuk masuk, lalu ia melenggang pergi ke dapur untuk mengambil minum dan beberapa makanan ringan.

Sesampainya di dapur ia melihat kakak pertamanya dengan pakaian santainya dengan kunci motor ditangannya.

Tak memperdulikan itu dia lantas membuka kulkas untuk mengambil apa yang membuatnya ke dapur tadi.
Sebenarnya dia iri, dia juga ingin menjadi sang kakak yang tidak pernah dituntut, dan selalu dibebaskan. Yang selalu pintar tanpa harus belajar, menjadi anak yang semua orang idamkan. Namun lepas dari itu dia juga sadar, bahwa menjadi anak pertama bukanlah hal yang mudah. Kadang dia juga melihat sang kakak yang selalu melamun di halaman belakang.

Saat ingin berbalik ia hampir terjungkal karena kakak keduanya sudah ada di belakangnya. Dengan tawa yang menggema di seluruh sudut dapur, Nareth hanya geleng geleng melihat kakaknya yang satu ini.

"Kenapa kak?"
Tanyanya saat tawa sang kakak mulai reda.

"Haahh, enggak..lagi ngapain kamu Na?"
Sang kakak malah bertanya balik kepadanya.

"Nih ambil minum kak, udah ya nanti mbaknya nunggu lama kasian"
Ujarnya.

"Mbak siapa? Guru les kamu?" Sang kakak bingung.

"Iya, udah ah duluan ya"

Nareth lantas melenggang pergi dari dapur menuju kamarnya.



~



"Nah sudah, hari ini sampai sini dulu ya Nareth lusa kita ulang kembali" Ucap sang guru setelah memberi beberapa penjelasan pada Nareth.

"Iya mbak terimakasih ya" Ucap Nareth membereskan meja.

Setelah guru lesnya keluar Nareth merebahkan kepalanya di meja. Rasa pusing kini mendera kepalanya. Dia lelah dengan semua ini, kalau mau berhenti pun percuma, sudah terlanjur jauh. Matanya menatap tumpukan buku yang setiap hari hampir dia baca. Mendekati ujian kelulusan orang tuanya semakin menekannya untuk tetap belajar dan mengurangi acara bermainnya.

~

Pukul sepuluh malam dia keluar dari kamar dengan pakaian yang sudah rapi. Saat ingin membuka pintu tiba-tiba suara seseorang mengejutakannya.

"Kemana kamu malam-malam begini? Mau keluyuran kamu huh?"  Suara itu tidak lain adalah suara sang ayah.

"Keluar sebentar dad ke minimarket sebentar"jawabannya.

Kisah KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang