Tujuh.

432 26 0
                                    


'semesta tolong beri aku bebas dari lara yang selalu menimbun.'

































































Pagi hari ini sang surya nampak tersenyum cerah menyambut hari. Cahaya yang ia pancarkan mulai masuk diantara celah-celah lubang udara setiap rumah. Memberi tahu pada semua manusia yang masih asik memejamkan matanya bahwa hari sudah berganti, dan saatnya mereka harus bangkit kembali.

Jefran membuka matanya kala mendengar sang ibu memanggilnya.
Matanya yang masih perih ia paksa untuk terbuka melihat jam yang ada di handphonenya.

Pukul enam lebih lima menit.

Oh ayolah, ia masih sangat mengantuk sekarang. Semalaman ia tak bisa tertidur, mengakibatkan otaknya berdialog menciptakan argumentasi dimensi dimana ia akan pusing dengan dialog dini hari yang ia ciptakan sendiri.

Memilih untuk kembali melanjutkan tidur panjangnya, ia mulai merebahkan kambali kepalanya. Tetapi otaknya tiba-tiba teringat akan sesuatu.

Photoshoot untuk yearbook.

Astaga, ia lupa jika hari ini angkatannya akan melakukan photoshoot. Dengan buru buru ia berdiri dari tidurnya mengakibatkan pandangannya memburam.

~

Usai mandi ia bergegas turun untuk berpamitan dengan sang ibu.
Namun jantungnya hampir saja terlepas melihat kedua sahabatnya berdiri didepan tangga dengan senyuman yang merusak pagi harinya.

"Ngapain berdiri disitu?" Tanyanya kemudian melanjutkan langkahnya untuk pergi mencari sang ibu.

"Nunggu lo lah kunyuk, simulasi mati apa gimana lo?" Jawab Nareth kesal karena menunggu Jefran bangun sama dengan menunggu dunia peka.

Mereka berdua mengikuti langkah Jefran menuju taman kecil disamping rumah.

"Mah adek mau berangkat dulu ya," pamitnya lantas mencium tangan sang ibu diikuti dua manusia dibelakangnya.

~

Setelah acar photoshoot tadi Renka memutuskan untuk langsung pulang. Hari ini ia benar benar dibuat pusing oleh semesta.

Kakinya mulai memijak pada teras rumah. Rumah yang sedari dulu menampung banyak prahara. Dirumah ini menyimpan banyak air mata yang kini sudah mulai memburam.

Kembali dengan rumah yang sama berarti kembali menimba luka yang sama.

Diruang keluarga dapat ia lihat sang kakak yang sibuk dengan MacBook nya. Melihat itu langkahnya mendekat untuk duduk disamping sang kakak.

"Bang?" Panggilanya lirih.

"Hah? Eh astaga ngagetin aja kamu, gimana tadi?" Sang kakak menoleh kearahanya lantas menegakkan tubuhnya.

"Nggak gimana gimana, Mami sama Papi nggak pulang?" Tanyanya.

"Belum, masih sibuk kali" Jawab Jerry.

Mendengar jawaban sang kakak Renka memilih berdiri untuk masuk kekamar.
Langkahnya memberat saat ekor matanya tak sengaja melirik foto yang ada di ujung tangga.

Foto keluarga 6 tahun lalu.

Waktu itu ia masih kecil, belum mengerti apa arti hidup dan kehilangan yang sebenarnya.

Pandangannya jatuh pada seseorang yang ada didalam sana. Perempuan cantik yang dulu selalu menjadi tempatnya bernaung dan membuang masalah.

Namun trauma yang harus ia terima 5 tahun lalu membuatnya menjauh.

Kisah KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang