delapan.

332 20 1
                                    


'nampaknya kabut malam pun tak mampu menutupi resah yang kau rasakan.'







































"Ayo kita sepedahan ke taman kota"
Sore itu papa berucap kepada Jerry.

"Ngapain sih pa? Mending tidur" Jerry menoleh kepada Papa yang menyeruput kopinya.

"Kamu itu calon Dokter harus produktif kak" Papa menyahut.

"Kita berdua? Sepi ah, mending tidur, beneran" Jerry memandang malas pada sang Papa.

"Tuh semua udah siap digarasi, tinggal kamu yang belum" Papa menoleh kekiri dimana di garasi sudah ada tiga manusia dengan sepeda masing-masing.

Jerry melongos.

Oh astaga..kenapa tidak dari tadi ngomongnya.

Melihat itu Jerry hanya pasrah. Ia berjalan masuk guna mengganti pakaian.

Tak menunggu lama kini semua sudah siap.

Kala itu Renka masih kelas 3 sekolah dasar. Ia harus dibonceng papa. Karena biasanya, kalau sore motor dan mobil pasti banyak yang berlalu lalang. Terutama ini adalah weekend.

Perjalannya sedikit lama karena tadi papa dengan sengaja melewatkan mereka ke jalan yang sepi.

~

Sesampainya disana mereka duduk disalah satu rerumputan, mengistirahatkan kaki mereka untuk sementara waktu.

Melihat anak-anaknya kelelahan, Mama berdiri menarik tangan anak perempuanya.

Hayna. Hayna Partaningru.

Anak perempuan satu-satunya.

Hayna bediri mengikuti mama yang menarik tangannya.

Mama memilih menyebrang ditempat yang sepi agar lebih cepat. Namun, saat melihat jalan tadi mungkin Mama kurang teliti, hingga saat mereka menyebrang ada sebuah motor melaju kencang kearah mereka.

Karena kaget sang pengendara membelokkan setirnya. Namun sayang.

Ujung motor menabark Hayna hingga ia terpental sekitar lima meter hingga menabrak tiang listrik disana.

CIITTT BRAAK.

Suara itu menggema diseluruh penjuru taman kota yang nampak begitu ramai.

Mama yang mendengar itu memejamkan matanya kuat. Tangan Mama menggantung diudara. Genggamannya nampak hampa. Kakinya mulai melemas. Bahkan, untuk sekedar membuka mata, mama tak mampu. Ia terlalu takut untuk melihat kenyataan yang baru saja terjadi.

Tak ada seorang pun yang berani mendekat.

Darah mulai keluar dari hidung dan telinga Hayna.

Ia terbatuk batuk karena punggungnya menghantam keras tiang besi itu.

Melihat itu Jerry segera berlari menghampiri Hayna. Membopong adiknya ketempat yang lebih nyaman.

Papa berlari menghampiri Mama.

Merangkul mama lalu membawa mama ketepi jalan.

Tak lama ambulance yang ditelfon salah satu orang yang ada disana datang.

Kisah KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang