Empat

232 21 0
                                    

'hal-hal kecil kadang juga bisa jadi pemyemangat.'































Jam di dinding sudah menunjukan pukul dua dini hari, namun remaja itu belum berpindah tempat dari meja belajarnya. Tangannya dengan lihai mencatat dan mengerjakan beberapa latihan soal.

Namun saat merasakan kepalanya berdenyut nyeri ia menghentikan semua kegiatannya.

Kini kedua tangannya ia gunakan untuk memegangi kepalanya yang terasa begitu nyeri. Bahkan darah kini mulai mengalir dari hidungnya.

Ia membuka laci dan mengambil beberapa butir obat. Ia menegak semua obat tanpa bantuan air.
Bukannya berhenti, nyeri di kepalanya malah bertambah.

Karena sudah tak tahan, kini kedua tangan itu menarik kuat rambut panjang yang sedikit berantakan. Merasa tidak meredakan nyerinya ia memukul kepalanya sendiri dengan keras berulang kali, berharap rasa sakit yang mendera kepalanya segera hilang.

Darah yang terus mengalir dari hidungnya tak ia hiraukan. Bahkan kaos biru laut yang ia kenakan sudah ternodai dengan bercak merah darahnya.

Pelariannya kini hanya satu, mengambil obat lagi dan menegaknya. Tak main-main, bahkan ia melebihkan obat pereda nyeri sebanyak tiga butir.

Merasa sedikit reda, ia menutup matanya. Lelah rasanya kalau setiap ia terlalu lelah selalu saja seperti ini.

"Nareth lelah Mom Dad..."

Hanya itu yang bisa ia gumamkan, sebelum rasa kantuk melandanya.

Doakan, semoga esok ia masih bisa melihat indahnya dunia.




~




Renka berjalan menyusuri lorong rumah sakit dengan baju pasien yang melekat di tubuh mungilnya. Tangannya yang bebas dari jarum ia gunakan untuk mendorong tiang yang digunakan untuk menggantungkan kantung yang berisi cairan bening yang terhubung dengan selang berjarum yang menancap ditangannya.

Tujuannya saat ini adalah taman rumah sakit. Disana ia bisa menghirup udara segar meski sedikit tercampur bau alkohol pembersih luka yang menjadi cirikhas bau rumah sakit.

Saat tiba disana ia melihat ada anak kecil yang duduk di kursi roda. Entah karena apa, langkahnya kini mulai membawanya mendekat ke anak kecil itu.

Ia duduk dibangku yang ada disamping tempat sang anak kecil itu berada.

"H-hai?" Sapanya membuat sikecil menoleh dengan senyum yang indah.

"Oh hai kak!" Sapanya riang.

"Boleh kita kenalan?" tanyanya sedikit ragu. Entah Renka sedikit canggung sekarang.

"Boleh!! Kenalin kak nama aku Glecia!" Jawab sikecil riang.

"Kalo kakak pasti namanya kak Renka ya?" Tanyanya membuat Renka terkejut.

"Kok kamu tau?" Ucap Renka bingung.

"Tau dong!!! Kakak kan adeknya Dokter Jerry"
Jawab Glecia.

"Tau nggak kak?"

Renka mengangkat alisnya bertanya.

"Tau apa?"

"Dokter Jerry itu selalu cerita ke Gles kalau Dokter Jerry itu punya adek yang ganteeengg banget!!"

"Kalo Gles nggak mau minum obat Dokter Jerry pasti ngomong gini, ekhem.." sikecil berdehem sebentar lantas berucap...

"Gles kamu tau nggak? Adeknya dokter itu juga kayak kamu, dari kecil susaaahh banget minum obat, katanya rasanya pahit, tapi setelah itu dia tetep minum obatnya karena takut obatnya nambah, emang kamu mau obatnya tambah?"

"Gituu, karena Gles nggak mau nambah obat Gles langsung minum obat deh hehe.."

Renka hanya tersenyum mendengarnya. Ternyata walau cuek, Jerry sering memperhatikan hal hal kecil yang ia lakukan atau bahkan ia fikirkan.

"Glecia... Ayo masuk mendung tuh" suara lembut seorang perempuan mengalihkan atensi keduanya.

"Eh kak aku duluan ya, itu mama aku udah dateng, dadah kakak ganteng semangat ya!!!" ucapnya sebelum sang ibu mendorong kursi rodanya menjauh.

Tak lama setelah itu ada yang menepuk bahunya.

"Kok nggak ngomong sama abang kalo mau keluar?"
Ternyata yang menepuk bahunya adalah Jerry, sang kakak.

"Kata Bang Yanto UGD lagi rame terus lo sibuk, yaudah gue sendiri" jelas Renka.

"Yanto siapa? Kok abang nggak tau"
Tanya Jerry bingung.

"Yanto.... ya masak nggak kenal sih bang temen sendiri juga.."

"Hah? Yanto? Abang nggak punya temen namanya Yanto" Jerry masih mengingat ingat apakah ada temannya yang bernama Yanto.

"Bang Yonji bang...., Bang Yonji!"

"Yonji!? Sejak kapan namanya Yanto?"

"Sejak tadi, tau lah lemot banget punya abang, heran!"

"Eh eh bang, lo kenal Glecia?" Tanya Renka.

"Iya, dia salah satu pasien abang, kenapa?"

"Nggak...emm lo sering cerita ya tentang gue ke dia?"

"Pede lo" Ucap Jerry.

"Cih manusia kok gensian!" Sarkas Renka.

"Tapi makasih ya.. lo selalu perhatiin hal hal kecil yang gue lakuin.."

Mendengar itu Jerry tersenyum lantas membawa sang adik kedalam rengkuhan hangatnya.

"Gue yang harusnya bilang makasih udah mau berjuang walalu sakit" Ucap Jerry.

"Badan lo kok anget Ren?" Tanya Jerry khawatir.

"Ren hoi! Renka!!" Deri menggoyangkan badan sang adik cemas.

"Apa sih bang gue mau tidur dipelukan lo anjir, bisa diem nggak sih!?" Renka memukul lengan Jerry kuat.

Jerry hanya tersenyum lalu menarik kembali Renka, merengkuh tubuh kecil itu.

"Yaudah tidur gih sono gue peluk, nggak mau balik kekamar aja?"

"Males di sini aja enak" Renka kembali memejamkan matanya.

Nyaman.

Itulah yang Renka rasakan.

Meski langit mendung dan udara disekitar yang cukup dingin, Renka merasa hangat karena dekapan sang kakak.


































































Hai hai apakabar kalian semua?
Maaf ya lama, akhir akhir ini lagi ngerasa capek banget.
Btw jangan lupa stream 'Chlid' nya Mark ya!!



















































See you next chapter.

Kisah KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang