sebelas.

100 12 2
                                    

didunia nggak semuanya tentang kamu.’

































Pagi ini jalanan sedikit padat akibat banyaknya manusia yang ingin menikmati hari libur. Mengistirahatkan diri mereka dari segala hal yang mengganggu.

Jerry sedikit mendumal kala ia terjebak disatu lampu merah sebanyak tiga kali. Hari ini ia harus pergi bekerja menggantikan shiftnya minggu lalu akibat harus menemani Renka diawal sekolah juga mengurus segala hal tentang sang adik.

Beberapa kali ia harus meminta Yonji untuk menggantikan shiftnya.

Semalam ia mendapatkan pesan dari Yonji bahwa salah satu pasien yang mereka tangani kembali drop dan harus dilarikan ke ICU. Sebab itulah ia harus berangkat sedikit pagi. Namun  ternyata kota ini tidak pernah sepi. Bahkan hari libur saja bisa sepadat ini.

Langkahnya pelan membuka pintu ICU guna melihat gadis kecil yang sedang duduk melamun. Wajahnya layu seperti bunga yang lama tak pernah dirawat.

“selamat pagi Glesia..” sapanya.

Gadis itu menoleh dengan senyum sumringah.
Tangannya melambai pelan kepada Jerry.

“dokter kemana aja, kok jarang disini...” tanyanya.

“dokter ada sedikit keperluan yang harus diurus. Jadi Dokter jarang deh ketemu kamu” Jerry menjawab dengan tangannya yang sibuk membenahi selang infus juga selang oksigen Glesia.

“dok tau nggak? Dokter Yonji tuh cereweeett tau....tapi seru, tapi banyak omong. Ck gimana sih?” bingungnya kala ia gagal mendeskripsikan sikap Yonji.

Jerry sedikit terkekeh. Ia duduk dikursi dekat brankar. Sebelumnya, ia menyempatkan untuk mengelus pelan kepala Glesia.

“berartai Dokter Yonji sayang dong sama kamu, makanya dia cerewet.”

“berarti kalo ada yang cerewet tuh dia sayang sama kita ya dok ya?” tanyanya lugu.

“hahaha, nggak semuanya gitu Glesia....”

Setelah itu hanyalah pertanyaan pertanyaan yang Jerry katakan pada Glesia tentang kesehatan gadis itu. Setelah selesai, Jerry memberskan beberapa alatnya untuk segera pergi. Namun saat melihat wajah murung Glesia, ia kembali terduduk.

“kok wajahnya gitu? Kenapa?” tanyanya.

“hari ini Gles sendirian lagi Dokter...Mama dan Papa harus bekerja untuk Gles, buat beliin Gles obat..padahal kan hari ini hari minggu...” Glesia berkata dengan nada lesu.

“dokter....Gles itu nyusahin ya?”

“loh kata siapa? Gles nggak nyusahin kok sayang..” Jerry menjawab pelan, takut takut jika jawabannya akan menyinggung Glesia.

“tapi mereka pasti capek..kerja terus cuma buat Gles..Gles juga nggak sembuh sembuh...kenapa ya? Gles kan juga pengin sembuh..biar mama papa nggak kerja keras lagi...” ucapnya pelan sekali.

“Gles seharusnya mati saja dokter.” ucapan Glesia mampu membuat Jerry terdiam. Gadis kecil berusia sembilan tahun itu sudah bisa mengatakan hal sedewasa itu?

Hatinya sedikit sakit mendengarnya. Bagaimanapun juga ia tahu bahwa Glesia juga lelah terus seperti ini. Bagaimana pula perjuangan orang tuanya untuk terus mempertahankan anak mereka agar tetap bernafas. Bagaimana Glesia yang selalu mengeluh ingin cepat sembuh.

Namun hari ini anak itu malah mengatakan hal yang bahkan Jerry tak pernah berfikiran anak sekecil ia mengataknya.

“kok Gles ngomong gitu sih?..”

Kisah KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang