Dua

356 29 0
                                    


'lelah berharap pada kenyataan yang begitu tak memiliki perasaan.'

























































Keluar masuk ruang konseling adalah kerjaan manusia satu ini. Menjadi murid kesayangan guru konseling adalah salah satu kebanggaan tersendiri.

Jefranaka Jaza.

Nama yang mungkin sudah tidak asing bagi anak SMP Harapan. Nama yang mungkin satu minggu sekali terdengar di speaker sekolah.

Sebenarnya Jefran itu anak baik. Namun kadang otaknya agak kegeser. Bahkan kakaknya saja kadang ogah untuk mengakui bahwa Jefran adalah adiknya.
Seperti sekarang ini, seorang Jefranaka tengah merengek pada sang kakak meminta uang saku, karena dompetnya tertinggal dijaket yang lupa ia bawa.

"Udah lah kak sepuluh rebu aja nggak akan bikin lo bangkrut kali" rengeknya pada sang kakak lewat sambungan telfon.

"Ogah ogah, siapa suruh lupa mampus lo nggak jajan, pinjem temen lo sana ogah gue keluar sekolah"

"Aelah males apaan sih orang lo tinggal nyebrang doang udah sampek sekolah kita adep adepan ye dongo" ucapnya malas.

"berisik lo monyet, buruan gue udah di depan gerbang sekolah lo buruan keburu masuk" sang kakak menutup sambungan telfon itu, lalu seperdetik kemudian Jefran berlari menuju  gerbang menghampiri sang kakak yang berkacak pinggang menahan emosi.

"Mana uangnya?" to the point sekali bukan manusia satu ini?

"Heran gue kenapa dulu pas lo masih bayi nggak gue bekep aja pakek bantal" sang kakak memberikan tiga lembar uang berwarna ungu padanya.

"Bisa, bisa nih gue laporin polisi sebagai perencanaan pembunuhan pada adik sendiri" ia berlagak mengecek handphonenya seolah-olah ia merekam apa yang kakaknya ucapkan tadi.

"Sekarepmu lah wes" sang kakak berbalik ingin kembali ke sekolahannya namun Jefran dengan tidak berdosanya mengecup pipinya dan kemudian berlari sambil berteriak.

"MAKASIH KAK LO CANTIK DEH BAIII" teriakan itu hanya mendapatkan gelengan dari pak satpam baik satpam SMP Harapan maupun SMA 1 Tulip yang sedari tadi menonton drama adik kakak itu.

Jefran berlari ke kantin menghampiri sahabat sahabatnya. Walau terkenal nakal, Jefran ini tidak pernah memalak uang uang adik kelas atau teman-temannya. Parah parahnya mungkin ia akan meminta sahabatnya untuk mentraktirnya.

Menjadi pribadi yang disukai banyak kaum hawa membuatnya sedikit risih karena banyak perempuan yang bahkan rela berpakain sexy walau dibuat buat hanya untuk mendekatinya. Jefran tidak terlalu suka perempuan yang seperti itu. Bukan, bukan berarti dia belok atau sebagainya, hanya saja dia menerapkan prinsip 'kalo nggak mau kakak lo disakitin cowok lo juga nggak boleh nyakitin cewek atau bahkan ngerusak.'

Sejauh ini kalau difikir fikir Jefran tidak pernah berpacaran dengan siapapun. Hanya kadang rumor rumor miring yang didapat dari telinga ke telinga.
Kadang juga sering terjadi penindasan kepada siswi yang dirumorkan dekat dengannya yang membuatnya harus bersikap tegas pada mereka.

Jefran ini hari harinya hanya dipenuhi dengan kegembiraan yang ia bawa untuk orang orang terdekatnya. Menjadi penghibur adalah posisinya diantara sahabat sahabatnya. Tapi dia juga butuh hiburan untuk dunianya yang begitu gelap.

Ayahnya adalah sosok yang tegas namun tidak pernah menuntut apapun kepada anak-anaknya. Sedangkan ibunya adalah sosok wanita yang berhati lembut. Beliau kadang akan menangis ketika melihat anak-anaknya sakit atau yang lainnya. Kadang Jefran rela menginap di tempat Renka ketika wajahnya babak belur demi menghindari sang ibu.

Kisah KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang